chapter 15

1.3K 143 71
                                    

Hallo all, happy Reading, biasa vote komen nya jangan lupa looo...

Hati-hati typo en kuatkan mental.

Tiada nada seindah bel pulang sekolah. Bunyi itu berdengung membuat seluruh siswa merasa senang.

Begitu juga dengan kedua pemuda dari sekolah SMA PULAU RINTIS. Keduanya nampak bercanda ria dalam perjalanannya.

"Eh, bay the way, om belum tau ya kalo gua tau kanker lo?."

"Iya juga ya kak."

Pemuda bermanik sapphire itu seketika menghentikan tawanya, ia nampak tersenyum tipis.

"Semoga stadium nya engga naik ya blaze." lirih Taufan. Lama kelamaan senyumannya buyar tergantikan wajah sendu.

Blaze merangkul kan lengannya di pundak sang kakak. "Tenang aja, kak Taufan ngga usah khawatir." ujarnya menenangkan Taufan. Sebenarnya blaze juga merasa takut.

"Udah yuk. Om udah nungguin ini." sambungnya yang mendapat anggukan dari Taufan.


Ting tong...

Pintu ruangan bernuansa putih tersebut nampak menggeser. nampaklah dua pemuda yang berwajah sama.

Keduanya nampak mengembangkan senyumanya,sedangkan sang Empu ruangan hanya memasang wajah Datar.

"Assalamu'alaikum. Om? Udah lama nunggu?." Blaze membuka percakapan. Mecha baru sadar akan kehadiran Taufan. Iya harus memberi alasan apa nantinya?.

"Waalaikumsalam. Taufan?. Erk, Blaze?." iya di buat bingung oleh keduanya. Taufan dan Blaze masih saja menunjukkan senyumanya.

Memang Taufan dan Blaze paling handal menyembunyikan kesedihan dengan senyuman. Mecha paham betul, karena ialah yang menjaga ketujuh putra kakanya sejak usianya masih menginjak usia tujuh tahun.

"Gini om, kak Taufan udah tau kalo Blaze punya kanker lambung." Blaze sudah paham melihat ekspresi mecha yang nampak bingung.

"Kok bisa?."

"Om kenapa nggak kasih tau kita kalo blaze punya kanker lambung?." sambar Taufan. Tanpa ada jawaban yang menjawab pertanyaan mecha.

"Huh." hembusan nafas terdengar. "Apa Taufan di bolehin kasih tau kondisi blaze ke yang lain?." pertanyaan mecha membuat Taufan bungkam.

Benar.pasti pamanya ini juga tidak ingin perbolehkan memberi tahukan kondisi blaze pada dirinya dan yang lain. Seperti dirinya, pasti ada saja alasan dari blaze yang membuat pamannya itu diam.

"Yaudah, yuk blaze, kita periksa kondisi lambungnya." blaze langsung melangkahkan kakinya mengikuti sang paman.

"Sebentar ya kak." Taufan menanggapinya dengan anggukan. Kini ia tinggal menunggu paman dan adiknya keluar dari ruang tersebut dengan hasil yang baik.

Beberapa menit berlalu, Taufan masih setia menunggu keluarnya blaze sembari menggeser-geserkan layar handphonenya.

Knock pintu yang bergerak berhasil mengambil alih atensinya. Terlihatlah mecha yang diikuti blaze di belakangnya.

Tapi, kenapa mecha terlihat cemas?. Apa ada sesuatu terjadi?. Pikiran Taufan kini diisi rasa cemas. Tapi ia tidak boleh memikirkan hal yang aneh.

"Gimana om?. Kondisi blaze makin baik kan?. Kan? Kan? Om?." tanya Taufan. Kini ia benar-benar tidak yakin kalau pamannya akan menganggukkan kepala.

I WAS WRONG (BoBoiBoy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang