Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Sesuai janji, Lia akan menjawab pertanyaan Jaemin tepat setelah dia menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya. Sampai jam delapan malam pun, Jaemin masih setia menunggunya. Sementara Haechan sudah pulang lebih dulu karena alasan mengantuk padahal aslinya pasti ingin main game saja.
“Kenapa wajahmu terlihat pucat? Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaemin saat melihat wajah Lia yang berubah pucat padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja.
Lia menggeleng pelan, walaupun mengelak tapi raut wajah serta ekspresi dan keringat yang mulai bermunculan di pelipisnya tak bisa disembunyikan. Bahkan Lia terlihat sering menarik napas lalu mengembuskannya pelan supaya detak jantungnya normal.
Jaemin dengan sigap menangkup kedua pipi Lia dan mengusap keringat yang mulai menetes. Ditariknya tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan memberi tepukan penenang pada punggung Lia. Jaemin mengerutkan alis bingung, tubuh Lia bergetar hebat.
“Cepat katakan apa yang terjadi selama kau bekerja sebelum aku mengobrak-abrik toko itu?” bisik Jaemin penuh penekanan.
Walaupun belum resmi menjadi sepasang kekasih tapi siapa pun yang berani menyakiti perempuannya, miliknya, maka Jaemin tidak akan tinggal diam.
“Tidak ada. Aku.. Aku hanya sedikit lelah,” lirih Lia pelan dan menyamankan dirinya dalam dekapan Jaemin.
Rasanya nyaman karena ada yang menenangkan walaupun Lia belum bisa mengatakan alasan kenapa dia bisa sampai seperti ini saat ini.
Dulu, apa pun masalah yang dihadapi atau dialaminya, Lia selalu memendamnya sendiri. Takut kalau nenek akan terbebani kalau dia berbagi masalahnya. Sekarang, walaupun baru pertama kali ini Jaemin menenangkannya, rasanya sangat nyaman dan lega. Seperti ada seseorang yang bisa diandalkan.
“Apa kau belum makan malam makanya jadi bergetar seperti ini? Kalau iya, ayo beli makanan dulu sebelum pulang. Jangan sampai kau sakit nantinya.” Jaemin hendak menarik tangan Lia tapi Lia bergeming lalu menggeleng pelan.
Hanya dengan pelukan penenang dari Jaemin, wajah Lia tidak sepucat sebelumnya. Keringatnya sudah kering serta tubuhnya tidak bergetar lagi.
“Aku selalu makan malam dengan nenek. Jadi, makannya nanti saja di rumah. Sekarang aku sudah tidak apa-apa.” Lia mendongak dan membalas tatapan Jaemin yang terlihat khawatir padanya. “Lihat, aku tidak apa-apa, kan?”
Jaemin mengembuskan napas lirih dan kembali menarik Lia ke dalam pelukannya. Menyandarkan kepalanya dengan nyaman di pundak Lia.
“Aku kira kau kenapa-kenapa saat bekerja di sana. Kalau sampai iya, maka aku akan membeli restoran pizza itu dan akan memecat semua pekerjanya.”
“Uangnya ditabung saja, jangan boros. Jangan karena hal sepele kau jadi menghamburkan uang.”
“Jawabannya?” bisik Jaemin pelan di dekat telinga Lia. “Jangan pura-pura lupa.”
“Bukankah tadi kau sudah bilang pada Haechan bahwa pacarmu cantik? Lalu, apa aku harus menjawab lagi?”
Jaemin melepas pelukannya dan tersenyum kecil. Dia mengangguk pelan kemudian. “Jawab, aku mau mendengarnya.”
“Iya, aku mau jadi pacarmu. Tapi ada syaratnya..”
Mendengar itu, raut wajah Jaemin berubah masam. Mau tapi ada syarat, Jaemin jadi ketar-ketir takut Lia akan bicara macam-macam sebagai syaratnya.
“Dengar baik-baik sambil jalan..” Lia menarik tangan Jaemin lalu mereka berjalan beriringan. “Aku mau pacaran denganmu bukan karena kau anak orang kaya, bukan karena kau banyak uang, dan bukan untuk memanfaatkanmu. Aku mau karena aku bisa merasakan ketulusanmu. Kau bilang mau belajar banyak hal bersamaku jadi ya sudah, kita bisa belajar sama-sama nanti. Awalnya aku kira kau mendekatiku karena sesuatu tapi ternyata tidak. Yang paling penting adalah aku tidak akan mau menerima sesuatu darimu. Maksudku, kalau kau membelikanku barang-barang apa pun. Walaupun harganya murah, aku tetap tidak mau. Ingat, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG WAY [JAELIA✔️]
FanfictionBagi Jaemin, Lia adalah pusat dari hidupnya. Segala-galanya. Hidup yang awalnya tidak punya tujuan menjadi lebih terarah sejak bertemu dengan Lia. Sayangnya, karena suatu kejadian, Jaemin seolah kehilangan arah dan mengambil jalan yang salah. Lia ta...