chapter 20

1.5K 145 130
                                    

Niatnya mau sampe chapter 20 aja. Tapi, ternyata blm tau endingnya. Wkwk...




Seperti biasa, author mau kalian yang baca cerita ini, komen banyak banyak....
Mau pembaca baru atau lama pun wajib komen. Nitik.

~blazecetje13~

Kemarin Taufan habis membentak seluruh saudaranya kecuali blaze dan Thorn tentunya. Setelah ice mau bercerita tentang bagaimana ia dan blaze diculik.

Semuanya ice ceritakan tanpa sisa. Dari ia duduk di kursi pinggir jalan dekat rumahnya, ucapan-ucapan si bedebah retak'ka dan putranya, sampai blaze di tembak pada akhirnya.

Sekarang Taufan menjadi cuek. Bicara pun hanya pada Thorn, pamannya dan kembar empat putra pamannya saja. Halilintar, gempa, ice maupun solar saat ini pun sangat membenci dirinya sendiri.

Apa-apaan coba?, sudah menampar, memaki-maki, kecewa se kecewa kecewanya, memojokkan, tapi ternyata?, si korban tidak bersalah.

Sempat Taufan bicara. 'Gua ngga bakal ngomong sama kalian sebelum blaze bangun dan maafin kalian semua'. Itu sempat mengguncang pikiran halilintar.

Biasanya ia dijahili habis-habisan, Taufan yang selalu ingin menempel pada nya, sekarang malah renggang. Di dekati saja tidak mau.

Saat ini blaze sudah boleh dijenguk. Tapi syaratnya hanya satu persatu saja yang boleh masuk.

Tapi bukan Taufan dan Thorn namanya Kalau bisa menaati syarat atau peraturan. Sekarang saja keduanya sudah duduk di samping brankar blaze yang masih terlelap.

"Kak blaze? Bangun dong. Udah tiga hali tholn ngga main sama kak blaze. Ayam-ayam kak blaze juga udah pada kangen sama kakak."

"Tau nih blaze. Sepi banget tau ngga ada lo. Ayo kita jailin orang-orang sama-sama lagi, lo juga belum operasi, jadi harus bangun."

Sesekali Taufan mengusap surai coklat berpadu putih milik blaze. Untung saja tidak botak. Kalau botak kan jadi ngeri Taufan ngucapinnya.

"Kak Taufan, tholn mau kelual dulu sebental. Cacing di pelut tholn ngajak libut dali tadi. Nanti kalo kak blaze nya bangun langsung panggil tholn ya. Teliak yang kenceng."

Taufan mengangguk menanggapinya. Tidak habis pikir dengan bocah hijau itu, ada-ada saja tingkahnya.

Setelah Thorn keluar dari ruangan tersebut, Taufan pun kembali memfokuskan diri pada blaze.

"Lo tau blaze. Gue kemaren marah besar sama mereka, bahkan sampe sekarang gue masih marah. Kesel banget gue, blaze. Sumpah."

"Hari ini, gua mau nemuin penjahat yang udah nembak lo. Orang yang udah nyebar foto gak jelas sekaligus mitnah lo. Kalau boleh, gua abisin tuh orang."

Taufan kembali menggerutu kesal. Entah blaze mendengarkan atau tidak, intinya ia selalu ingin mengatakan ini pada adiknya itu.

"Berisik banget ya blaze, nit nat nit nit mulu nih mesin. Bikin kuping gue ngiung ngiung terus". Taufan terkekeh garing, sebelum akhirnya is akan keluar dari mulutnya.

"blaze, maafin gua ya?. Gara-gara gua lo jadi kaya gini. Hiks.., kalo aja sore itu gua ikut temenin lo ke taman, pasti lo gak bakal ngelakuin hal sembrono kayak gini. Dan pasti lo udah operasi lambung terus sembuh. Lo marah ya sama gua?. Sampe gak mau bangun... ".

I WAS WRONG (BoBoiBoy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang