14. Refuse to Believe

632 139 20
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jaemin mondar-mandir di dalam ruangannya sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Pikirannya berkecamuk, belum bisa tenang karena Renjun dan Haechan belum kembali dari kantor polisi.

Dia memaksa untuk ikut supaya cepat mengetahui apa yang terjadi, tapi Renjun melarang dan menegaskan bahwa dia dan Haechan pasti bisa mengatasinya.

“Nanti polisi curiga kenapa kau ikut ke sana. Biarkan aku menyelesaikannya sendiri bersama Haechan. Kau tenang saja, setidaknya kita akan kembali sebelum malam,” ujar Renjun dengan penuh percaya diri. Tidak salah memang Jaemin merekrutnya jadi teman sekaligus partner kerja.

Kini, posisi Jaemin sedang berbaring di sofa setelah sebelumnya seperti orang yang sedang berjalan-jalan di dalam ruangannya. Bolak-balik tidak tentu arah, beruntung asbak barunya tidak jadi sasaran kemarahan.

Jaemin sadar bahwa dirinya sedang panik lalu dengan gerakan pelan, dia mengeluarkan ponselnya dan mendengarkan satu buah rekaman yang berisi suara Lia.

“Tarik napas lalu keluarkan pelan-pelan, sayang. Jangan panik, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Hanya saja kau perlu berpikir dengan kepala dingin lebih dulu. Karena jika dirimu masih dikuasai emosi maka keputusanmu atau tindakanmu bisa saja salah. Jadi, rileks ya, sayang.”

Sengaja dia meminta Lia untuk mengatakannya supaya kalau dirinya panik, dia bisa mendengarkannya untuk lebih rileks. Kata sayang itu adalah request darinya. Katanya, setidaknya kata sayang harus terselip dalam kalimat.

Sejenak, Jaemin jadi lebih rileks. Sepertinya sempat terlelap sejenak karena suara pintu yang dibuka membuatnya terkejut dan segera membuka mata. Akhirnya, Renjun dan Haechan kembali yang langsung membuatnya menghela napas lega, selega-leganya.

“Bagaimana?” tanyanya langsung sambil menatap bergantian kedua temannya itu.

Raut wajah Jaemin masih panik tapi kedua anak itu malah asik tertawa saat masuk. Mereka malah menggosipi bapak polisi yang menginterogasi mereka. Katanya bapak itu kutilan karena terus menggaruk bagian kulitnya.

WOY!” teriak Jaemin karena kesal, dia bergantian menabok kepala Renjun dan Haechan. “Aku khawatir sampai panik dan gugup sedangkan kalian malah kembali dengan tertawa?”

“Itu artinya semuanya baik-baik saja, Jae.” Haechan mengedipkan sebelah alisnya. “Kau tahu, ini sangat janggal.”

“Begini..” Renjun mulai mengambil posisi nyaman untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Jaemin. “Kau tahu, kata pihak kepolisian ada yang mengirimkan mereka satu buah foto. Pengirimnya anonim, dia mengirimnya langsung ke kantor polisi. Dalam amplopnya terdapat satu buah foto dan selembar kertas bertuliskan namaku dan nama Haechan serta sebuah pesan dengan tulisan mereka sedang bertransaksi barang ilegal. Tapi, kau tahu apa yang lucu? Foto itu tidak jelas, dua orang yang berdiri bersebelahan dan sedang bersalaman dengan orang lain. Aku akui kalau itu memang benar aku dan Haechan, walaupun tidak jelas tapi aku masih bisa mengenalinya. Wajah saja tidak ada yang terlihat jelas, jadi aku langsung membantah dan mengatakan itu bukan kita..”

Renjun menjeda kalimatnya sejenak untuk mengambil napas. “Aku langsung bilang kalau kita bekerja di Asia Pasific Group dan tidak pernah terlibat transaksi apa pun selain dengan perusahaan. Jelas saja pihak mereka tidak bisa membantah karena memang fotonya tidak jelas apalagi pengirimnya juga tidak jelas. Jadi, mereka menganggap yang mengirim foto itu hanya iseng saja dan kasus clear.”

“Tapi itu benar kalian?” tanya Jaemin.

Haechan mengangguk. “Iya, itu memang kita. Aku masih ingat, lokasinya di Fhilipina saat kita mengantar kiriman narkoba dalam jumlah banyak. Yang berjabat tangan itu adalah Renjun lalu aku berdiri di sampingnya.”

WRONG WAY [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang