#11, Jangan Ada Dusta!

40 5 6
                                    

Katakan saja yang di hati
Tapi jangan pakai emosi
Ego bukanlah jalan tengah
Itu hanya menambah masalah

(Mengapa Harus Berpisah - Tri Suaka)

Laki-laki itu masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap bak maling yang hendak merampok sebuah rumah. Itu rumahnya sendiri mengapa ia harus sembunyi-sembunyi?

"Baru pulang, mas?"

Jantungnya berasa dipompa lebih cepat, napasnya terengah-engah. Suara lembut itu sungguh membuat jantungnya seperti mau copot.

Bukannya menjawab pertanyaan perempuan itu, ia mendadak menjadi patung, diam tak bergerak. Bahkan matanya pun tak berkedip dan bibirnya nyaris membentuk huruf O. Sebelum keluar salivanya, Nabila segera menyadarkan pria itu.

Pria itu terdiam bukan tanpa sebab. Ia merasa sedang bermimpi bertemu dengan bidadari yang sangat cantik. Dress putih dengan rambut yang di-curly dan berwarna coklat muda, serta polesan make-up membuatnya tampil beda. Fix, dia terlihat dewasa jika seperti ini. Batinnya pun perang sendiri, karena telah mengakui kecantikan perempuan yang sudah ia ikat dalam ikatan halal yaitu pernikahan.

"Hallo, mas." Nabila mengibaskan tangannya di depan wajah laki-laki yang terlihat kelelahan. "Mas kesambet apa?"

"Bidadari cantik." Ucapnya sambil tersenyum.

"Hah? Mana bidadarinya?" Suara keras Nabila menyadarkan Satria.

"Eh..." Satria bergegas masuk ke kamarnya untuk menetralkan kembali detak jantungnya dan merutuki kebodohannya.

"Duh, gimana sih Lo Tri? Bisa-bisanya loh mempermalukan diri Lo di depan cewek aneh itu." Ucap Satria menyesali perbuatannya.

"Abang..." Ucap Nabila sambil mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa?" Satria menjawab dengan suara keras.

"Buka dulu dong pintunya! Nabila mau ngomong."

Dengan salah tingkah Satria membukakan pintunya. "Ada apa?"

"Boleh masuk?"

"Gak!" Jawabnya tegas.

"Bentar aja, please!"

"Gak, Bibil. Udah Abang mau mandi, entar aja kalau mau ngomong."

"Nabila tungguin Abang mandi di dalam boleh?" ucap Nabila menggoda suaminya. Ia paling gemas kalau melihat Satria salah tingkah.

"NABILAAAAA.......!!!!!" Satria semakin geregetan, ia pun segera masuk kamar mandi daripada harus berhadapan dengan Nabila.

Selepas Satria masuk ke kamar mandi, Nabila beralih fokus di meja sudut kamar itu. Ia menemukan buku penuh coretan. Ya, itu bukan sembarang coretan. Akan tetapi itu adalah tulisan tangan Satria saat menggubah syair lagu ciptaannya.

"Semoga tercapai keinginan kamu, mas." Ucap Nabila lirih.

"Biiilll.....!!!" Satria meneriaki dirinya dari dalam kamar mandi.

"Nabila masih di situ gak?" Teriaknya lagi.

"Ada apa, mas?"

"Ambilin handuk dong!"

"Lah mandi gak bawa handuk?"

"Buruan, Bil."

"Gak mau, bang! Keluar gitu aja."

"Jangan salahin aku kalau aku keluar telanjang!"

"Ya, gak lah! Ngapain juga salahin Abang?" Nabila menyadari dengan ucapannya dan knop pintu terdengar susah diputar. "Aaaaa.... Stop! Nabila ambilin." Nabila bergegas mengambil handuk dan menyerahkan kepada suaminya. Telapak tangan kirinya ia gunakan untuk menutupi matanya agar tidak melihat sesuatu yang ia sendiri belum siap.

"Ini bang, handuknya!" Ucapnya gugup. Nabila sibuk dengan pikirannya sendiri, ia memilih untuk keluar dari kamar Satria.

Satria sudah keluar dari kamarnya dengan memakai kaos santai lalu duduk di sofa. "Kamu gak ada niatan buatin aku kopi gitu?"

Nabila hanya menggeleng, ia masih melamun. Pikirannya dipenuhi dengan kecurigaan. "Jadi istri gak guna." Ucapnya lalu ia pergi keluar. Ingin rasanya ia memaki suaminya. Apakah selama ini ia sudah benar jadi suami?

"Hallo, Pak Rudi antar mobil sekarang juga. Alamat sudah saya kirim melalui pesan." Ucapnya di telepon. Ia tidak ingin terus berpangku tangan dan terlalu tunduk di bawah kekuasaan laki-laki yang tidak punya hati.

Mobil mercy merah itu sudah terparkir di depan rumahnya. "Terima kasih, Pak."

Ia melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah resto klasik. Rencananya untuk menemui mertuanya ia urungkan. Tidak mungkin ia pergi ke sana tanpa suaminya yang kini ia sendiri pun tidak tahu keberadaannya.

"Angelia..." Suara yang familiar di telinganya membuatnya menoleh. Ia menatap tak percaya. Bertemu dengannya sebuah anugerah yang lama ia nantikan kabarnya atau awal sebuah masalah karena kedatangannya yang tidak tepat pada waktunya.

"Akhirnya, aku bisa melihat kamu lagi. Kamu kemana saja? Mengapa menghilang? Kamu tahu aku sangat merindukanmu."

"A...a..aku....ehm... Kita cari tempat duduk dulu yuk!" Nabila berjalan lebih dulu. Laki-laki itu mengikutinya dari belakang.

"Kamu liburan di sini?" Tanyanya yang masih penasaran dengan perempuan yang sampai saat ini masih bertahta di hatinya.

"Ehm, iya aku liburan kok."

"Sayang, kenapa sih kok gugup gitu? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Dengan cepat Nabila menggeleng, "Nggak kok, Al."

"Ya sudah kamu mau pesan apa?"

"Lemontea aja."

"Oke."

Al memesankan minuman kepada pelayan, Nabila masih disibukkan dengan pikirannya sendiri. Bagaimana kalau Al tahu bahwa dirinya sudah menikah dengan orang lain?

"Kamu sakit?"

"Gak kok, I'm fine. Oh ya kamu ke sini liburan juga?"

"Iya awalnya sih healing karena frustasi nyari kamu gak ketemu, eh ketemu-ketemu kamu juga ada di sini.  Jodoh gak itu namanya?"

Gak Al, kita sudah tidak berjodoh semenjak orang tua kita tidak merestui hubungan kita. Rasanya ia ingin menangis, kisah cintanya harus berakhir tidak jelas. Andai Satria tidak datang di kehidupannya mungkin saat ini ia masih memperjuangkan cinta mereka.

"Kan bengong lagi?"

"Eh, gak kok."

"Oh ya aku punya sesuatu untuk kamu." Al membuka tasnya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dan membukanya.

Al meraih tangan kanan Nabila. Nabila gugup setengah mati. Al belum melihat cincin emas permata yang melingkar di jari manisnya, cincin pernikahannya dengan Satria Saga.

"Will you marry me, Angelia?"

Damn!!!

"KURANG AJAR LO YAAA!!!!"

####
TriAngel
Tulungagung, 3 April 2022
A.Vandana

Siapa tuh datang tiba-tiba dan marah-marah??
Mungkin gak itu Satria?

Selamat menunggu berbuka puasa💙💙💙

TriAngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang