Jalanan pasar masih seramai biasanya. Para pedagang sudah menggelar dagangan. Jalan berbatu dikerumuni orang-orang yang ingin berbelanja. Bunyi gerobak kuda yang ditarik dan teriakan silih berganti terdengar.
Ditengah keramaian yang pekat itu, ada seseorang berjubah hitam melangkah pelan menujuk keramaian. Dengan perlahan, ia dapat menyelinap dengan mudah. Setelah beberapa menit berdesakan, ia akhirnya tiba di toko langganannya.
Izumi barker's.
Sebuah toko yang menyediakan roti, mulai dari cake sampai roti Prancis. Saat memasuki toko, aroma manis khas roti menguar. Bahkan jika bisa datang pagi-pagi sekali, mungkin akan ada kesempatan untuk mendapat roti yang baru masak dari oven.
Jubah hitamnya dilepas. Ia menggantungkan jubahnya dekat pintu. Bersama dengan kumpulan jaket dan payung lainnya.
"Anoo... Izumi Iori?"
Pemuda dengan surai raven itu terlonjak, jelas sekali kalau ia terkejut mendengar suara yang sudah tidak asing lagi. Hampir saja pemuda itu menjatuhkan roti gandum yang baru selesai dipanggang kakaknya.
"Tenn-san!" Iori menoleh cepat. "Bisa tidak jangan mengejutkan ku?"
"Maaf Izumi Iori, tapi aku sudah berada disini cukup lama dan selalu memperhatikan mu sejak tadi." Tenn menjawab dengan wajah datar. Iori menghela napas lelah. Pelanggannya setianya ini memang selalu senang membantu senam jantung orang lain.
"Ngomong-ngomong, setelah memperhatikan mu bekerja, aku rasa kau tidak cocok bekerja disini."
Mendengar komentar Tenn, Iori merasa sedikit kesal. Wajahnya memang selalu terlihat kaku dan jarang berbicara dengan penuh nada ceria seperti kakaknya. Ia memang jelas-jelas sangat tidak cocok dengan image toko kue yang selalu ceria. Tapi mau bagaimana lagi, Iori juga tidak ingin selalu membuat kakaknya kelelahan. Dengan bersukarela, Iori membantu sang kakak.
"Kau menyindirku?"
"Tidak, hanya mengungkapkan pendapat."
"Jadi apa pekerjaan yang cocok untuk ku?" Pancing Iori. Tenn langsung berhenti memperhatikan etalase berisi aneka donat-donat manis yang terasa seperti terus memanggilnya. Dia kini menatap dengan wajah datar, seolah-olah sedang menilai penampilan pemuda bersurai raven dalam diam. "Kau cocok jadi ketua geng penjahat." Ucapnya lugas.
Iori mengelus dada. Dia harus selalu ekstra sabar saat menghadapi pemuda yang lebih tua setahun darinya itu. Jadi, apa yang kau butuhkan, Tenn-san? Sekotak besar donat rasa vanila, strowbery dan cokelat lagi?"
"Kau benar-benar tahu seleraku, Izumi Iori. Aku terharu." Tenn memberikan jempol pada Iori.
"Jangan melakukan kebiasan mu yang menyeramkan itu." Iori mengambil sekotak besar tempat kosong dan mengambil tiga varian rasa yang berbeda dan memasukkannya kedalam kotak tersebut. "Tenn-san, cake rasa cokelat itu baru saja dibuat Nii-san. Apa kau mau?"
"Ya."
Iori pindah ke meja kasir, mulai menghitung belanjaan. "Tenn-san, selalu datang ke sini setiap seminggu sekali. Apa Tenn-san tingga sendiri?" Tanya Iori. Pemuda bersurai raven itu terlihat memasukkan belanjaan kedalam keranjang yang dibawa Tenn.
"Kenapa kau dapat beramsumsi seperti itu, Izumi Iori?"
"Entahlah.... Tenn-san terlihat sangat kesepian."
"Huh?" Balas Tenn. "Aku sama sekali tidak kesepian, Izumi Iori. Aku tidak sendirian, selama ini aku selalu mengunjungi kalian bukan? Jadi aku tidak kesepian."
Iori tersenyum, entah disadarinya atau tidak ia malah mengacak rambut Tenn. "Ngomong-ngomong ini hari terakhir aku bekerja di sini. Mulai besok, aku akan bekerja di istana."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Winter War
FantastikNanase Tenn adalah seorang pemuda berusia delapan belas tahun. Status : Peramal kesayangan Raja. Catatan lain : Jangan sampai ada yang tahu identitas aslinya. Namun sayangnya, Tenn lebih memilih untuk mengambil langkah berani, yang membuatnya terpak...