Akhirnya hari yang di tunggu oleh para siswa kelas 12 telah tiba, Hari kelulusan. Gibran datang ke sekolah bersama alden untuk menerima pengumuman kelulusan. Saat tiba di kelas, suasana kelas sangat ramai. Beberapa saat kemudian bu naya datang membuat kelas yang tadinya berisik menjadi senyap.
"Selamat pagi menjelang siang anak-anak. Gimana perasaan kalian?"
"Gugup bu." Jawab marvin.
"Tenang aja gausah gugup. Angkatan kalian lulus 100%. Oh iya saya juga mau bilang sayang sekali teman sekelas kalian, cahaya tidak bisa hadir. Ibu senang banget salah satu dari kalian ada yang di terima beasiswa kuliah di luar negeri."
Mendengar ucapan bu naya, gibran seketika lemas. Alden, keenan dan marvin kompak menoleh ke arah gibran.
"Sebelum saya bagikan surat ini ke kalian, saya mau memberikan ucapan selamat kepada kalian semua yang sudah berjuang. Selamat atas kelulusan kalian. Ini bukan akhir perjuangan ya, tapi ini masih di awal. Selamat berjuang ntah itu pendidikan atau karir. Ibu doakan semoga kalian selalu di beri kelancaran dalam melakukannya."
"Ibu juga bangga ternyata di kelas kita terdapat siswa yang masuk 5 besar lulusan terbaik. Selamat kepada alina dan keenan."
"Oke, saya akan panggil sesuai daftar absen ya. Alden Mario Biantara?"
Alden pun menuju ke depan. Setelah semua nya di panggil, bu naya pamit pergi ke ruang guru. Semuanya menerima surat kelulusan dengan perasaan senang kecuali gibran. Gibran masih bingung dengan dirinya sendiri. Apakah dia ada salah ke caca? Kenapa beberapa minggu kemarin caca menjauhi dirinya? Dan sekarang caca pergi tanpa pamit.
"Gib?"
Gibran hanya mendongakkan kepalanya setelah alden memanggilnya sambil menepuk pundaknya.
"Lo gapapa?"
"Caca ga ada ngabarin lo?" Tanya marvin.
"Kalo dia ngabarin gue ngapain gue kaya orang bego gini?"
"Mau kemana lo?" Tanya keenan saat gibran mengambil tas nya lalu pergi.
"Pulang."
"Udah biarin aja, mungkin gibran mau nenangin diri."
Gibran mengabaikan shasa yang memanggilnya di parkiran. Saat ini yang ada dipikiran gibran hanya caca. Gibran harus pergi ke rumah caca untuk memastikan sesuatu. Setelah 15 menit perjalanan, gibran akhirnya sampai di rumah caca.
Rumah caca terlihat sangat sepi, sudah 3 hari ini juga bu sita tidak berangkat bekerja di rumah gibran. Gibran mengetuk pintu dan mengucapkan salam namun tidak kunjung juga seseorang membukakan pintu. Kemudian gibran memilih untuk duduk di kursi yang ada di teras rumah caca. Setelah menunggu sekitar 30 menit, gibran menemukan presensi adik caca yang baru pulang.
"Kakak temannya kak caca ya?"
Gibran menghampiri yesi, lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi yesi.
"Iya. Nama kakak gibran."
"Gibran? Kak caca suka cerita tentang kakak."
Gibran tersenyum lalu mengusap kepala yesi.
"Oh iya? Suka cerita tentang apa?"
"Kak caca suka cerita kalo ada cowo yang baik banget sama dia. Terus kak caca juga bilang suka sama kakak."
"Beneran?" Yesi mengangguk sebagai jawaban.
"Kakak kamu pergi kemana? Kok ga ke sekolah?"
Yesi hendak menjawab pertanyaan gibran, namun kehadiran ibunya membuat ia mengalihkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Jingga & Biru ✔
Ficção AdolescenteJingga itu menenangkan, Biru itu lebih cerah. Gibran, seorang pemuda berusia 18 tahun yang dekat dengan 2 orang wanita. Antara Jingga dan Biru, manakah yang lebih membuat seorang Gibran lebih nyaman? Start : 30 Desember 2021 End : 20 Mei 2022