chapter 7

1.3K 131 34
                                    

Malam belum begitu larut. Cahaya dari lampu yang menyinari jalan membantu bulan menerangi bumi. Serangga-serangga malam setia mengelilingi sinar lampu jalan.

Angin malam memang terasa menusuk pada kulit. Karena itu, lebih baik tidur disaat malam seperti ini.

"Astaga thorn, malah tidur di sini." Pemuda bermanik sapphire sibuk memindahkan kepala adiknya yang tertidur di pahanya.

"Thorn?. Bangun, ayo pindah ke kamar." Ia mengguncangkan tubuh adiknya perlahan. Sengaja ia membangunkan adiknya, karena kalau harus mengangkatnya ia takan sanggup. Apalagi kamar adiknya ada di lantai atas.

"Engh.... Kak ufan?. Udah siang?." Matanya memang belum terbuka sempurna. Ia meluangkan waktu untuk cahaya yang masuk ke indra penglihatannya.

"Belum. Belum siang. Tapi ini udah larut. Acara TV nya juga udah abis. Jadi ayo pindah ke kamar." Taufan membantu thorn untuk duduk.

Tidak ada jawaban dari bibir mungil thorn. Ia masih sibuk mengucek matanya.

"Udah ayo naik." Ajak taufan. Thorn hanya menurutinya dan mulai naik ke lantai atas.

Langkah mereka terus berjalan menaiki tangga. Tapi tiba-tiba taufan berhenti di depan salah satu kamar.

"Thorn, mau duluan ke kamar apa mau ikut liat kak blaze?."

"Tholn mau ke kamal aja kak. Ngantuk." Thorn meneruskan perjalanannya menuju kamarnya.

Krieet...

"Blaze?." Pandangannya tidak bisa melihat apapun karena kondisi kamar blaze yang begitu gelap.

"Udah tidur belom?" Tanyanya.

"Iya kak?. Belum, gua belum tidur. Sini masuk aja." Dengan cekatan blaze menyembunyikan sebuah botol kecil ke bawah bantalnya.

Untungnya, kondisi kamar sedang gelap sekarang. Jadi, taufan tidak bisa melihat apa yang blaze sembunyikan.

"Blaze, maaf soal tadi. Gua ga bermaksud ikut-ikutan marahin lo tadi. Cuma gua aga kesel aja, kenapa lo gelagatnya kaya orang boong si."

Jujur saja, Taufan dari tadi merasa tidak enak karena ia ikut menginterogasi blaze.

"Iya kak. Gua ngerti kok. Salah gua juga tadi jawabnya a i u terus. Abisnya berasa kayak di interogasi ama polisi." Blaze terkekeh garing.

"Kak?, gua mau nanya. Sebenernya, ice kenapa si?. Kok belakangan ini dia ngejauh terus dari gua?. Apa gua ada salah ama dia?."

Taufan cukup tersentak dengan pertanyaan blaze. Jadi blaze selalu memikirkan ice belakangan ini.

"Loh?. Gua ngga tau blaze. Dia ngga ngomong apa-apa ama gua soalnya." Taufan menjawab seadanya. Memang ia benar-benar bingung ingin menjawab apa. Pasalnya ice tidak mengatakan apa-apa padanya.

"Huh.... Yaudah kak, gapapa. Gua cuma mau ngetest aja. Takutnya lo tau gitu." Helaan nafas terdengar berat. Sungguh ia bingung sekarang ada apa dengan ice belakang ini?.

"Yaudah. Mending sekarang lo tidur gih, istirahat udah malem juga."

Blaze merebahkan tubuhnya yang ramping. Kemudian taufan meninggalkan kamar adiknya.

Sepeninggalan taufan dari kamarnya, blaze kembali mendudukkan dirinya.

"Huh, untung aja nggak ketauan, kalo ketauan gua harus bilang apa coba?." Ia mengambil kembali botol kecil yang berisi obat. Kemudian meletakkannya di laci nakasnya.

\\\\

"OM. BLAZE DATAAANG~.... " Teriakan blaze yang membahana membuat siapapun yang mendengarnya akan menutup telinganya.ia tidak memandang tempat sama sekali. Padahal ini sedang di rumah sakit.

I WAS WRONG (BoBoiBoy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang