threeteen

2.1K 195 23
                                    

Sunghoon membanting pintu mobil dengan brutal.

Biarlah kalau rusak. Kan punya Heeseung, bukan punyanya. Lagipula Heeseung kaya, jadi bisa beli lagi dan Sunghoon akan senang hati merusaknya lagi.

"Tidak usah mampir!" peringat Sunghoon, sebelum Heeseung bersuara dan bertindak.

Padahal Heeseung sudah bersiap untuk keluar dan ikut masuk ke kediaman sang calon tunangan.

"Di halaman rumah ku banyak bom tanah, duri di rerumputan, dan tanaman beracun yang siap membunuhmu sebelum kau melepas masa lajangmu. Mau kau mati muda?"

"Hoon, halaman rumahmu kau jadikan plants vs Zombies versi live action?"

Heeseung sebenarnya pintar, tapi kalau sudah blo'on tidak tanggung-tanggung.

"........."

"Aku kan manusia, bukan zombie"

Ah, sudahlah, Sunghoon pergi saja.

"Sayang, tunggu!" Heeseung segera turun dari mobilnya yang kini ada di seberang jalan depan rumah Sunghoon.

"Sudah ku bilang jangan mampir"

Tapi Heeseung tetap mengejar.

"Aku tidak punya sofa untuk duduk dan tidak punya apa-apa untuk disuguhkan"

"Tidak masalah, aku bisa lesehan dan tidak perlu memberiku apa-apa"

Antara tidak peka dan bodoh adalah dua hal yang beda tipis. Dan Heeseung lah orangnya.

Sunghoon berhenti mendadak dan berbalik arah. Buat Heeseung berhenti dan hampir menabrak Sunghoon.

"Kau punya telinga tidak, sih?!" kesabaran Sunghoon telah habis. Wajahnya jadi agak merah karena marah.

"Punya. Lihat, ada dua kan, telinga ku masih lengkap" jawab Heeseung dengan santai, sambil menyentuh kedua telinganya.

"Arghh!...astaga..." Sunghoon meremas rambutnya frustasi. Lama-lama Sunghoon benar-benar gila karena Heeseung.

Sunghoon sampai menendang pot bunga.

"Hoon, hati-hati, nanti potnya pecah"

"......."

Sudah dibilang, Heeseung tidak peka.

Bukannya kaki Sunghoon yang dikhawatirkan, tapi pot bunga dari tanah liat yang memang sudah retak karena terpapar sinar matahari.

—bukan, maksudnya Sunghoon tidak berharap diperhatikan mantan. Tapi kenapa harus potnya?!!!

Apakah kaki Sunghoon tidak berharga?

"Eh..ada nak Heeseung" Soora muncul setelah pintu dibuka dari dalam.

Sial memang. Kenapa dunia seakan mendukung Heeseung.

"Selamat pagi, Bibi" Heeseung membungkuk sopan, berikan senyuman tampan. Sapa sang calon mertua, agar dapat cap 'menantu idaman'.

ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang