Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Happy reading💟
••
“Jangan hubungi aku lagi. Aku tidak mau melihatmu.”
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinga Jaemin. Segala sesuatu yang dia lakukan menjadi tidak berarti sebab dia tidak bersemangat. Fokusnya hilang, tubuhnya mendadak melemah dan dia tidak bertenaga. Bahkan untuk berangkat ke kantor saja rasanya malas.
Semua orang yang ada di mansion sudah paham kalau sikap dan sifat Jaemin seperti itu maka penyebabnya tudak lain dan tidak bukan adalah Lia. Kalau sudah begitu, tidak ada yang berani menegur bahkan menyapanya. Emosinya dilampiaskan dengan benda-benda yang ada di sekitar seperti vas bunga, remote televisi, sendok makan bahkan kursi. Kadang, Bibi Kim yang merupakan kepala pelayan di sana menghubungi Lia supaya Lia bisa berdamai sebelum semua benda yang ada menjadi korbannya.
“Nona, tolong jangan bertengkar lagi dengan Tuan Jaemin. Semua benda yang ada di mansion hampir setengahnya sudah pecah olehnya.”
Bukan hanya sekali dua kali Lia mengatakan kalimat itu tapi sangat sering dan setiap kali Jaemin mendengarnya, dia menjadi uring-uringan. Merasa dirinya tidak berguna, merasa dirinya kosong, merasa dunianya runtuh.
Kenapa efeknya sampai sebegitunya terhadap Jaemin? Karena Jaemin menganggap Lia segala-galanya. Dunianya. Pusat hidupnya. Jika dunianya menjauh dan tidak ingin melihatnya lagi maka Jaemin akan runtuh.
Itu memang berlangsung sementara sebab kalau Jaemin pergi menemui Lia dan meminta maaf maka Lia akan memaafkannya. Karena Lia pun sangat bergantung terhadap Jaemin. Laki-laki yang dia anggap tidak akan bisa serius nyatanya sekarang menjadi yang paling serius. Tapi tetap saja, Jaemin tidak bisa apa-apa kalau Lia sudah marah dan bilang tidak ingin menemuinya lagi. Jaemin tidak bisa hidup tanpa Lia.
Penyebab utama Lia marah karena Jaemin yang dia kenal sekarang dan dulu, berbeda. Sangat-sangat berbeda.
Dulu, mereka saling mengenal sewaktu SMA. Berteman hingga akhirnya menjalin hubungan yang serius. Lia itu hanya seorang gadis biasa yang tinggal bersama neneknya setelah orang tuanya meninggal sejak Lia masih kecil. Hal itu membuat Lia menjadi anak yang tidak manja karena sedari kecil sudah terbiasa mandiri. Apa-apa selalu dilakukan sendiri bahkan Lia kadang bekerja paruh waktu untuk kelangsungan hidupnya bersama sang nenek.
Sayangnya, wanita paruh baya itu meninggal saat Lia lulus kuliah. Padahal Lia ingin sekali memberikan uang hasil kerja kerasnya pada nenek tapi takdir berkata lain. Sejak saat itu, Lia hidup seorang diri. Lia kini bekerja di sebuah hotel sebagai seorang resepsionis.
Lalu Jaemin, sejak SMA hidupnya sudah bergelimang harta. Semua kebutuhannya serba tercukupi bahkan hanya dengan helaan napas, orang tuanya langsung mengerti kalau Jaemin ingin uang. Dia sering membelikan teman-temannya makanan di kelas, kadang menyewa satu warnet untuk dipakai bersama bermain game sepulang sekolah. Pernah juga Jaemin membooking satu kedai makanan saat sedang belajar kelompok bersama teman-temannya. Intinya, Jaemin suka menghamburkan uang. Sangat berbanding terbalik dengan Lia.
Kelas mereka berbeda tapi Lia menarik perhatian Jaemin ketika mereka tidak sengaja bertemu di lorong sekolah. Bukan bertemu secara langsung melainkan Jaemin hanya berpapasan dan saat itu Lia sedang bergumam tapi gumamannya terdengar oleh Jaemin.
Lia menghela napas. “Tabunganku memang masih ada. Tapi sepertinya tidak akan cukup untuk beberapa bulan ke depan. Hm, sepertinya aku harus menerima tawaran kerja paruh waktu dari Pak Lee dan akan mulai berhemat ke depannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG WAY [JAELIA✔️]
FanfictionBagi Jaemin, Lia adalah pusat dari hidupnya. Segala-galanya. Hidup yang awalnya tidak punya tujuan menjadi lebih terarah sejak bertemu dengan Lia. Sayangnya, karena suatu kejadian, Jaemin seolah kehilangan arah dan mengambil jalan yang salah. Lia ta...