Bagian 8

358 55 10
                                    

Youn1t Fanfiction

Happy Reading

Mentari pagi kian meninggi, membuat pemandangan mata terasa segar. Kicauan burung menemaninya tatkala ia membuka tirai jendela kamarnya, komplek nan asri menjadi pemandangan pertama kalinya dipagi ini. Coba saja waktu bisa terulang, ia akan dengan kerja kerasnya untuk menemukan apa yang ia cari selama ini. Harapan yang masih terasa sulit kini sungguh mematahkan hatinya, hidupnya hancur dengan kenyataan yang ada.

Kini hanya bayangan senyuman itu yang ia yakini membawa ke alam mimpi yang entah kapan itu datang.

Shandy, pemuda itu menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum miris saat mengingat pertemuannya dengan Gilang kemarin lusa. Mengurung diri selama dua hari ternyata tidak membuatnya sembuh, luka yang ditorehkan oleh takdir menjadi kian jelas. Ia tak sanggup akan kenyataan ini.

"Shandy!" Panggil seseorang mengetuk pintu kamar Shandy.

Sementara Shandy tak bergeming sedikitpun, ia lebih menikmati pemandangan didepannya. Ia tahu suara siapa itu, lebih memilih untuk menghiraukan Kakaknya yang terus memanggil namanya.

Ya, Shandy tahu itu suara Farhan yang memanggilnya. Tetapi ia mendengar ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka memunculkan wajah ceria Farhan saat menghampiri Shandy.

"Beruntung Kakak punya kunci kamarmu, jadi tak harus menunggumu buka pintu."

Hanya suara Farhan yang memenuhi ruangan kamar Shandy, sedangkan Shandy terdiam tanpa menoleh sedikitpun. Dari raut wajahnya terlihat sendu. Sang Kakak menatap heran pada Adiknya. Ia menepuk bahu Shandy dengan pelan.

"Shan, Kakak udah ketemu Fenly." Katanya sambil tersenyum ke arah Shandy dengan semangat.

"Shan, kenapa sih?" Tanya Farhan yang bingung dengan Adiknya.

Apa mungkin karena Ayahnya membandingkan dirinya dengan Shandy lagi? Atau ada masalah lain?

"Kalau ada masalah cerita, jangan dipendam. Oh iya besok Kakak ajak kamu ketemu Fenly ya."

"Dia bukan Fenly." Balas Shandy dengan datar tanpa menoleh ke arah Farhan.

Ia menghela napas berat dan menatap Kakaknya dengan sendu, matanya memanas ketika Farhan kembali menyebut nama Fenly, berharap jika memang benar Fenly yang ia kenal itu adiknya.

Tetapi apakah Gilang tega melakukan kebohongan padanya setelah bekerja dengannya bertahun-tahun?

Itu tidak mungkin, Shandy sangat kenal dengan Gilang. Mungkin memang sudah saatnya ia mengetahui yang sebenarnya bahwa sang adik telah tiada. Air mata yang sedari tadi ia tahan tiba-tiba menetes, wajah cerianya kembali murung.

"Fenly, dia-"

"Dia kenapa?"

"Su-sudah meninggal satu tahun lalu, Kak." Katanya dengan isakan yang memilukan. Sedangkan Farhan hanya terdiam mencerna ucapan sang Adik.

Seperti ditikam timah panas, ini lebih dari itu. Farhan seakan lupa caranya bernapas, ia menatap Shandy dengan tajam sambil meneteskan air matanya.

"Kamu pasti bercanda, mana mungkin Fenly meninggal. Kemarin aku ketemu dia, Shan. Dia baik-baik saja." Ujarnya menyakinkan dirinya sendiri, sebenarnya ia pun takut akan kenyataan itu.

"Itu bukan Fenly, Kak. Dia berbeda, adik kita sudah meninggal. Dia hanya orang asing yang namanya sama dengan Fenly."

"Sampai kapanpun Kakak tak percaya sama ucapanmu."

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang