#8, Menepati Janji

51 6 0
                                    

"Seorang pria sejati juga akan selalu menepati janjinya kepada siapa saja dan memperlakukan wanita dengan baik, bukannya menyakiti dan merendahkannya."

🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶

Berulang kali ia meyakinkan dirinya. "Maaf, pernikahan ini harus dibatalkan." Ucapnya sendiri di depan cermin di kamarnya. Namun, yang ada dia mondar-mandir di dalam kamarnya bahkan untuk menenangkan pikirannya ia sudah menghabiskan 1 liter air minum.

Tok...tok...tok.

"Mbak Angelia, Calon pengantin pria sudah datang bersama keluarganya."

Deg!

"Gak mungkin." Nabila segera membuka pintunya.

"Mbak bilang apa tadi?" Ucapnya  kepada salah satu bridesmaid dengan gugup.

"Calon pengantin pria sudah datang, mbak dibenahi dulu ya make up nya sebentar saja."

"Gak perlu mbak." Nabila menolak dan segera berjalan dengan cepat menuju aula dimana semua keluarga berada.

"Ya Allah sayang kenapa lari-lari sampai ngos-ngosan gitu?" Mamanya yang melihatnya segera menghampirinya.

"Ma, pernikahan ini harus batal." Ucapnya membuat seluruh keluarga besar Nabila dan Satria menoleh ke arahnya.

"Sayang, gak boleh seperti itu. Satria hanya telat beberapa jam sayang pernikahan masih bisa dilaksanakan."
Ucap Fina menenangkan putrinya.

"Gak, Ma. Nabila gak bisa menikah dengannya."

"Ehmm, Tante Satria ijin untuk berbicara dulu dengannya. Maaf mungkin beberapa hari ini saya tidak mengabarinya jadi dia masih badmood dengan saya." Ujar Satria menengahi mereka.

"Oalah, iya jangan lama-lama ya?"

Satria mengajak Nabila ke tempat yang sepi.

"Kenapa kamu berubah pikiran?"

"Hahahaaa... Lucu aja. Aku heran juga ada apa dengan hidupku? Mengapa aku mau menikah dengan orang yang semalam sudah menikahi orang lain?" Ucap Nabila membuat Satria mengerutkan keningnya.

"Kamu ngomong apa sih?" Tanya Satria.

"Masih ngelak juga, kamu sudah memperistri perempuan itu lalu kamu mau menikahi aku juga hanya selang beberapa jam? Apa sih motif kamu sebenarnya?"

"Aku, ya aku cuma mau nikah sama kamu. Nikah resmi sah di mata agama dan hukum."

"Hahahaaa..." Kini Nabila tidak hanya tertawa tapi perlahan suaranya sudah ikut bergetar, ia menangis. "Hebat kamu. Kamu memang laki-laki hebat."

"Udah ya, ayo sekarang aku nikahin kamu! Untuk ocehan kamu itu kamu simpan dulu nanti kita bicara lagi."

"Kamu ngajak nikah kayak mau ngajak beli cireng." Nabila mengusap air matanya hanya menggunakan telapak tangannya ia tak peduli dengan riasannya lagi. Entah apa yang membuat Nabila luluh lagi dan mau menikah dengan pria yang ia benci.

"Mbak tolong benahi make up calon istri saya, dia harus perfect hari ini."

"Baik, Mas. Duh mbak Angel kenapa bisa seperti ini sih? Sini mbak benahi lagi yaa."

Dengan telaten MUA itu merias kembali Nabila. Kini mereka berjalan menuju tempat akad nikah.

Acara ijab Qabul berjalan dengan khidmat, semua tampak bahagia melihat pasangan pengantin yang serasi itu. Namun, kebahagiaan tidak terjadi kepada kedua pengantin.

Nabila meraih tangan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya baik secara agama maupun negara, lalu diciumlah punggung tangan laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nabila meraih tangan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya baik secara agama maupun negara, lalu diciumlah punggung tangan laki-laki itu. Meskipun tak ada cinta di antara mereka, Nabila berjanji dalam hatinya ia akan berusaha menjadi istri yang taat padanya. Karena ia hanya ingin menikah satu kali dalam hidupnya dan ingin meraih ridho Allah SWT.

Laki-laki itu pun juga mengecup kening Nabila lama. Catat yaa, lama bukan sekilas. Mata mereka terpejam dan hanyut dalam pikiran mereka sendiri.

Semua keluarga berfoto secara bergantian. Mereka tak lagi saling diam tapi juga berusaha tersenyum dan ramah menyapa tamu undangan yang hadir.

Kini tinggallah mereka berdua, saling acuh dan tak ingin saling menatap. Satria lebih memilih menyibukkan dirinya dengan gawai yang ia pegang. Mengecek setiap pekerjaan yang ia tinggalkan untuk hari ini.

"Angel...." Yang merasa dipanggil pun menoleh ke sumber suara.

"Kamu ajak suami kamu istirahat di kamar gih! Kasihan dia pasti kelelahan." Ujar sang Mama. Nabila melirik suaminya yang masih duduk di sofa. Lalu menghampirinya.

"Yuk mas ke kamar!" Satria menatapnya tajam.

"Eumm maksud Nabila mas istirahat di kamar, Nabila antar!" Entah mengapa Nabila menjadi gugup saat berbicara dengan laki-laki itu.

"Ya."

Laki-laki itu mengikuti langkah Nabila di belakangnya. "Silahkan masuk, mas!"

Satria melepas jas dan dasinya lalu meletakkan sembarangan di atas kasur. Ia juga melepas sepatu dan kaos kakinya tanpa ia letakkan di rak sepatu.

Dengan cekatan Nabila merapikan barang-barang Satria dan meletakkan di tempat yang semestinya karena ia sangat tidak suka melihat ketidakrapian seperti itu.

Perlahan Nabila mulai melepas hiasan di rambutnya dengan hati-hati. Ia menoleh kepada suaminya dan mengajaknya berbicara. "Mengapa mas tetap menikahi saya?"

"Udah janji, kalau dah janji kan harus ditepati." Jawabnya santai, kini ia tak lagi chat dengan rekan kerjanya akan tetapi ia bermain game online yang menjadi kebiasaannya setiap waktu.

"Yah padahal aku tidak pernah berharap menjadi yang kedua." Ucap Nabila membuat Satria bangkit dari rebahannya.

"Gak pernah ada yang menjadikan kamu yang kedua."

Nabila menoleh kepada suaminya lagi. "Faktanya aku tetap yang kedua bagimu."

Satria mendekati perempuan yang sudah berstatus menjadi istrinya. "Gak apa kan jadi yang kedua yang penting adil?"

Nabila menaikkan pundaknya acuh lalu ia bergegas ke kamar mandi. Ia tak lagi ingin berdebat dengan suaminya. Ia memilih untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket. Sialnya, ia tidak bisa membuka resleting kebayanya.

"Oke, tenang Nabila perlahan kamu pasti bisa." Ucap Nabila pelan, ia mencoba lagi melepasnya tapi resleting itu malah nyangkut dan semakin susah dilepas. "Duh, gimana sih ini? Panas lagi."

Ia harus menurunkan sedikit egonya. "Help me please!" Pintanya pada laki-laki yang kini sudah bertelanjang dada karena AC di kamar Nabila tiba-tiba tidak berfungsi.

"Apa?"

"Sini!" Nabila memintanya untuk mendekat.

"Bantu bukain resletingnya nyangkut." Ucapnya manja.

"Sobek aja!"

"Eh jangan ini gaun bersejarah main sobek-sobek!"

"Ya gimana aku mah ogah bantu kamu?" Satria kembali cuek padanya.

"Ya udah aku akan bilang yang sebenarnya kepada semuanya kalau sebenarnya kita nikah hanya sandiwara."

"Ish bawel, sini aku bukain. Hadap sana!" Satria memutar tubuh Nabila. Ia semakin gugup saat melihat punggung mulus nan putih bersih milik istrinya. Susah payah ia menelan salivanya.

"Duh lama amat sih, mas?" Gerutu Nabila karena sudah tidak sabar ia ingin segera berendam.

"Ehmm... Iya ini dicoba bukain kok."
Ia berhasil membuka resleting itu.

"Udah gini saja kan? Apa harus dilepaskan juga bajunya?"

"Ih dasar mesum." Nabila segera menutup pintu kamar mandinya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia segera melakukan ritual berendamnya untuk menetralkan kembali detak jantungnya.

"Hufftt, Slamet...Slamet...Slamet... Jangan sampai gue nafsu sama tuh bocah!" Ucap Satria pelan sambil mengusap dadanya.



#####

Semoga cinta tumbuh di antara mereka karena seringnya bersama.

SELAMAT MEMBACA

TriAngel
A.Vandana

TriAngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang