Bagian 4

507 57 6
                                    

Youn1t Fanfiction

Happy Reading

Detikan jam menunjukkan sepuluh menit sejak kepergian Fenly ke toilet. Tetapi kekhawatiran Shandy tak bisa ia bendung, entah mengapa perasaannya begitu gusar dan tak tenang.

"Loh, Bang. Fenly kemana?" Tanya Fajri setelah mencuci tangan.

"Tadi dia pamit ke toilet, tapi  sudah beberapa menit belum kembali."

"Yaudah aku kesana ya, Bang." Balas Aji, ia khawatir terhadap sahabatnya.

"Iya Ji." Meskipun ucapannya begitu tenang, tetapi jujur hatinya khawatir. Ia mencoba tepis perasaan yang sedari tadi mengganggunya dan mengikuti langkah Fajri dari belakang. Langkah kakinya terhenti kala menatap kaki seseorang yang begitu familiar menurutnya.

"FENLY!!!" Teriak Fajri tanpa sadar. Ia segera menepuk pipi sahabatnya dengan kencang berusaha membangunkan seseorang yang sedari tadi asyik memejamkan matanya.

"Fen, kuat ya." Katanya lagi sambil menggenggam erat jemari yang mulai dingin. Ia ketakutan, ia takut sahabatnya tak tertolong.

Ini pertama kali bagi Shandy melihat seseorang dengan keadaan pingsan seperti ini. Rasanya ia bingung, jantungnya berdetak lebih cepat. Apalagi pemuda itu ialah pemuda yang sempat menarik perhatiannya. Saat ini terbaring tak berdaya dengan wajah yang pucat. Kakinya tak dapat bergerak sedikitpun, bibirnya kelu meskipun hanya untuk mengucapkan satu kata. Ia tak dapat melakukan apapun saat ini.

"SON, FIK. TOLONG!!!" Teriaknya pada kedua sahabatnya supaya mendekat. Tetapi baru beberapa detik ia teriak, tiba-tiba muncul Shandy didekatnya dengan wajah yang pucat. Ia dapat melihat wajah sosok yang belum lama ia kenal itu begitu khawatir pada sahabatnya. Meskipun sebenarnya Shandy ragu ia telah melakukan hal benar atau tidak, jika ia tak melakukan apa-apa, Fenly akan tidak terselamatkan.

"Ji, Fenly kenapa?" Tanya Shandy yang berusaha tenang meskipun panik.

"Tak tahu, Bang."

"Kita bawa ke rumah sakit, kalian bantu angkat Fenly ke mobilku, ya." Ucapnya pada mereka.

Sementara Fiki dan Zweitson saling berpandangan menatap Shandy seperti itu.

***

"Fen, kamu kemana sih?" Gerutunya pada ponsel yang sedari tadi menyala menunjukkan panggilan yang tidak diangkat.

Gilang menghela napasnya, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Entah apa yang terjadi pada adiknya itu. Ia akui memang tak terlalu dekat dengan Fenly, tetapi ia selalu mempunyai perasaan gelisah saat Fenly kenapa-kenapa. Seperti sekarang ini, ia khawatir terjadi apa-apa pada adiknya itu. Mengingat jika adiknya selalu mengalami hal buruk sejak kecil, membuat Gilang selalu protektif jika adiknya kenapa-kenapa.

Ia tahu kenapa Bundanya selalu lebih perhatian pada Fenly dibandingkan dengan dirinya. Karena Fenly istimewa, ia mempunyai segudang keistimewaan yang jarang orang miliki. Apalagi mengingat kondisinya yang selalu tak baik-baik saja meskipun pemuda itu selalu menunjukkan dengan senyuman. Senyuman palsu yang mungkin hanya Gilang yang tahu.

Oleh karena itu, sejak kecil ia selalu berusaha melindungi Fenly sesuai perintah sang Bunda. Ia dan Ricky kompak jika harus menjadi tameng untuk Fenly jika terjadi sesuatu padanya.

1 Pesan Masuk

Bang Gilang, Fen masuk rumah sakit. Kesini ya Bang, Aji takut.

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang