Duapuluh Lima

983 27 15
                                    

Ceklek.

Alira membuka knop pintu, dalam hatinya bertanya siapa yang mengusiknya dipagi hari dengan bertamu tanpa melihat jam. Setelah Rafael berangkat ke kantor, wanita itu masih sibuk dengan baby Seira, memandikan dan mendandaninya.

Aira sedikit terkejut kala melihat siapa yang kini tengah berdiri di depannya saat wanita itu menarik daun pintu dan membawanya keluar, disana Davina terlah berdiri dengan tatapan tajam khas dirinya yang membuat Alira merasa terintimidasi.

"Devina?"

Wanita yang dipanggil namanya itu langsung berjalan dan memeluk Alira dengan erat hingga wanita itu sedikit kesulitan bernafas.

"Lepas Dev, sesek ini"

Devina mengikuti perintah Alira, wanita itu melepaskan pelukannya kemudian menunjukkan cengiran khas tak bersalahnya.

"Apakah aku tidak boleh masuk?"

Devina bertanya dengan kedua kakinya yang telah melangkah memasuki rumah dengan meninggalkan tuan rumahnya. Alira menggelengkan kepalanya, heran. Alira mengikuti Devina yang sekarang tengah memakaikan bayu kepada putri kecilnya Seira. Dalam pandanganya Alira wanita itu menatap Devina yang nampak telaten mendandani Seira sesekali wanita itu bercanda dengan putri kecilnya dan menibulkan tawa, dunia serasa milik mereka berdua.

"Ternyata sudah lama sejak aku tidak berkumpul dengan kalian."

Ucap Alira memecah keheningan, Devina mengangguk.

"Bagaimana kabar kalian, apakah kalian akan segera lulus?"

Devina mengalihkan pandangannya dari Seira yang ada di pangkuan wanita itu, mendapati raut sendu Alira yang juga tengah menatapnya.

 "Ya sudah lama sekali dan Seira juga sudah tumbuh dengan baik."

Alira tersenyum sendu, wanita itu mendekat ke arah ranjang dan bergerak menciumi pipi gembut Seira yang kemudian tertawa.

"Ah... aku kesini untuk menemanimu seperti yang kau minta semalam, jadi apa agenda hari ini?"

Alira menghentikan kegiatannya merecok pada Seira, wanita itu kembali menegakkan posisi duduknya dan mulai memikirkan suatu kegiatan yang menyenangkan.

"Bagaimana jika kita pergi jalan dan membeli beberapa baju untuk Seira?"

Devina berseru dengan senang, wanita itu terlihat excited dengan usulan dari Alira.

"Terlihat menyenangkan, aku juga sudah lama tidak ke mall."

"Aku akan bersiap dengan segera, kau tunggu bersama Seira."

Devina menganggukkan kepalanya, wanita itu kembali fokus pada Seira yang sangat menggemaskan dimatanya.

"Sepertinya aku harus izin dulu ke Rafael"

Ucap Alira, wanita itu tengah mengoleskan sebuah lip cream ke bibir ranumnya, hanya sedikit untuk memberi kesan tidak pucat pada wajahnya. Devina menoleh wanita itu mendekatkan diri ke Alira yang tengah duduk di meja rias dengan Seira dalam gendongannya.

"Harus. Kau kan istrinya, kau juga memakai uangnya"

Alira melirik tajam ke arah Devina yang tengah menyeringai melalui pantulan di kaca.

"Uangnya adalah uangku juga" Balas Alira.

-oOo-

Alira dan Devina memilih tempat duduk di pojok restaurant jepang, keduanya memutuskan untuk makan siang setelah berkeliling pusat perbelanjaan yang cukup menguras tenaga dan kantong tentunya. Alira membaringkan Seira  di kursi, wanita itu sengaja memilih restaurant dengan kursi sofa yang cukup nyaman untuk menidurkan Seira yang kelelahan, sedangkan Devina baru saja kembali dari toilet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

un incidenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang