24. D-day

520 128 15
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Padahal sudah disakiti berkali-kali oleh Jaemin, secara sengaja maupun tidak disengaja, tapi Lia melupakan semua itu karena rasa sayang dan pedulinya lebih besar dari rasa sakit yang dia rasakan. Bahkan Lia sudah melupakan penyebab meninggalnya orang tuanya. Lia berpikir bahwa itu memang ajal.

Kemarin, dirinya yang uring-uringan. Sekarang malah Ryujin. Perempuan itu tidak menyalahkan Lia lagi sebab Lia sudah memberitahu apa yang terjadi. Menjelaskan kenapa Lia bisa bersikap begitu dan menjelaskan siapa Jeno sebenarnya.

“Ya sudah, terima saja kalau Jeno mengajakmu pacaran. Lagi pula Jaemin sudah tidak punya apa-apa, sudah jadi miskin sepertinya. Dia juga sering menyakitimu dengan sikap dan tindakannya.”

“Aku tidak memandang dia dari latar belakangnya, Ryu. Dia kaya, dia miskin sekalipun, aku akan tetap bersamanya. Kita bisa mulai lagi dari nol dan hidup seadanya. Ya, kalau memang bisa kembali. Kalau tidak juga tidak apa-apa.”

Ryujin berubah haluan sedangkan Lia tetap pada pendiriannya dan menjawab dengan bijak.

Bicara tentang Ryujin, perempuan itu sedang galau. Lost contact dengan Haechan setelah memberi kabar terkahir kondisinya yang sedang bersembunyi.

“Apa dia benar-benar sedang dalam bahaya makanya tidak pernah menghubungiku lagi atau dia sudah menemukan yang baru dan berpaling dariku?” Ryujin bermonolog sendiri tapi lebih seperti pertanyaan pada Lia karena posisinya saat ini sedang menunduk seraya menghela napas berat.

“Percaya saja padanya. Dilihat dari situasi dan kondisi, sepertinya sedang bersembunyi supaya pihak kepolisian tidak menemukan mereka dan supaya mereka tidak terseret ke dalam kasus Jaemin.” Lia menyahut seraya meneguk milkshakenya. “Ya, walaupun aku kecewa pada mereka. Di saat Jaemin sedang berjuang sendirian di sana, mereka malah bersembunyi. Harusnya mereka akan membantu kalau memang mengganggap diri mereka sahabat. Bukannya malah melimpahkan semuanya pada Jaemin. Kasihan Jaemin, dia harus menanggung semuanya sendiri. Bahkan hukumannya mungkin akan jadi lebih berat.”

Lagi-lagi, Lia teringat akan hukuman yang mungkin akan dijatuhkan pada Jaemin. Dia ingin berpikir positif bahwa mungkin hanya kurungan dan denda. Tapi maksimal hukumannya tidak bisa diabaikan begitu saja yaitu pidana mati.

“Kau tahu, kata Jeno hukuman maksimalnya pidana mati. Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak setelah mendengarnya. Setiap hari berdoa supaya hukumannya ringan. Aku masih ingin melihatnya walaupun tidak bisa bersama lagi. Setidaknya dia masih bisa aku lihat.” Lia mengembuskan napas lirih dengan senyum tipis terpatri di wajahnya.

Ryujin melotot kaget mendengar ucapan Lia tentang hukuman. “Serius? Pindana mati? Ya Tuhan.. Lalu, apa yang akan kau lakukan?”

Lia mengedikkan bahu. “Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa berdoa semoga hukumannya ringan. Tidak apa-apa kurungan penjara, yang penting dia masih hidup.”

Ryujin bungkam, memilih untuk tidak mengeluh lagi dan banyak-banyak bersyukur karena Haechan tidak terseret. Dia hanya perlu menunggu kabar laki-laki itu. Bebannya tidak seberapa dibandingkan Lia.

*

“Chan, buka matamu.”

Renjun terus bergumam pelan walaupun kondisinya dengan Haechan tidak jauh beda. Sejak kemarin, mereka tidak diberi makan bahkan minum. Tenaganya semakin melemah sebab kemarin tidak jadi makan dan lebih dulu diseret oleh anak buah Pak Jung.

Kepala Haechan tidak bisa berpikir lagi, bahkan untuk sekadar memikirkan bagaimana caranya kabur tidak bisa. Kepalanya pusing, tenggorokannya terasa kering, perutnya lapar. Jadi, Haechan memilih untuk memejamkan matanya sejenak.

WRONG WAY [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang