Gulf menggeleng kepala tak habis pikir, Mew benar-benar pria maniak sex dan tak tau tempat.
Lihat saja sekarang, ia yang ingin menuju ruang tengah untuk menonton, harus terhenti diambang tangga saat melihat hal senonoh di depannya sekarang.
Walau tak dipungkiri, hati kecilnya sedikit sesak melihat ayah dari janinnya yang bersenggama dengan orang lain.
Namun, ia harus menelan semua kesesakannya, karena ia bukan siapa-siapa bagi pria dominan itu.
Karena hari sudah malam, para maid sudah pergi ke rumah belakang dimana tempat penginapan mereka berada, maka dari itu Mew dapat bersenggama dimanapun pria itu mau asalkan bukan di kamar utama.
Para pengawal Mew juga tidak ada yang berjaga didalam mansion, semua berada diluar.
Didalam mansion hanya ada Mew dengan jalangnya, serta Gulf dan juga Art yang berada diantai dua sedang mengepalkan tangan karena melihat Mew bersenggama dengan pria jalang lainnya.
"Ekhem." Gulf berdehem canggung, karena terusik dengan desahan pria jalang yang tengah bersenggama dengan Mew.
Setelah deheman Gulf, keduanya mendongak menatap dirinya dengan pandangam berbeda.
"Bisakah aktivitas kalian dilanjut dikamar saja? Aku ingin menonton." ujar Gulf dengan suara sesantai mungkin.
"Siapa dirimu berani memerintahku." ujar Mew datar.
Gulf menggaruk tengkuk tidak gatal, ia tidak tersinggung dengan ucapan Mew, Gulf sudah terlampau biasa dengan ucapan sarkas sang pria dominan.
"Baiklah, baiklah. Lanjutkan saja. Aku akan memilih keluar bermain bersama para pengawal bocah-bocah diluar." ujar Gulf mengedikkan bahu, kini berbalik, berjalan menuju ruang pintu keluar.
"Kembali ke kamarmu."
Gulf berhenti berjalan saat mendengar titah Mew, ia menghela nafas kasar, kemudian menoleh kembali kearah Mew dimana pria itu sudah berdiri dan berjalan menghampirinya, meninggalkan pria jalang yang tengah menatapnya tidak suka.
Gulf tanpa sengaja merolingkan mata jengah, Mew yang melihat itu mengerutkan kening tidak suka.
"Perhatikan sikapmu saat dihadapanku. Aku bisa saja menghukummu." Ujar Mew sarkas.
Gulf hampir kembali merolingkan mata jika saja tidak mengingat kalau Mew tidak pernah berbohong dengan ucapannya.
Guf merasa dongkol, sudah dimarahi oleh Mew dan sekarang pria jalang yang tengah duduk dengan santainya di sofa ruang tengah menatapnya remeh.
"Aku hanya ingin menonton!" Tekan Gulf menatap datar Mew.
Yang benar saja! Kembali ke kamar? Shit! Ia turun kesini karena merasa bosan didalam kamar, dan pria ini menyuruhnya kembali kesana? Hanya karena ingin kembali bersenggama? Begitukah?
Entah mengapa ia sekarang merasa ingin membunuh seseorang.
"Kembali ke kamarmu." ulang Mew tanpa menghiraukan permintaan Gulf.
Mood Gulf semakin buruk, karena efek kehamilannya, ia merasakan moodnya gampang sekali berubah.
Sekarang saja, ingin rasanya ia memberikan pukulan pada Mew dan juga jalang dibelakang sana.
"Baik, aku akan kembali kedalam kamar. Tapi aku tidak bisa menahan hal ini, jangan halangi aku untuk melakukan ini." setelah Gulf berbicara begitu, ia melewati Mew dan menghampiri jalang yang kini menatapnya bingung.
Gulf berdiri dihadapan jalang itu, menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Ia terkekeh remeh, kemudian menatap Mew, "kau ternyata menyukai jalang seperti ini tuan?" tanyanya meremehkan, meminta jalang itu berdiri dihadapannya, tangan Gulf meraih dagu si pria jalang didepannya, dengan sengaja mencengkramnya sedikit keras.