29

3.8K 377 77
                                    

Mew kembali mengangkat Gulf saat tiba di Mansionnya. Beberapa pengawal bocah mengamati Mew serta Gulf yang berlalu dihadapan mereka. Bukan karena apa, hanya saja ini keadaan yang baru pertama kali mereka lihat selama satu tahun mereka disini.

Suatu keadaan dimana tuan mereka yang dengan suka rela mengangkat seseorang.

Hal itu membuat mereka jadi berspekulasi jika Gulf benar-benar adalah kekasih tuan Mew.

Namun detik berikutnya mereka menjadi bimbang karena adanya Art yang sepertinya juga merupakan kekasih tuan mereka.

Tapi semua itu runtuh disaat Mix mengatakan pada mereka jika tuan Mew tidak memiliki kekasih.

Tidak mau ambil pusing, para pengawal muda itu akhirnya memilih melanjutkan kerja mereka dengan serius, tidak lagi memikirkan rumitnya kisah asmara tuan mereka dengan kakak favorite mereka, Gulf.

Didalam Mansion, Mew membawa Gulf memasuki kamarnya, membaringkan pria yang mengandung itu dengan lembut diatas ranjangnya.

Gulf hanya terdiam merasakan kelembutan Mew padanya.

Namun, hatinya masih tidak terima saat mendapati beberapa bekas kissmark disekitar tengkuk Mew.

Dengan spontan Gulf menghindari kontak mata dengan Mew, ia mendegus kesal merasakan hatinya begitu nyeri akibat menahan kecemburuan.

'Apakah sesensitif ini saat mengandung?'

"Jangan ulangi lagi kelakuanmu hari ini."

Gulf masih bungkam mendengar suara penuh intimidasi itu, ingin rasanya Gulf membalas ucapan itu.

'Apa pedulimu! Bersenggamalah sampai kau puas bajingan!'

"Bukan aku yang menginginkan itu. Kau tau itukan?" ucap Gulf berlawanan dengan batinnya.

Gulf dapat mendengar hembusan nafas kasar dari Mew.

"Setidaknya jangan membuat khawatir."

Gulf kembali terdiam, mencerna kata-kata Mew. Namun kemudian akhirnya mengerti, dia tersenyum sinis.

'Khawatir? Haha.. Jangan terlalu percaya diri Gulf, dia hanya khawatir dengan kandunganmu.'

"Anda tidak perlu khawatir tuan, saya jamin janin saya akan selalu aman." ujar Gulf formal, mengingatkan pada dirinya sendiri bahwa ia hanya menumpang disini.

"Bagus. Kalau begitu, tidurlah."

Gulf hanya berdehem membalas ucapan Mew, tidak lagi ingin membalas, takut jika suaranya bergetar jika bersuara.

'Apa yang kau harapkan Gulf? Jangan berharap apapun.'

-Dangerous Man-

Mew keluar dari dalam kamar utama, jari-jarinya mengepal menahan emosi.

Gulf selalu saja membuatnya kalang kabut, ada saja kelakuan pria itu yang membuatnya tidak dapat berfikir jernih.

Ia mengacak rambutnya frustasi.

'Inilah yang membuatku tidak ingin terikat oleh siapapun! Membuatku lemah.'

Ia berjalan menuruni lantai satu, menghampiri Mix yang sudah terduduk dengan kepala menunduk.

Ia jelas tidak dapat menyalahkan Mix, karena ia tau, Mix tidak dapat membantah keinginan Gulf.

"Berdiri. Aku tidak akan menghukummu, sebagai gantinya laporkan kepadaku semua kegiatan Gulf." Ujarnya tak terbantahkan.

Mix berdiri, kemudian membungkuk, "baik tuan."

"Pergilah. Periksa keadaan Gulf." ujarnya lagi, yang mana Mix segera pergi setelah membungkuk lagi.

Mew menghela nafas gusar, menoleh kearah kamarnya yang dibuka oleh Mix.

'Apa sebenarnya yang kau inginkan Gulf.'

Disaat ia melamun, sebuah tangan melingkar diarea perutnya, membuatnya mendengus tidak suka.

"Lepaskan Art." ujarnya penuh penekanan.

Art dibelakangnya terlihat termanyun seraya melepas pelukannya.

"Kegiatan kita tadi belum selesai. Kau meninggalkanku begitu saja. Jahatnya."

Mew tidak menggubris ucapan Art, ia malah melangkah memasuki ruang kerjanya, masih dengan Art yang mengikutinya.

"Pergilah Art. Aku sedang tidak mood. Sebelum aku melakukan kekerasan kepadamu, segera pergi dari hadapanku." ujar Mew penuh intimidasi.

Art dengan buru-buru pergi dari hadapan Mew, karena ia tau, Mew tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Setelah Art pergi, Mew menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya. Memikirkan semua kejadian selama setahun lebih ini semenjak ia mengenal Gulf.

Hatinya cukup goyah untuk pria itu, namun ia tidak dapat melangkah lebih jauh. Sudah cukup kesalahan terbesarnya yang membiarkan Gulf mengandung benihnya.

Tidak akan ada yang kedua kali.

Setelah Gulf melahirkan, kontrakpun selesai, dan ia dapat terbebas dari belenggu bayangan semua keresahan hatinya.

Drrrt drrt

Ponselnya bergetar, ia dengan segera mengangkat telepon yang masuk tanpa melihat siapa si penelepon.

"Tuan Mew."

"Ada apa Off." jawabnya setelah mendengar suara Off lewat ponselnya.

"Informasi Gulf beserta ketiga temannya yang seorang pembunuh bayaran tersebar diseluruh Thailand."

Mew mengeraskan rahangnya mendengar itu, tangannya terkepal, "bersihkan semua artikel serta boikot stasiun televisi yang menayangkannya." titah Mew tak terbantahkan.

"Baik tuan."

Mew segera menutup sambungan teleponnya dengan Off, kemudian beralih ke laptop miliknya, menelusuri jejaring sosial, melihat beberapa artikel  dengan judul yang sama.

- Gulf Kanawut, mahasiswa teladan yang ternyata seorang pembunuh bayaran, Type. Diikuti ketiga temannya yang juga seorang mahasiswa, Gun Atthaphan, Prem Warut dan Up Poompar. Berhati-hatilah. -

Brak!

Mew menggebrak meja kerjanya, emosi sudah berada di ubun-ubunnya, ia tidak bisa terima ini.

Siapapun yang menyebarkan rahasia ini, tak akan ia biarkan lolos. Ia pastikan, siapapun itu, akan ia mutilasi sampai tidak berbentuk.

Camkan itu!

Jangan pernah main-main dengan sisi Tharnnya, sekali menyentuh kepunyaannya, tidak akan ada yang lolos darinya.

Tbc

Dikit aja dulu yah.

[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang