Bertemu Kembali

218 46 7
                                    

Shasa menatap alina yang duduk di hadapannya dengan tatapan penuh kekesalan. Bagaimana bisa alina tidak memberitahunya bahwa dia menerima perjodohan orang tua. Jika gibran tidak bilang kalau alden diputuskan oleh alina, shasa tidak akan tau mengenai hal ini.

"Sorry sha," Kalimat pertama yang terucap oleh alina setelah hampir 30 menit mereka saling diam.

"Lo nganggep gue sahabat apa engga sih lin? Kok bisa-bisanya lo ga ngasih tau ke gue tentang hal ini. Lo tuh harusnya cerita ke gue sama rania. Biar gue sama rania bisa ngasih saran. Kalo aja rania ada di sini lo bakal abis di marahin sama dia."

"Tapi lo beneran dijodohin sama kevin?" Tanya shasa yang masih tidak percaya. Shasa tau kalau keluarga alina dan kevin sudah dekat dari mereka kecil.

"Sha, sebenernya gue ga dijodohin sama kevin." Ucap alina pelan.

"Maksud lo?"

"Gue hamil sha,"

"WHAT???"

Orang-orang yang berada di sekitar shasa dan alina langsung melihat ke arah mereka. Shasa buru-buru tersenyum kikuk meminta maaf ke yang lain. Mereka berdua memang sedang berada di coffee shop dekat rumah alina.

"Alden tau?"

Alina menggeleng sebagai jawaban.

"Lo gila lin, gila." Shasa memegang kepalanya karena agak sedikit pusing. Dia masih tidak percaya dengan hal yang dialami oleh alina.

Alina menceritakan awal mula kejadian itu kepada shasa hingga bagaimana reaksi keluarga alina yang merasa kecewa. Alina itu anak tunggal. Satu-satunya harapan bagi orang tuanya. Namun, alina justru membuat kesalahan yang membuat mereka kecewa.

"Gue bodoh banget sumpah. Gue kecewa sama diri gue sendiri sha." Shasa memegang tangan kanan alina dengan kedua tangannya, lalu di usap secara pelan.

"Maafin gue ya lin, gue belom bisa jadi sahabat yang baik buat lo."

"Engga sha. Lo udah jadi sahabat yang baik buat gue, rania juga. Kalo aja waktu itu gue nurut sama rania buat ga pulang kemaleman mungkin semua ini ga terjadi. Gue juga bodoh banget pake acara minum alkohol segala."

"Kandungan lo, udah berapa lama?"

"6 minggu. 2 minggu lagi gue bakal nikah sama kevin."

"Kalo alden tau soal kehamilan lo gimana?"

"Gue udah siap apapun resikonya sha."

"Lo yang semangat ya. Lo harus tetep bahagia, biar dede nya sehat." Shasa tertawa setelah mengucapkan kata terakhirnya.

"Gue udah mau punya ponakan ternyata."

"Gue saranin lo ngomong jujur ke alden lin. Jangan sampe alden tau duluan dari orang lain. Bagaimanapun juga alden harus tau kebenarannya."

"Gue juga ada niat mau ngomongin masalah ini ke alden. Tapi alden lagi diemin gue terus makanya gue lagi nyari waktu yang tepat."

"Kalo lo perlu bantuan, lo bisa hubungin gue lin."

"Siap sha. Makasih ya. Eh gue harus pulang sekarang, kevin udah nunggu di parkiran. Lo gapapa kan gue tinggal?"

"Iya gapapa lin. Lagian gue juga mau pulang."

"Lo pulang sama siapa? Mau ikut gue aja apa?"

"Eh ga usah. Gue mau nebeng gibran, dia juga mau balik."

"Yaudah, gue duluan ya sha."

"Iya, hati-hati di jalan lin."

Alina pun pergi meninggalkan shasa. Shasa membuka hp nya, melihat room chat dirinya dengan gibran. Gibran memberitahu shasa kalau dirinya sebentar lagi sampai. Maka dari itu shasa pergi menuju depan. Karena shasa terlalu fokus dengan hp nya, dia tidak sengaja menabrak seseorang.

Antara Jingga & Biru ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang