Bagian 12

329 57 5
                                    

Youn1t Fanfiction

Happy Reading

Awan putih semakin menghitam, suara angin semakin jelas. Seorang pemuda menengadahkan kepalanya, menatap langit yang seakan tahu isi hatinya saat ini. Semua ini ciptaan-NYA, ia akui itu. Tuhan maha adil, Tuhan selalu memberinya kenikmatan. Ia diberi kesehatan, ia diberikan keluarga yang sayang padanya, ia juga diberikan sahabat-sahabat yang selalu ada untuknya. Tetapi mengapa rasa sedih itu masih tergambar jelas di memorinya?

Mengapa ini semua terjadi pada dirinya? Salahnya apa? Terlahir sebagai putra bungsu membuatnya berpikir, apakah Tuhan sedang baik maka ia dilahirkan? Ataukah Tuhan sedang menghukum kedua orang tuanya saat melahirkan?

Nyatanya ia tidak sesempurna orang lain, memiliki segalanya dengan mudah. Mempunyai dan bisa melakukan apapun tanpa harus merasa takut, nyatanya ia berbeda. Berbeda dari teman-temannya, mempunyai penyakit sejak kecil bukanlah hal mudah, ia alami selama hampir 20 tahun hidupnya. Ia menyadari itu, apakah itu alasan kedua orang tuanya tak ingin merawatnya?

Karena penyakit mematikan itu? Rasanya itu tidak adil, apalagi mengingat tubuh kecilnya membutuhkan peran penting kedua orang tuanya untuk merawatnya. Tetapi ternyata ia salah, ia dibuang dan tak pernah mengingat masa kecilnya itu.

Langkah kakinya terus menyusuri komplek perumahan yang semakin lama semakin menjauhi rumahnya, ia berjalan ke sebuah danau dan duduk di salah satu bangku yang berada disana. Lagi-lagi air matanya menetes, terlalu sesak jika ia mengingat ucapan Ricky saat dirumah tadi. Hatinya bergemuruh seakan bertanya-tanya nasib hidup dirinya selanjutnya bagaimana?

Apakah ia sanggup pulang kerumah yang bukan semestinya? Ataukah ia harus menghubungi keluarga kandungnya yang ternyata ialah orang yang selalu ada didekatnya?

Mengapa harus Shandy dan Farhan? Meskipun dalam hati kecilnya ia merasa senang, tetapi mengapa keluarga mereka dengan tega membuang Fenly?

Apakah Shandy selama ini hanya berpura-pura tidak tahu dan mencoba mendekatinya karena hal ini? Jika memang benar, ia merasa di tipu dan merasa malu sendiri.

Drrrt Drrrt

Ponsel di sakunya bergetar sedari tadi, tetapi ia sungguh enggan untuk sekedar mengambilnya. Ia ingin menenangkan dirinya saja untuk saat ini.

Menjadi dirinya sangat tidak enak, terombang-ambing oleh rahasia besar yang disimpan apik pada kenyataan buruk yang ada. Rasa sayangnya kepada keluarganya saat ini seakan luruh, ia merasa dunia tak adil padanya.

Drrrt Drrrt

Ponselnya bergetar kembali, mau tidak mau ia merogohnya dan terpampang jelas nama siapa yang muncul pada benda pipih tersebut. Menghela napas sebelum akhirnya ia angkat.

"Iya Tante?" Sapaan pelan dari Fenly membuat seseroang disebrang sana terdiam sejenak. Pasalnya ini pertama kali Fenly menyebut namanya dengan sebutan asing, tidak seperti biasanya.

"Fenly udah tahu semua rahasia itu. Jadi Tante jangan larang Fen-"

"Bunda paham, Nak. Kamu pulang dulu yuk, kita bicara dirumah."

"Apalagi yang perlu dibicarakan? Fen kecewa sama Tante, Bang Lang dan Bang Rick. Kenapa-" ucapannya tiba-tiba terpotong. Pemuda berkulit putih itu menghela napasnya kasar, ia mati-matian menahan tangis sedari tadi. Karena ucapan wanita paruh baya itu cukup membuatnya berpikir bahwa sebenarnya ia memang bukan anak kandung dari Bunda nya.

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang