Bagian 6

402 50 6
                                    

Youn1t Fanfiction

Happy Reading

Mentari pagi kian meninggi, sosok berkulit putih itu tengah asyik merapikan tempat tidurnya. Sejak satu jam yang lalu ia terbangun, menikmati suasana pagi sangatlah senang. Ini sudah menjadi rutinitas Fenly ketika libur, apalagi dua hari lalu ia telah bebas dari rumah sakit. Rasanya bisa menghirup udara segar seperti ini sangatlah nyaman.

Entah sampai kapan ia bisa menikmatinya, apalagi ucapan dokter Fauzan yang seakan menjadi pengingat bahwa dirinya harus tetap semangat. Semangat menjalani hari-hari di sisa hidupnya.

Tes.... tes.... tes....

Hari ini sudah dua kali cairan kental berwarna merah itu datang tanpa berita, tetapi sudah tidak terkejut lagi seperti saat pertama kali ia mengetahui itu. Sudah menjadi makanan sehari-hari jika ia kelelahan.

'Mungkin kemarin keasyikan main sama Bang Lang.' Gumamnya tanpa sadar.

Ia meraih tisu dan mendongakkan kepalanya di atas tempat tidur. Mengatur napas perlahan supaya cairan itu berhenti. Rasa pening mendera kepalanya, ia memejamkan matanya sedikit berharap rasa pening itu berhenti.

Tok... Tok... Tok

Ketukan pintu terdengar beberapa saat, ia membuka matanya dan menoleh sejenak sebelum bangkit dari tidurnya. Akhirnya rasa pening itu tiba-tiba berhenti, ia tahu penyakitnya kambuh. Tetapi berkat bantuan sang dokter ia bisa mengatasinya sendiri kali ini.

"Fen, Bunda mau bicara sama kamu." Ucap sang Bunda ketika Fenly membuka pintunya, mempersilakan wanita paruh baya itu untuk masuk.

"Ada apa Bundaku sayang?"

"Jauhi laki-laki bernama Shandy." Fenly terkejut saat nama Shandy terlontar dari mulut sang Bunda. Ia tidak menyangka bahwa Bundanya tahu tentang Shandy.

Ini menjadi pemikiran negatif tentang Shandy, ada apa sebenarnya sampai Bunda menyuruhnya menjauhi Shandy?

Fenly terdiam beberapa saat mencerna ucapan sang Bunda, mengapa ini terjadi? Sejauh ini sang Bunda tidak pernah melarang bergaul dengan siapapun asalnya memberikan pengaruh positif, tetapi Shandy?

Entahlah, ia tak tahu. Apakah ia harus berbicara dengan Gilang dan Ricky supaya membantunya untuk terus berteman dengan Shandy?

"Fen, dengar ucapan Bunda?"

"Kenapa, Bun?"

"Dia bisa membawa pengaruh buruk untukmu!" Suara Bunda yang tegas membuat nyali Fenly menciut. Ini untuk pertama kalinya Bunda melarang ia berteman dengan seseorang yang baru ia kenal.

"Kenapa harus Kak Shandy, Bun? Dia laki-laki yang baik, ramah dan perhatian."

"Jauhi dia, Bunda tak suka kamu dekat dengannya."

"Fen, Bunda ingin yang terbaik buat kamu. Bunda tak mau dia-" ucapan sang Bunda tiba-tiba terpotong.

"Tapi Kak Shandy baik sama Fen dan Aji, Bun. Apalagi saat pertama bertemu, dia rela berdiri saat sakit Fen kambuh."

"Bunda mohon, Fen." Balas sang Bunda sambil berkaca-kaca.

Sedangkan Fenly hanya menggelengkan kepalanya, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Jujur, ia tak sanggup jika melihat sang Bunda yang akan menangis terlebih karenanya.

"Bunda mohon," ucap Bundanya lagi sambil menggenggam erat kedua tangan Fenly.

"Beri satu alasan yang masuk akal untuk Fen jauhi Kak Shandy."

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang