Dua Puluh Tiga

777 42 9
                                    

Alira mengerjapkan kedua matanya, cahaya matahari yang menelusup masuk melalui celah-celah tirai jendela membuat wanita yang masih bergelung dibawah selimut itu terusik. Wanita yang kini tengah menatap seorang pria yang berstatus sebagai suaminya dalam waktu yang tidak cukup singkat ini kini selalu menjadi pemandangan pertama saat ia baru saja membuka kedua matanya.

"Apa aku setampan itu saat tidur?" Celetuk Rafael, pria yang tidak membuka kedua matanya sama sekali bahkan menyadari bahwa dirinya tengah ditatap dengan begitu intensnya oleh Alira.

Alira hanya diam, wanita itu masih dalam posisinya menatap Rafael, mulai dari alisnya yang tebal, mata elangnya yang sangat apik saat terpenjam karena bulu mata lentik dan panjang, bibir yang penuh dan rahang yang tegas, semuanya terlihat sempurna dan Alira baru menyadarinya.

Tidak mendapat respon apapun dari Alira membuat Rafael akhirnya membuka kedua matanya yang langsung bertubrukan dengan manik mata indah milik Alira, wanita itu tidak menghindar, ia justru menelusup ke dalam kedua mata elang Rafael.

"Kau membuatku takut." 

Alira terkekeh, wanita itu kemudian beranjak menyandarkan diri kepunggung ranjang, kemudian menatap Rafael yang memejamkan kedua matanya kembali.

"Aku lapar." Ucap Alira dan berhasil membuat Rafael seketika membuka kedua matanya dan menatap Alira yang kini sudah siap untuk beranjak dari ranjang.

"Aku akan membuat sarapan." Ucap Rafael, pria itu mengikuti Alira yang kini sudah bangun dan beranjak menuju ke walk in closet. Alira menganggukkan kepalanya, wanita itu melihat Rafael yang tengah berjalan menuju ke pintu.

"Aku akan mengemasi beberapa barang, kita harus segera kembali. Aku sangat merindukan Seira."

Ucap Alira yang berhasil menghentikan langkah Rafael tepat setelah pria itu menekan knop pintu. Rafael kemudian berbalik dan menatap Alira yang tengah beridiri memagang sebuah handuk.

"Kita akan pergi setelah sarapan." Ucap Rafael sebelum akhirnya pria itu benar-benar melangkah pergi.

Dan Alira melakukan ritual paginya sebelum ia mulai berberes sembari menunggu Rafael selesai menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.

-oOo-

Alira menatap wajah tenang Rafael yang tengah menikmati sarapan mereka, sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi yang masih mengepul terlihat sangat menggiurkan dalam tatanan piring keramik hitam yang nampak berkilauan. Namun Alira belum menyentuh sama sekali nasi goreng di depannya, wanita itu hanya hanyut dalam lamunan.

"Tidak menyukainya?"

Pertanyaan Rafael membuat Alira terkesiap, wanita itu dengan refleks langsung mengambil garpu dan sendok miliknya, kedua manik matanya mencari pelampiasan selain wajah Rafael.

Alira bersiap untuk memasukkan sendokan pertamanya hari ini, namun pergerakannya tertahan oleh tangan Rafael yang tiba-tiba mencekal pergelangan tangan Alira, wanita itu memperhatikan sesendok nasi goreng yang pria di depannya sodorkan, sendok yang entah sejak kapan sudah bepindah tangan.

"Buka mulut."

Tatih Rafael dan hanya diikuti oleh Alira, wanita itu masih memperhatikan Rafael yang juga tengah menatapnya dengan kerutan di dahi.

"Kau ingin membicarakan sesuatu?"

Tanya Rafael karena sejak pagi tadi Alira hanya diam dan terus menatapnya.

un incidenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang