Bagian 9

329 53 8
                                    

Youn1t Fanfiction

Happy Reading

"Kak Shandy!!" Teriak seseorang dengan suara merdunya. Ia melambaikan tangan pada pemuda bernama Shandy dengan tersenyum.

Tentu Shandy tahu siapa pemilik suara tersebut, suara yang mampu mengalihkan atensinya pada sekitar. Ia menoleh ke arah Farhan dengan tersenyum, tetapi detik berikutnya senyuman itu sirna digantikan oleh sendu diwajahnya. Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya seseorang itu menghampiri keduanya yang tampak tak bergeming sedikitpun.

"Kak Shandy, eh ada Kak Farhan juga. Hai Kak."

"Fen-Fenly?" Tanya Shandy terkejut, ia justru berharap tidak pernah bertemu dengan pemuda itu lagi. Itu mengingatkannya pada kenyataan pahit tentang sang Adik yang telah tiada. Tetapi Tuhan berkata lain, dihadapannya ini ialah pemuda yang selalu menjadi tempat ternyamannya beberapa bulan terakhir ini.

"Iya ini Fenly Kak, apa kabar?" Pemuda bernama Fenly tersenyum ke arah keduanya, ia menyodorkan tangan pada keduanya.

Tetapi nampaknya mereka tak memberi respon baik pada Fenly, apalagi saat Shandy mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Sedang apa disini?" Tanya Farhan hati-hati.

"Dari makam Ayah, ternyata bertemu kalian. Kalian sedang apa? Berkunjung ke makam siapa? Kak Shandy kenapa?" Berbagai pertanyaan Fenly lontarkan pada keduanya, ia bahkan terlihat khawatir pada wajah sembab Shandy.

Ini pertama kalinya ia bertemu Shandy dengan wajah seperti itu, mungkin ada masalah yang terjadi pada keluarganya atau mungkin masalah dengan kekasihnya. Yang pasti Fenly sangat senang bertemu Shandy kembali. Ia menoleh ke arah Farhan yang nampaknya menunjukkan ekspresi yang sama seperti Fenly.

"Jawab yang mana dulu nih? Banyak banget pertanyaannya, Fen." Jawab Shandy terkekeh, ia menatap Fenly yang tersenyum. Jarang sekali ia mendapati Fenly dengan ekspresi bahagia seperti ini. Terlebih pada dirinya, yang Shandy tahu ialah Fenly yang selalu irit berbicara dan cuek saat bertemu dengannya.

"Gak dijawab juga gapapa, Kak." Jawaban singkat itu membuat Farhan terkekeh, ia menatap Shandy dan Fenly bergantian.

"Pantas Shandy betah main sama kamu Fen, ganteng banget sih." Rona dipipi Fenly seketika memerah, ia malu saat Farhan menyebutnya tampan.

Sementara Shandy sudah tertawa, ia menatap Fenly dengan bahagia. Meskipun matanya masih terasa perih akibat menangis beberapa hari ini, tetapi bertemu dengan Fenly lagi membuatnya sedikit terobati dari kenyataan pahit itu.

"Jangan digodain, Kak. Dia gampang salting."

"Si ganteng bisa salting juga?" Keduanya tertawa bersama menatap raut wajah Fenly yang meredup. Tetapi pemuda tampan itu tersenyum, ia seperti menemukan Gilang dan Ricky di diri Farhan dan Shandy dengan berbeda versi.

"Fen, ikut kita yuk." Ajak Shandy pada Fenly.

"Mau kemana, Kak?"

"Cafe disebrang sana." Tunjuknya seraya memperhatikan jalan yang terlihat sepi. Ia menoleh ke arah Farhan sambil mengedipkan matanya sedikit.

Seakan tahu kode dari sang adik, Farhan menggenggam jemari Fenly dengan lembut. Ia menatap pemuda berkulit putih itu dengan tersenyum.

"Sebentar aja ya, Fen. Nanti kita antar pulang." Ujarnya pada Fenly.

DIA FENLY? | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang