25

2.9K 348 51
                                    

Malam harinya, Mew baru kembali ke mansionnya, dengan wajah letihnya ia menaiki lantai dua, mata lelahnya menatap pintu kamar ujung.

Menghela nafas, ia lalu berjalan ke arah kamar itu.

Membukanya, hingga terlihat Gulf yang berdiri didepan jendela.

"Akhirnya kau datang juga." Ujar Gulf berbalik kearah Mew.

Mew tidak menatap langsung mata itu, memilih menatap jendela dibelakang Gulf.

"Sesuai kesepakatan tuan. Kemarikan kaosmu." minta Gulf, menengadahkan tangannya kearah Mew.

Mew dengan segera membuka kaosnya, memberikannya langsung ketangan Gulf.

Mata Gulf menatap setiap gerak gerik Mew, hingga matanya tak sengaja melihat sebuah bercak kemerahan disekitar leher pria itu.

Gulf tanpa pikir panjang membaui kaos Mew yang baru diterimanya.

Saat ia menghirup bau baju itu, ia mengernyit, menatap Mew dengan tatapan datar.

Ia mengembalikan baju itu kepemiliknya, "aku tidak suka bau bajumu hari ini, ada campuran parfum milik Art dibajumu." ujarnya menyodorkan kaos itu.

Mew menatap Gulf, tidak menyangka penciuman Gulf setajam itu, iapun kembali mengambil kaosnya.

"Syarat kaos yang janin ini inginkan, hanya bau khas darimu. Ia tidak menginginkan pakaianmu yang dipakai sehabis bersenggama dengan jalangmu." jelas Gulf beralih berjalan menaiki ranjangnya, segera berbaring memunggungi Mew.

Mew meremat kaosnya, ia merasa sedikit bersalah entah karena apa.

Dengan perasaan sesalnya, ia meninggalkan kamar itu beralih memasuki kamarnya sendiri.

Tinggallah Gulf dikamar itu, tangannya terkepal kesal.

'Kenapa aku kesal begini sih! Ingat Gulf, kau hanya penampung anaknya, tidak lebih.'

"Hufft... Hanya sembilan bulan Gulf, bertahanlah." gumamnya menguatkan diri.

Saat dirinya merasa sudah ingin terlelap, suara pintu yang dibuka membuatnya terbangun, menatap seseorang yang mengganggunya.

'Mau apalagi pria ular ini.'

"Ternyata kau hamil." ujar si pria seraya mengangkat sebuah foto hasil USG ditangannya.

"Aku tidak menyangka. Pantas kau bisa kembali disini tanpa penyiksaan keji atau bahkan dibunuh oleh Mew." ujar pria itu lagi melempar foto USG kearah Gulf.

Gulf mengambil lembaran foto itu, menatapnya dengan pandangan terharu.

"Pria hamil? Cih, lelucon macam apa yang kulihat ini!" ujar Art lagi merasa geli mengetahui seorang pria bisa hamil.

Gulf tidak mengambil hati perkataan Art, ia memilih menyimpan foto itu dibawah bantalnya, beralih menatap Art yang sepertinya sengaja memamerkan bercak kemerahan disekitar lehernya.

Pria ini datang kepadanya hanya untuk memamerkan hal itu!

Gulf menatap datar Art yang masih menatapnya dengan pandangan menjijikan, "kau tidak ada urusan lagi kan? Silahkan keluar." usirnya.

Art nampak mendengus, beralih mendekati Gulf, "ingatlah Gulf, kau hanya sementara disini, kau tidak akan bisa menggantikan posisiku." peringatnya.

Gulf menatap balik Art, menatap pria didepannya ini dengan tatapan membunuh, "aku peringatkan juga Art, siapapun dirimu bagi Mew, aku tidak peduli, jika kau mengusikku apalagi janinku, aku tidak akan tinggal diam," Gulf menepuk pundak Art, dengan seringainya ia beralih mencengkram pundak pria itu, "aku tidak segan membunuhmu didepan Mew." bisiknya tepat ditelinga Art.

[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang