#23, Cinta Tak Terbilang

93 5 10
                                    

Secangkir teh menemaninya di sudut kota Pahlawan di kala senja datang, bersenandung ria menyanyikan lagu cinta. Kedua bola mata mengikuti gerakan tubuh yang tercipta dari orang yang di hadapannya. Sungguh, apa yang sedang ia pikirkan hingga tak ada sepatah kata yang keluar.

"Mas, kenapa?"

Laki-laki yang merasa diajak bicara itu memilih duduk dan menatap tajam mata perempuan itu.

"Ikut denganku?"

"Haa, kemana?"

"Aku ada manggung di sekitar sini tapi gak tau kenapa tiba-tiba aku merasa gugup."

Nabila tertawa kecil mendengarnya, seorang Satria Saka yang percaya dirinya kelewatan ternyata bisa gugup juga.

"Kamu ikut aku ya? Temani nanti kita nyanyi bareng." Ajaknya lagi.

Nabila menggenggam kedua tangannya. Memberi sentuhan kehangatan untuknya. "Aku yakin, kamu bisa dan tidak mengecewakan di acara nanti, nikmati suasananya, bawakan lagu-lagu yang mampu menghipnotis para penontonnya. Hmm... Tapi maaf, Mas. Aku gak bisa menemanimu malam ini."

"Yah, sayang sekali. Tapi kenapa kamu gak bisa ikut?"

"Sudah ada janji sama rekan bisnis."

"Ouh..."

"Ya udah aku siap-siap dulu."

"Oh ya, silahkan!"

Nabila memilih gaun yang cocok untuknya.

"Kok warna merah?"

"Iya, Mas. Dreescodenya merah. Pakai ini aja ya?"

Satria mengangguk. "Oh iya aku lupa, gaun ini kan ada pasangannya. Bentar." Nabila tampak mencari di almari yang lain. "Nah, ini ketemu. Mas, sini!" Satria pun datang menghampirinya.

"Meskipun aku tidak bisa menemanimu, setidaknya ada pakaian ini yang menemanimu sebagai penggantinya aku. Karena jas ini aku yang rancang sendiri. Kamu pakai yaa?"

"Jasnya bagus, aku coba ya?"

Nabila membantu merapikan penampilan suaminya. "Wih, suamiku makin ganteng."

"Terima kasih, sayang." Satria mengecup bibir Nabila singkat.

"Mobilnya sudah siap kamu diantar pak Mury."

"Eh sayang gak usah, nanti kamu siapa yang antar? Kalau pak Mury ikut aku. Aku gak apa naik grab aja."

"Gak, kamu perginya sama Pak Mury. Nanti aku diantar sopir yang lain."

"Oh ya udah kalau gitu, aku berangkat dulu." Nabila mencium punggung tangan Satria. Lalu Satria mengecup keningnya.

Kebersamaan bisa menciptakan kebahagiaan. Mereka berjanji tidak akan lagi menyakiti satu sama lain. Jika cinta, yang satu tersakiti maka hati yang satunya pun ikut tersakiti. Saling menguatkan dan percaya adalah kuncinya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TriAngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang