#12, You're Mine

55 6 6
                                    

Ia tidak benar-benar meninggalkan perempuan itu sendiri di rumah. Ia keluar hanya untuk membeli rokoknya yang sudah habis. Saat ia kembali pulang ia melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Mobil siapa itu? Siapa pria itu? Tak lama kemudian terlihat istrinya berinteraksi dengan pria tersebut. Lalu membawa mobil itu pergi entah kemana dan pria itu sudah dijemput ojek. Ia putar balik dan mengikuti kemana perginya istrinya.

Ia tak percaya istrinya berdua dengan pria lain. Ia masuk resto dengan sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh istrinya. Gemuruh di dadanya sudah bergejolak, api panas pun sudah menyala. Dari jauh ia diam, tapi semua berubah saat pria itu memegang tangan istrinya.

Damn!!!

"KURANG AJAR LO YAA!!" Satu tonjokan berhasil mendarat di wajahnya hingga pria itu tersungkur. Nabila yang syok segera menghentikan aksi suaminya agar keadaan tidak semakin kacau.

"Lo kalau mau nembak cewek kira-kira dong, jangan istri orang Lo embat juga." Ucap Satria membuat Al kebingungan.

"Kenapa Lo bingung? Lo gak lihat cincin yang dia pakai sama dengan cincin yang gue pakai. Lo lihat nih!! Sama. Dia istri gue. She is Mine!!!"

"Gak mungkin, itu semua gak benar kan, Angelia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gak mungkin, itu semua gak benar kan, Angelia?"

"Maaf, Al."

"Jangan coba-coba deketin istri gue lagi! Kalau Lo gak mau mati sekarang!!!" Tatapan mata Satria begitu tajam membuat siapapun yang melihatnya saat marah menyiutkan nyali lawannya.

Jemari Satria menggenggam erat tangan Nabila dan membawanya keluar dari tempat itu. "Mana kuncinya?"

"I...ni..., Mas!" Nabila memberikan kunci mobilnya kepada Satria dengan gemetaran. Ia pun juga takut melihat amarah suaminya. Ia tahu ini salahnya juga.

Lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Satria melajukan mobilnya, bukan ke arah jalan ke rumahnya tapi entahlah kemana ia akan membawa pergi Nabila. Emosinya masih tinggi, ia tidak ingin berbicara dengan perempuan yang menahan tangisnya itu dalam diam.

"Kita mau kemana mas?" Nabila memberanikan diri untuk bertanya. "Plis mas jangan ngebut, Nabila gak mau mati sekarang, Nabila belum punya anak dari Abang." Ucap Nabila sudah berkeringat dingin.

Mendengar ucapan Nabila, Satria mendadak menginjak remnya.

"Aaaaaaaa......" Teriak Nabila sekencang-kencangnya. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya pun terengah-engah. Benar-benar Satria bisa membuatnya sakit jantung kalau seperti ini.

"Duh berisik amat sih?"

Satria mencondongkan tubuhnya ke arah Nabila. "Abang mau ngapain?" Ucap Nabila dengan napas yang belum kembali normal.

"Tadi kamu bilang gak mau mati sekarang karena apa?"

"Aku tadi ngomong apa emangnya?" Nabila garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ck....pura-pura lupa. Mau sekarang bikinnya?"

"Abang jangan macam-macam yaa?"

"Gak kok, satu macam asal langsung jadi sih gak apa-apa, tapi kalau gak jadi ya berarti perlu banyak macam."

"Abang....!!!" Nabila geram lalu menimpuk kepala Satria dengan botol kosong yang ada di dashboard mobilnya.

"Aduh sakit!" Ucap Satria manja.

"Ya udah pulang sekarang!" Ujar Nabila.

"Buru-buru amat Ning, udah gak sabar yaa?"

"Abang....." Nabila menyubit lengan Satria hingga merah. "Auwww jangan kasar-kasar dong!!!"

Satria menancapkan gas lagi, terbersit dalam pikirannya akan membawa gadis itu ke hotel. Dia memang masih gadis yaa meskipun statusnya adalah istrinya karena Satria sama sekali belum menyetubuhinya. Membayangkan saja membuat Satria bergedik geli bagaimana benar melakukannya dengan gadis imut itu.

"Abang kenapa senyum-senyum sendiri?"

Bukannya menjawab tapi Satria menatapnya seperti seringai serigala. Oh Tuhan..... Menjelma jadi apa dia sekarang? Mengapa punya suami semenakutkan ini?

Daripada memikirkan kemana Satria akan membawanya pergi, ia memilih memutar lagu di ponselnya dan memasang earphone. Entah berapa lagu yang sudah ia dengarkan tapi Satria juga tidak sepatah katapun mengeluarkan suaranya. Bahkan mereka belum berhenti di tempat tujuan.

"Nabila capek tau gak bang, dari tadi muter-muter gak jelas kita mau kemana." Gerutu Nabila. Satria masuk ke parkiran supermarket yang ada di Yogyakarta.

"Besok sudah mulai puasa, belanjalah kebutuhan rumah!"

Wajah Nabila yang tadinya murung kini sudah terlihat gembira dan bersemangat untuk belanja. Seakan ia merasa menjadi istri sesungguhnya. Layaknya sepasang suami, Satria juga mendorong troli dan ikut memilih bahan-bahan masakan.

"Itu yang, aku mau suki. Nanti sahur masakin itu aja." Nabila tersenyum bahagia dengan perubahan sikap Satria kepadanya.

"Iya nanti aku masakin buat Abang."

***

Alur cerita Tuhan tidak pernah ada yang tahu. Dalam sujudnya ia memohon agar bahtera rumah tangganya penuh dengan cinta dan kasih sayang. Meskipun pernikahan ini bukanlah pernikahan impian mereka. Namun, sekali memilih mereka berjanji tidak untuk saling meninggalkan dan menjaga keutuhan rumah tangganya. Tak ada yang tidak mungkin dan tidak ada hidup tanpa berproses begitu pun dengan cinta butuh proses dan perjuangan panjang untuk mendapatkan cinta sejati.

Tangan kekar itu tiba-tiba memeluknya dari belakang. Lalu menyandarkan kepalanya di pundaknya. "Kamu memang bukan cinta pertamaku tapi setelah kamu aku ikat dengan janji suci pernikahan, maka aku berjanji dan akan berusaha untuk mencintai kamu." Ucapnya lirih.

Nabila membalikkan tubuhnya, kini mereka sedang berhadapan. Tatap mata dan ungkapan cinta yang hanya terpancar lewat sorot mata, membuatnya tak lagi bisa berkata apa-apa selain ucapan maaf dari bibir ranumnya.

"Maaf, kalau aku tadi bertemu dengannya. Dia hanya masa laluku." Satria diam, ia tenggelam dalam pesona Nabila yang semakin hari semakin memabukkannya. Hanya laki-laki bodoh yang tidak menyukai perempuan cantik dan body goal seperti dia. Hanya saja pria yang sedang berdiri tegak di depannya ini masih mengedepankan egonya.

Perlahan diraihnya tangan putih berseri dan selalu lembut itu, tak elak dia pemilik dari skincare terkenal yang sudah go internasional. Wangi tubuhnya berhari-hari menggoyahkan imannya. "Dia halal bagimu, Satria."

Nabila yang gugup saat Satria mendekatinya, ia pun mundur perlahan hingga punggungnya mentok di dinding membuatnya tidak bisa bergerak lagi.

Cup!!

Satria berhasil mengecup bibir ranumnya yang selalu manis dengan lipbalm strawberry membuat Satria semakin dalam mencumbunya. Seperti mode on Nabila membalas lumatan lidah suaminya yang berhasil menerobos setiap rongga mulutnya.

Satria melepas lumatannya dan beralih mengangkat tubuh istrinya ke ranjang, menindih tubuhnya. Darahnya pun berdesir dan ia pun pasrah sudah menjadi hak suaminya atas dirinya dan menjadi kewajibannya untuk melayani suaminya, lahir dan batinnya.

"Kamu milikku, tak boleh ada orang lain yang mengambil kamu dariku."

#####

TriAngel
A.Vandana
Tulungagung, 3 April 2022

TriAngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang