Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Sejak pengakuan Jaemin tempo hari, Lia jadi canggung kalau harus bertemu. Tapi Jaemin tetap memaksa untuk mengajaknya makan siang bersama di halaman belakang sekolah.
Sesuai permintaan Jaemin, Lia membawa dua kotak bekal. Satu untuknya dan satu untuk Jaemin. Nenek sempat bertanya karena melihat Lia bangun pagi-pagi sekali supaya bisa membuat dua kotak bekal, untuk siapa satu dan Lia hanya menjawab untuk teman.
“Makan saja sendiri. Ini kotak bekalnya.” Lia menyodorkannya di depan Jaemin tapi Jaemin tidak mau menerima kalau Lia tidak ikut dengannya.
“Aku mau makan bersamamu. Kalau kau tidak mau, simpan saja kotak bekal itu atau berikan pada yang lain,” tolak Jaemin.
Lalu pada akhirnya, Lia mengalah dan mengikutinya. Dari pada makanannya sia-sia, apalagi Lia sudah mengorbankan sedikit waktu tidurnya dan bangun lebih awal untuk membuatnya.
“Aku akan memberikanmu uang untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan kalau mau membuat bekalnya. Iya?”
“Tidak usah, bahan-bahannya dibawakan oleh nenek dari pasar. Lagi pula, kalau untuk membuat beberapa saja tidak masalah. Aku masih ada uang.” Lia menolak.
Di rumahnya, Jaemin memang bisa mendapatkan asupan yang lebih dari ini. Apalagi nutrisinya terjamin. Tapi yang dibuat oleh Lia ini adalah lauk pauk sederhana. Kalau di rumahnya hampir setiap hari dia makan daging dan daging, jadi Jaemin sudah muak.
Padahal lauk pauk yang dibuat Lia hanya telur goreng setengah matang, kalau tidak digoreng, Lia akan membuat telur dadar gulung. Tumis tauge atau tumis lobak, sosis goreng yang selalu ada. Tapi Jaemin selalu memakannya dengan lahap.
Sepulang sekolah, Jaemin selalu dijemput oleh supirnya tapi sejak mengenal Lia, Jaemin selalu mengikuti Lia untuk naik angkutan umum. Mereka sering berebut untuk membayar karena Lia tidak mau dibayarkan sementara Jaemin memaksa bahwa dia yang akan membayar.
Jaemin juga sering menyeret Lia untuk masuk ke rumah makan untuk makan sebelum Lia pergi bekerja. Walaupun sudah menolak tapi tetap saja Lia kalah kalau harus berurusan dengan tenaga Jaemin.
Seperti sekarang ini, Lia mengembuskan napas jengkel saat Jaemin kembali menyeretnya untuk mampir ke rumah makan. Padahal sebentar lagi Lia harus bekerja.
“Berhenti melakukan ini nanti. Aku tidak mau dianggap memanfaatkan keadaan. Kalau ada yang melihat kau mengajakku makan di rumah makan mewah ini, yang akan menjadi bulan-bulanan mereka ya aku,” gerutu Lia di depan Jaemin tapi Jaemin hanya menanggapinya dengan ekspresi mengejek.
“Mereka hanya iri makanya menjelekkanmu. Mereka ingin jadi dirimu yang didekati langsung olehku. Mereka ingin jadi dirimu yang disukai olehku.” Jaemin berujar dengan percaya diri sambil menepuk pundaknya. “Biarkan saja apa yang mereka katakan. Tidak udah peduli, nanti mereka lelah sendiri.”
Lia hampir saja tertawa mendengar ucapan Jaemin yang terlalu percaya diri. “Disukai?”
“Hm, aku menyukaimu. Bukankah kemarin aku sudah bertanya padamu, apakah kau mau jadi pacarku? Tapi kau malah pergi begitu saja dan mengabaikanku beberapa hari kemarin. Bahkan waktu kita makan siang bersama, kau tidak mau melihatku.”
Lia mengembuskan napas berat dan menatap Jaemin yang kini sedang menuang air putih ke dalam gelasnya.
“Jae..” ujarnya lembut. “Menjadi temanmu saja aku sebenarnya takut. Aku masih butuh waktu untuk berpikir tapi kemarin kau memaksa jadi aku mengiakan. Menjadi temanmu saja cobaannya banyak. Harus tahan digosipi oleh anak-anak yang lain, harus tahan dijelekkan, harus tahan dikatai penjilat dan masih banyak lagi. Sekarang kau malah bilang menyukaiku, itu sama saja kau ingin melihatku mati secara perlahan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG WAY [JAELIA✔️]
FanfictionBagi Jaemin, Lia adalah pusat dari hidupnya. Segala-galanya. Hidup yang awalnya tidak punya tujuan menjadi lebih terarah sejak bertemu dengan Lia. Sayangnya, karena suatu kejadian, Jaemin seolah kehilangan arah dan mengambil jalan yang salah. Lia ta...