Hari berganti, di malam hari.
Saatnya Gulf, Gun, Up dan Prem, melancarkan pencarian markas mafia yang menjadi incaran mereka selama satu bulan ini.
Tidak menyangka mereka hanya memiliki empat hari terakhir untuk membantai anak buah Mew.
Mereka masih ada di Ruko, sedang mempersiapkan segala peralatan yang mereka butuhkan, sebelumnya mereka juga mengganti pakaian yang serempak mengenakan pakaian hitam dengan topi serta masker yang wajib mereka kenakan saat bekerja.
Setelahnya, terlihat mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Gulf memasukkan alat ledakan kedalam tas ranselnya, Gun yang mengotak-atik laptopnya, Up sibuk memasukkan senjata api dengan berbagai tipe kedalam ranselnya sedangkan Prem memasukkan senjata tajam dalam ranselnya.
Persiapan mereka selesai.
Akhirnya mereka bergegas menuju kebelakang ruko, yang mana terdapat sebuah mobil, jelas mobil milik mereka yang hanya di pakai pada saat bekerja saja.
Mereka memasuki mobil dan melaju menuju Bangkok.
Didalam mobil, dengan Gulf yang menyetir mereka kembali mengatur rencana agar dapat maksimal.
"Ingat, Gulf; kau akan kesebelah barat, Up; kau kesebelah timur, aku sendiri akan kesebelah utara." ucap Prem kembali mengingatkan.
Gulf dan Up mengangguk, mengingat kembali rute yang akan mereka lewati.
Gun jelas tidak ikut dalam pencarian, ia akan tetap berada didalam mobil, memberi arahan kepada ketiga rekannya.
Dua puluh menit berlalu.
Mereka akhirnya tiba di kota Bangkok. Mobil melaju menuju pusat kota.
"Didepan ada gang kecil, kita aman disana." ujar Gun yang masih sibuk dengan laptopnya, "CCTV tidak akan mendapati kita di gang itu." lanjutnya.
Ketiganya mrngangguk, Gulf membelokkan mobil ke arah kanan, masuk kesebuah gang gelap yang dimaksud Gun.
Mobil berhenti.
Up menyerahkan sebuah aerpods kecil kepada Gulf dan Prem. Alat canggih yang wajib mereka pakai agar tetap dapat berkomunikasi, Gun sendiri sudah memakainya sejak di Ruko tadi.
"Setelah CCTV ku blokir, segera kalian berpencar." ujar Gun serius.
"Jika mendapat tempat mencurigakan, segera beritahu, jangan gegabah." Peringat Gulf, menatap tegas Up dan Prem.
Tas yang mereka bawa, dibuka. Mengambil alat yang sangat dibutuhkan.
Mereka membaginya, memasukkan kembali kedalam tas mereka masing-masing.
"Selesai. Pergilah." Ujar Gun tiba-tiba, membuat ketiganya mengangguk, kemudian bergantian keluar dari mobil dan berpencar.
Gulf menuju barat, memanjati setiap tembok yang menghalanginya.
Berjalan perlahan disekitar perumahan yang sudah gelap tanda sang pemilik rumah sudah terlelap.
Gang di lewatinya hingga lima menit ia berjalan, ia menadapati sebuah toko-toko yang masih terbuka dengan ramai orang berlalu lalang.
'Pasar malam.'
Ia bersembunyi dibalik tembok, membuka topi hitam dan hoodie yang ia kenakan, menggantinya dengan kemeja kotak-kotak navy yang sempat ia sambar ditoko yang ia lewati.
Jangan tanya bagaimana ia bisa mengambilnya tanpa ketahuan.
Ingat? Dia si Type, sang pembunuh dalam bayangan, tidak ada kata ketahuan dalam kamusnya.
