Menjauh

267 53 22
                                    

Gibran merasa bingung sendiri karena sudah beberapa hari ini caca selalu menghindar dari dirinya. Hari ini hari terakhir ujian. Ketika bel tanda ujian telah selesai, semua siswa berhamburan keluar dari ruangan dengan berbagai ekspresi. Gibran menahan tangan caca saat caca hendak keluar ruangan. Kemudian gibran menariknya, membawa caca ke koridor sekolah yang cukup sepi.

"Kamu kenapa hm?"

"Kenapa apanya?" Caca sebenarnya tau alasan gibran mengajaknya berbicara namun caca berusaha bersikap seperti tidak ada masalah.

"Kenapa akhir-akhir ini jauhin aku terus? Aku ada salah ya?"

"Perasaan kamu aja kali. Gib aku udah ada janji, aku pergi ya."

Caca melepaskan tangan gibran yang masih setia menggenggam tangan kanannya. Lalu pergi meninggalkan gibran yang masih tidak percaya. Gibran menatap caca yang kian berjalan menjauh.






Shasa

|Gib
|Udah balik belom?
|Kalo belom aku ikut boleh?

Tunggu di parkiran gue kesana|






Gibran mengunci ponselnya lalu memasukan ke saku celananya. Gibran berjalan menuju parkiran. Walaupun hatinya masih ingin tau alasan caca menjauhinya. Mungkin caca masih belum mau bercerita kepadanya, gibran mencoba berpikir positif.

Sesampainya di parkiran, gibran melihat shasa yang berdiri di samping motornya sambil memainkan hp.

"Ga di jemput emang?"

Shasa terkejut karena suara gibran, namun akhirnya dia tersenyum saat gibran sudah ada di depannya lalu memberikan helm kepadanya.

"Engga. Pak yanto tadi ngabarin kalo beliau lagi di bengkel."

"Gib ntar mampir minimarket bentar ya. Aku mau beli makanannya ruby. Udah abis soalnya."

Gibran mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sedari tadi shasa perhatikan gibran lebih banyak diam. Walaupun biasanya juga sama, namun gibran sesekali mengajaknya berbicara. Bahkan ketika shasa berhenti di minimarket untuk membeli makanan ruby saja, gibran tidak mau membuka mulutnya untuk berbicara.

Gibran dan shasa sudah sampai di rumah shasa. Mama shasa ternyata sedang berada di depan rumah. Gibran ikut turun untuk menyapa mama shasa.

"Gibran sekarang udah lama ya ga main ke sini. Pasti sibuk main sama temen-temennya. Juna masih di rumah?"

"Masih tan"

"Masuk dulu yuk. Kita makan bareng. Pasti udah laper kan?"

Gibran mau tidak mau ikut masuk ke dalam rumah shasa karena mama shasa menarik tangannya untuk masuk. Sesampainya di ruang makan rumah shasa, ternyata ada papa shasa yang sedang duduk menunggu yang lain untuk makan bersama.

"Loh papa kok udah pulang?" Tanya shasa terkejut karena melihat papa nya yang masih mengenakan jas secara lengkap.

"Jadi papa ga boleh pulang nih?"

"Bukan gitu ih paaaa"

"Papa sengaja pulang mau makan siang bareng eh ternyata ada calon mantu papa juga"

"Paaaa,"

"Ayo gib duduk"

"Iya tan"

Gibran duduk berhadapan dengan mama shasa dan shasa duduk di samping mama nya. Suasana canggung menyelimuti gibran. Sedangkan papa shasa sedari tadi terus mengajaknya berbicara. Jika bukan karena mama shasa yang menyuruhnya berhenti karena sedang makan, mungkin gibran akan terus di ajak berbicara.








Antara Jingga & Biru ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang