Empatbelas

1K 46 4
                                    

Enjoy!

Rafael menuntun Alira duduk disebuah bangku yang entah sejak kapan sudah berada diruangan itu, keduanya masih dalam diam, Alira menatap hidangan yang telah tersaji di meja dengan rapih, ada sebuah bunga mawar merah dalam vas kaca yang nampak sangat indah, beberapa lilin juga turut mengisi meja.

Alira menatap pria di depannya yang masih saja diam, pria itu nampak sedikit gelisah. Hingga detik berikutnya keempat mata itu bertemu.

"Saya melakukan kesalahan dimasa lalu, Saya tidak ingin untuk kedua kalinya terulang dimasa depan."

Rafael mulai bersuara, menyampaikan apa yang selama ini telah mengisi pikirannya, pria itu menghela nafas pelan menyakinkan diri bahwa pilihannya adalah hal yang tepat.

Sebuah kotak berwarna biru mendarat sempurna di meja depan Alira, wanita itu mendongkak mendapati Rafael yang juga tengah menatap Alira.

"Bukalah!" 

Alira menangguk wanita itu lantas membuka kotak dengan pita berwarna putih yang menghiasinya. Alira mengeluarkan sesuatu yang berbentuk seperti album. Wanita itu membuka lembar demi lembar dimana setiap sisi lembaran terdapat sebuah foto dirinya bahkan saat ia sedang menandung baby seira, foto yang entah kapan pria itu ambil, foto yang kemudian dilengkapi dengan tulisan indah.

Alira tertegun, bagaimana pria itu menyiapkan liburan singkat mereka, bagaimana pria itu menyiapkan ini semua untuknya disaat pria dingin itu terlampau sibuk dengan pekerjaannya.

Air mata itu perlahan turun dengan sendirinya membuat sang empu bertahan sekuat tenaga menahan isakan yang pasti akan sangat terdengar jelas diruangan sunyi itu.

Alira mengeluarkan sebuah cincin yang terletak tepat di halaman terakhir, wanita itu melepas sebuah perekat kemudian mendongkak menatap Rafael yang selalu dengan wajah tenangnya.

"Saat itu tidak dengan rasa ini, sekarang aku ingin memberimu lagi dengan rasa yang akan terus tumbuh."

"Alira, mari merajut benang yang telah kita siapkan sebelumnya, Seira adalah sumber kebahagiaan saya. Saya tidak ingin melihatnya padam."

Alira terkesiap mendengar bagaimana tutur kata Rafael mampu menyentuh relung hatinya dan lagi-lagi sesak itu mengiringi setiap detik waktu yang berlalu menyisakan Alira yang belum mampu melihat bagaimana warna rasanya, Alvian mengapa dirinya terus berseru untuk pria itu?

🍁

"Mama!" Baby Seira terbangun ditengah malam seperti biasanya, suara serak khas bangun tidur bayi itu memenuhi ruangan remang yang sunyi, kini bayi mungil itu tidur sendiri disebuah box yang cukup besar disamping tempat tidur Alira dan Rafael.

Rafael mengerjapkan matanya kala bayi kecil itu mulai merengek, pandangannya jatuh kearah Alira dimana wanita itu tampak tertidur dengan pulas hingga tidak terusik oleh suara Seira. Alira nampak kelelahan setelah mereka pergi berlibur kemarin.

Rafael turun dari ranjang kemudian menghampiri baby Seira, mengulurkan tangannya dan mulai menggendong baby Seira yang langsung memeluk lehernya, menyari kenyamanan dalam tengkuk ayahnya itu. Satu tangan Rafael bergerak mengusap pelan punggung putrinya yang lima menit kemudian kembali terdengar menghembuskan nafas dengan teratur.

Lima belas menit Rafael menggendong baby Seira dalam diam, pria itu masih sangat canggung menggumamkan kata-kata penenang untuk Seira, Rafael, pria itu hanya tidak terbiasa berkata-kata, ia kemudian memastikan putri kecilnya benar-benar sudah tertidur kembali sebelum membaringkannya ke dalam box. Rafael melangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara yang bisa mengusik Alira dan Seira.

Pria itu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga kemudian berjalan menuju dapur yang sedikit remang akibat semua lampu diturunkan kecerahannya, pria itu mengulurkan tangan membuka kulkas mengambil sebotol air putih kemudian menuangnya dalam gelas dan mulai meminumnya hingga tandas.

Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari, pria itu tidak bisa kembali memejamkan kedua matanya, hingga ia memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerjanya membuka laptop dan memeriksa beberapa e-mail penting yang telah menunggunya dari beberapa hari lalu saat ia berlibur. Sesekali suara ketukan keyboard mengalun mengiringi kesunyian dalam ruangan besar Rafael.

Alira terbangun, wanita itu tidak menemukan keberadaan Rafael disampingnya, mungkin dalam kamar mandi pikirnya. Alira mengedarkan pandangannya ke dalam box baby Seira, bayi mungil itu masih tertidur pulas disana membuat Alira sedikit menyunggingkan senyumnya.

Alira memutuskan untuk berjalan kearah kamar mandi pasalnya sudah lebih dari lima belas menit wanita itu menunggu Rafael keluar dari sana namun hasilnya nihil, wanita itu lantas membuka pintu kamar mandi dan tidak menemukan siapapun disana membuat Alira mengernyit.

"Apakah sudah ke kantor?"

Alira bertanya pada dirinya sendiri, wanita itu lantas mengamati jam yang terduduk dengan manis di nakas samping tempat tidur. Pukul 03.30.

"Masih terlalu pagi untuknya ke kantor." pikir Alira, wanita itu kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar, tenggorokannya terasa sangat kering, ia membutuhkan segelas air.

Langkahnya terhenti kala ingin menuruni anak tangan pintu ruang kerja Rafael sedikit terbuka membuatnya mendekati pintu tersebut.

"Kau tertidur disini? Kapan kau pindah?"

Alira bertanya saat dirinya menemukan Rafael tengah mengerjakan sesuatu dilaptopnya dengan mata yang terlihat mengantuk.

Rafael medongkak mendapati Alira tengah berdiri di depannya dengan tatapan penuh tanya.

"Baby Seira bangun lalu aku tidak bisa kembali tidur." Ucapnya dengan jujur, pria itu kemudian menutup laptopnya dan memandang Alira sepenuhnya yang juga tengah memandangnnya dengan keheranan.

"Tidurlah, kau tidak ke kantor hari ini bukan?"

Rafael mengangguk pria itu lantas beranjak dari duduknya berdiri tepat di depan Alira membuat wanita yang terpaut lebih pendek dari pria itu mendongkak.

"Aku ingin bersamamu."

Ucap Rafael sebelum pria itu bergerak memeluk Alira yang masih dalam keterkejutannya, wanita itu masih terpaku dengan perlakuan Rafael yang sedikit berubah pasca kejadian pada malam itu, bahkan saat dihotel pria itu memeluk dirinya semalaman, pria itu pula tiba-tiba menyiapkan box khusus untuk baby Seira.

"Kenapa pria dingin ini menjadi sangat manja?"

Alira berdesir, degup jantungnya bertalu lebih cepat daripada biasanya bersamaan dengan rasa sesak yang akan terus mengikutinya, Alira menghela nafas sepelan mungkin agar Rafael tidak menyadarinya.

🍁

😭

un incidenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang