"Anniversary(?)'"

776 35 8
                                    

Alira sedikit tergesa berjalan menyusuri sebuah lorong yang akan mengantarnya ke suatu tempat, wanita itu sedikit berlari untuk menggapai pintu lift yang akan segera tertutup. Menghela nafas lega saat dirinya telah berdiri di dalam lift, setidaknya ia tidak harus menunggu lift berikutnya, karena ia sudah sangat terlambat sekarang.

Alira mendongkak saat pintu lift terbuka yang menampilkan seorang wanita dengan pakaian rapi, setelah ia perhatikan sepertinya mereka pernah bertemu disuatu tempat, entah dimana tapi Alira merasa tidak asing dengan wajah wanita yang kini bahkan keluar dari lift dalam lantai yang sama dengannya.

Alira tidak mau memusingkan hal itu, dengan segera ia mencari ruangan yang ingin ia tuju, berjalan perlahan karena detak jantungnya sedang tidak baik-baik sja sekarang, setiap langkah yang semakin dekat dengan ruangan bertuliskan "CaffeLOVE" membuat jantungnya semakin bertalu kencang pula.

Alira menghela nafas untuk kesekian kalinya sebelum memantapkan diri melangkah melewati pintu masuk. Kemudian mengedarkan pandangannya dan akhirnya menemukan seorang pria dengan bahu lebar yang duduk membelakanginya dan seorang anak kecil yang duduk disampingnya.

Alira diam mematung ditempatnya, mencoba mencermati pemandangan yang tertangkap netranya.


                                               🍁


"Duduklah."

Nada perintah yang akan membuat semua orang menuruti perkataan pria yang kini tengah duduk dengan kaki bersilang di sebuah sofa mahal yang menunjukkan betapa berkuasanya pria itu.

Naura, duduk dengan elegan menatap mata elang pria didepannya, tatapan tajam yang seolah mencekik itu tidak berhasil membuat seorang Naura menciut.

"Aku tidak punya banyak waktu jika tujuanmu memanggilku kesini hanya untuk menatapku."

"Ya. Aku hanya ingin menatapmu."

Ujar Rafael sebelum sedetik kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan pergi melangkah keluar meninggalkan Naura yang masih terdiam ditempatnya.

Rafael melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai, tangan panjangnya terulur untuk membuka knop pintu dan melangkah keluar, pemandangan yang ada di depan matanya berhasil membuatnya berhenti melakukan kegiatannya menutup pintu.

Kedua netranya teus memperhatikan seseorang yang kini tengah melangkah keluar dari ruangan di depannya, berjalan semakin mendekat dan berakhir dengan kedua mata mereka bertemu dalam satu kuncian. 

Seperti halnya dengan Rafael, seorang di seberang sana nampak terkejut.

"Rafael?"

Begitulah seruan lirih yang masuk ke dalam indera pendengaran Rafael. Suara yang sudah sangat ia hafal. Alira.


   🍁


"Alira"

Tersadar dari lamunannya, Alira memantapkan diri untuk melanjutkan langkah menuju ke sumber suara yang menyerukan namanya, pikiran yang berkecamuk dengan berbagai pertanyaan yang tak kunjung berhenti dipikirannya, membuat langkahnya terasa berat.

"Ma-maaf karena aku terlambat."

Ucapnya dengan terbata, kedua tangan wanita itu bertaut tanda bahwa ia sedang gugup sekarang, kedua netranya terus menatap mata elang pria didepannya yang juga tengah menatap matanya, entah apa yang Alira dapat dari tatapan itu, namun terlihat jelas ada pancaran kesedihan disana membuat hatinya berdesir ngilu.

un incidenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang