#1, Tidak Baik-baik Saja

93 10 1
                                    

Angelia Desfina

"Yogyakarta, I'm coming."

Aku berteriak lantang sembari merentangkan kedua tanganku dan menatap langit biru ketika aku sampai di Stasiun Tugu. Perjalanan sepanjang rel kereta api dari Surabaya hingga Yogyakarta yang menghabiskan waktu kurang lebih lima jam terbayar sudah dengan keindahan kota Yogyakarta yang selalu aku impikan.

Aku menyeret koper besar dan menenteng tas kecilku. Aku nekad pergi ke Yogya untuk mengejar cita-citaku, kuliah di universitas ternama di Yogyakarta. Namun, di kota ini aku tak punya siapa-siapa dan tidak tahu tujuan pertamaku kemana. Yang jelas aku akan mengunjungi kampus impianku itu.

"Selamat berpetualang di dunia baru, Desfina." Ucapku menyemangati diriku sendiri. Aku membuka aplikasi ojek online untuk mengantarkanku ke tempat yang ingin ku kunjungi. Tak butuh lama pesananku datang dan aku tak sabar ingin segera melihat tempatku belajar.

Sopir itu memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang kampus impianku.

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, mbak semoga betah tinggal di Yogya." Ucap sopir itu ramah. Dengan masih membawa koper besar aku turun dari mobil. Sopir itu juga baik memberiku brozur tempat tinggal yang dekat dengan kampus ini.

Aku masih celingak-celinguk melihat kemegahan kampus itu, hingga aku tidak memperhatikan jalan.

"Woee awas minggir!" Teriak pengendara sepeda motor, saat sepeda motor sport itu melaju dengan cepat. Karena bersamaan dengan banyaknya kendaraan yang lewat, pengendara sepeda motor itu tidak bisa menghindari dan memilih menabrak koperku. Aku pun ikut terpelanting dan pengendara itu juga jatuh terkapar di dekatku.

"Hiks...hiks...hiks..." Aku menangis dan menahan sakit di bagian kaki dan pantatku. Hari pertama sudah mengalami hal buruk. Aku menarik nafasku panjang, "Hufffttt..."

Aku melihat keanehan mulai terjadi saat banyak orang yang berkerumun, bukan untuk menolong kami tapi mereka malah mengambil ponsel dan merecord kecelakaan kami.

"Aawsssshhh.... Oh my God, Gitarku!" Teriaknya membuatku melongo. Laki-laki itu terbangun dan menghampiri gitarnya yang sudah hancur.

"Aaarghh..." Aku kaget mendengar teriakannya. Ia menghampiriku lalu menarikku lenganku dengan paksa.

"Auuwww...." Aku meringis kesakitan. Cowok ini kenapa sadis sekali? Pikirku.

"Heh, ini semua gara-gara Lo! Lo harus tanggung jawab!"

"Loh kok gara-gara aku sih, kan situ yang naiknya ngebut, bilang kalau gak bisa naik motor." Ucapku tak kalah sengit.

"Ngatain Lo ya!!! Heh ini apa kalian pada di sini? Bubar!!!!" Ia kembali teriak lebih tepatnya meneriaki orang-orang yang menyaksikan kami di depan kampus. Astaga aku malu sekali.

"Lo harus tanggung jawab, gantiin gitar gue yang rusak dan juga benahi motor gue yang lecet."

"Haduh gimana sih bang ini ceritanya kok saya harus ganti semuanya? Abang juga harus tanggung jawab sama saya!!"

"Abang...Abang... Lo kira gue ini Abang Lo!!"

"Ish ngomongnya bisa pelan aja gak? Oke kita ngomong baik-baik yuk! Gak enak nih kalau ngomong di sini karena saya mau minta pertanggungjawaban sama kamu."

"Hah, kok Lo minta ke gue? Gue gak hamilin Lo kenapa gue yang harus tanggung jawab?"

"Haduh, gak gitu juga konsepnya Abang ganteng."

"Oke karena Lo sudah sebut gue ganteng, gimana nih kelanjutannya kita ngobrol dimana?"

Aku bingung juga tidak tahu tempat yang pas untuk kita ngobrol. Lagian ada-ada saja baru pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta tapi malah mendapat insiden seperti ini.

"Woe, malah bengong!"

"Heee... Anu... Itu..."

"Hahehehahe...anu...anu... Ngomong yang jelas, cantik-cantik tapi gagap."

"Makan, iya tempat makan dekat sini. Saya gak bisa mikir kalau lapar."

"Ya udah ayok!"

Laki-laki itu menuntun motornya dan aku masih menyeret koperku ditambah lagi disuruh membawa gitar rusak itu tanpa memperdulikan diriku yang kesulitan membawanya. Dia berhenti di depan rumah makan seafood. Aku melongo dibuatnya. Sudah pasti makanannya mahal. "Huuffttt....."

"Ayo buruan katanya lapar! Jangan ngulur-ngulur waktu!" Ia masih suka bicara dengan nada tinggi.

Aku mengikutinya dan duduk di meja yang sama dengannya. Ia membolak-balik buku menu yang tersedia di sana.

"Mbak, saya pesan makanan dan minuman yang paling special di sini 3 ya mbak." Aku hanya bisa menelan ludah mendengar dia memesan makanan paling spesial 3 porsi. Sudah dapat ditebak ini akan menguras kantong. Yaa Allah, salah apa sih aku ini? Jangan sampai aku yang diminta untuk membayarnya! Pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku tak tenang.

Kami sama-sama diam dan memilih sibuk dengan ponsel masing-masing. Aku pun sibuk mengabari keluargaku yang di Surabaya. Hingga pelayanpun datang membawa pesanan kami. Ralat, pesanan dia. Aku sama sekali tidak memesan apapun.

"Ayo silahkan dimakan, nunggu apa lagi? Aku gak mau waktuku habis cuma buat lihatin makanannya doang."

Dia laki-laki tapi banyak bicara. Heummb, sungguh menyebalkan bertemu dengan makhluk sepertinya. Semoga ini pertama dan terakhir bertemu dengannya. Aku pun mulai makan makanan itu, tapi tiba-tiba kepalaku pusing dan aku merasa mual. Perut aku sakit, seakan menolak untuk diisi makanan.

"Huweekkk...." Aku tidak tahan untuk menahan mual. Aku segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua sisa makanan yang ada dalam perut. Setelah membersihkan mulut dan wajahku, aku ingin kembali ke tempat semula bersama pemuda itu. Namun, kepalaku terasa sangat sakit dan perlahan mataku berkunang-kunang. Aku hanya bisa mendengar suara orang panik tanpa bisa membuka mata.

***

Sepertinya keberuntungan tidak sedang membersamainya. Sabar yaa Nabila, eh Angelia Desfina.

Hallo Readers, saya balik lagi dengan kisah Fanfiction Tri Suaka dan Nabila Maharani dengan judul TriAngel. Semoga berkenan dan selamat membaca.

Tulungagung, 21 Januari 2022
A.Vandana

TriAngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang