Bagian 13

323 55 5
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

Shandy masih terus berlari menuju mobilnya yang terparkir jauh dari pingsannya Fenly. Ia menggendong pemuda itu dengan cepat, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Ia takut, takut terjadi apa-apa dengan Fenly. Terus-terusan air matanya mengalir deras, menatap wajah pucat Fenly dengan khawatir.

"Fen, bertahan ya. Kakak mohon." Ucapnya pada pemuda itu sambil merapalkan berbagai doa supaya ia berhasil membawa Fenly kerumah sakit.

Sesampainya di mobil, ia membaringkan tubuh Fenly di kursi penumpang. Menyelimutinya dengan jaket yang ia kenakan, kemudian ia menyetir dengan perasaan campur aduk. Ia tak tahu apa-apa tentang sakitnya Fenly, tetapi melihat bagaimana wajah kesakitan Fenly tadi membuatnya ia takut. Takut kehilangan Fenly, takut tak bisa bertemu dengannya lagi, takut tak bisa melihat senyuman pemuda itu lagi.

"Plis Fen, bertahan ya Dek. Siapapun kamu, Kakak cuma mau bilang kalau Fen udah Kakak anggap Adik. Jadi bertahan ya."

Terdengar suara lenguhan Fenly, ia menoleh sejenak sebelum akhirnya menancap gasnya semakin cepat. Ia tak ingin terlambat, ia ingin Fenly cepat mendapatkan perawatan.

Jarak dua puluh menit ia tempuh, bisa bernapas lega saat ia memasuki area rumah sakit. Bergegas memarkirkan mobilnya dan menggendong Fenly menuju ruang UGD dengan perasaan takut.

"Dokter, tolong bantu Adik saya."

"Fenly? Cepat Sus siapkan ranjang untuk Fenly dan lakukan tindakan. Mas nya tunggu disini ya, tolong hubungi keluarganya secepatnya." Dokter bername tag Fauzan melangkah pergi dari hadapan Shandy, sedangkan Shandy hanya termenung. Ia menatap pintu transparan itu dengan gugup dan perasaan campur aduk.

Apa ia harus menghubungi Gilang dan Ricky? Pasalnya mereka saja tak suka jika ia dekat dengan Fenly, tetapi sekarang hanya keluarga yang harusnya berada disamping Fenly bukan?

Gilang

Lang, Fenly dirumah sakit.

Ia berharap Gilang tak memperkeruh suasana, yang ia mau saat ini ialah Fenly membuka matanya dan menyapanya dengan senyuman bahwa dia baik-baik saja.

Fajri

Ji, Fenly dirumah sakit. Kesini ya.

Ia juga mengirim pesan pada sahabat dekat Fenly. Pasti Fajri juga mengkhawatirkannya, ia tak egois saat ini. Meski sejujurnya ia tak ada niat untuk menghubungi sahabat dari Fenly tersebut. Ia bingung harus bagaimana, apalagi jika nanti ia bertemu dengan Amelia lagi. Akankah ucapan dulu ia dapati dari wanita paruh baya itu?

Shandy menyandarkan punggungnya di kursi tunggu depan ruang UGD, ia memejamkan matanya lelah. Entah mengapa hatinya teriris tatkala ingatannya menerawang saat Fenly merintih kesakitan tadi. Wajah tampannya tergantikan oleh wajah kesakitan saat Shandy menatapnya, tiba-tiba air matanya menetes tanpa bisa ia cegah.

"SHANDY!!" Pekik seseorang dari kejauhan, Shandy membuka matanya menoleh ke arah sumber suara sebelum akhirnya kerah bajunya ditarik paksa.

Kilatan amarah seseorang itu membuat nyali Shandy menciut, ia mundur beberapa langkah tetapi nyatanya tak bisa. Perih saat seseorang dihadapannya menggenggam erat lehernya berusaha memberhentikan laju nadinya.

"Lang," lirih Shandy pada seseorang itu.

"Kenapa Lo hadir lagi didekat Fenly? Lo masih anggap dia Adik kandung Lo? Fenly Adik kandung Lo udah mati, jangan dekatin Adik Gue lagi. Paham?" Shandy sempat terkejut akan ucapan Gilang. Selama ia mengenal pemuda itu, ini kali pertama ia dengar Gilang menggunakan bahasa Lo Gue. Terasa tak biasa, tetapi ia paham bagaimana situasinya saat ini.

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang