Enam

1.5K 61 0
                                    

Beberapa minggu setelah weekend kemarin Alira menjadi sedikit berubah terkadang ia akan memasak sarapan ataupun makan malam.

Hanya itu, ia dan Rafael masih sama. Rafael yang dingin tidak mau mengetahui urusan Alira begitu juga dengan Alira. Mereka akan berbicara satu sama lain saat berurusan tentang Seira atau saat kedua orang tua mereka ada bersama mereka.

Alira, wanita itu tengah berjalan di sebuah koridor di kampusnya tepatnya ia tengah berjalan ke perpustakaan kampus, ia akan mencari buku untuk tugasnya besok.

"Lira!" teriak Airin saat Alira baru saja hendak memasuki perpustakaan tersebut.

Alira berbalik dan menemukan ketiga temannya yang tengah berjalan ke arah wanita itu.

"Aku cariin kalian." ucap Alira, sedikit kesal dengan ketiga orang di depannya itu yang meninggalkannya tadi.

"Kau bilang kau tidak lapar, kita ke kantin." ungkap Devina jujur.

"Jadi mau mengerjakan tugas kapan dan dimana?" tanya Stevani, kini keempatnya berjalan bersama masuk ke dalam perpustakaan yang cukup besar itu.

"Rumah Aira, sudah lama tak main." ucap Airin membuat Alira yang tengah memilih buku di rak sedikit terkejut.

"Boleh juga, kangen Mama Rina." ungkap Devina, ia juga tengah mencari buku untuk tugas kelompok mereka nantinya.

"Alira? Bagaimana?" tanya Stevani meminta persetujuan Alira yang tengah berdiri kaku di depan rak buku.

"Hah? Iya? Boleh." ucap Alira gugup , wnaita itu melangkahkan kakinya ke rak lainnya, namun langkahnya terhenti begitu saja saat wanita itu mendengar ramai-ramai di luar perpustakaan.

Alira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan keluar melihat apa yang terjadi dan pemandangan di depan pintu perpustakaan berhasil membuatnya berdiri mematung di ambang pintu.

"Ada apa si?" tanya Devina yang baru saja berdiri di samping Alira.

"Rame banget." ucap Stevani yang juga baru saja keluar dari perpustakaan tersebut bersamaan dengan Airin.

Ponsel Alira berbunyi dan tertera nama Alvian disana membuat Alira terkejut, pasti Alvian tengah mencarinya.

Alira segera menyeret tangan Rafael saat wanita itu mengedarkan pandangan dan melihat Alvian tengah berjalan di koridor gedung sebrang, ia takut hal buruk akan terjadi.

Peikikan histeris muncul begitu saja dari mahasiswi yang menyaksikan Alira mengenggam tangan Rafael dan membawa pria itu pergi.

Alira dan Rafael masuk ke dalam mobil pria itu.

"Apa kau sudah gila?" tanya Alira dengan nafas terengah-engah.

Rafael melirik Alira yang tengah menatap lurus ke depan dan berusaha mengatur napas.

Rafael mengambil sebotol air mineral di jok belakang kemudian menyodorkan ke depan Alira.

"Aku tidak akan menjadi suamimu jika aku gila." ucap Rafael yang berhasil membuat Alira menghentikan aktifitas minumnya.

"Tapi sepertinya kau memang gila." ucap Alira, entahalah moodnya kali ini rusak.

Rafael tak memperdulikan Alira yang kini kesal kepadanya, pria itu melajukan mobilnya keluar dari area kampus.

Setelah sampai di rumah mama Rina tanpa memperdulikan Rafael, Alira bergegas turun.

un incidenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang