17

12.9K 953 41
                                    

---Coffee---



Haechan meringis pelan merasakan perih di area selangkangannya, wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya membuka kedua mata bulat miliknya. Menatap ke samping Haechan tidak menemukan presensi Mark di sebelahnya, Haechan beranjak mendudukan bokongnya setelahnya menyenderkan punggungnya pada head board. Ia melirik ke atas nakas menatap jam Walker yang sudah menunjukan pukul delapan pagi, pantas saja jika Mark tidak ada mungkin pria itu sudah pergi ke kantor

Menghembuskan nafasnya, ia turun dari ranjang dan segera berjalan ke kamar mandi. Masa bodoh dengan tubuhnya yang tidak memakai sehelai benang pun yang terpenting sekarang Haechan ingin cepat-cepat membersihkan tubuhnya walaupun di rasa linu yang luar biasa di bawah sana, rasanya tidak nyaman saja jika merasakan tubuh begitu lengket.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, wanita itu kembali berjalan keluar kamar mandi dengan memakai sebuah kemeja putih kebesaran milik Mark yang tersimpan di kamar mandi, mungkin itu kemejanya yang semalam Haechan temukan di kamar mandi. Awalnya ia berniat untuk mengganti pakaiannya namun ketika merasakan perutnya yang terus berbunyi memberontak untuk di isi jadi ia memilih untuk memakan beberapa cemilan yang masih tersisa di dalam kulkas.

Bagaimana tidak, Haechan tidak sempat makan kemarin malam. Kegiatannya semalam dengan Mark cukup memakan waktu yang begitu lama, mungkin jika di tebak mereka baru selesai melakukan kegiatan panas itu pukul sebelas malam.

Haechan melangkah menuruni anak tangga dengan perlahan, saat di anak tangga terakhir wanita itu menghentikan langkahnya, ia mencium bau masakan yang begitu wangi dari arah dapur. Dengan perlahan Haechan kembali melangkah wanita itu mengintip sedikit di balik tembok lawang masuk kedalam dapur yang mendapati sosok lelaki yang sekarang sibuk memasak.

"Mark? " Cicit Haechan pelan.

Yang di panggil segera mematikan kompornya, ia berbalik menatap Haechan yang sekarang sedang berdiri di lawang masuk. Pemuda itu menelan salivanya susah payah, apa Haechan berencana untuk menggodanya? Lihatlah wanita itu yang hanya memakai kemeja putih kebesaran miliknya dan sepertinya Haechan hanya menggunakan celana dalam. Rambut basah dengan air yang sedikit menetes membuat Mark kembali kalang kabut.

"Kau tidak ke kantor? " Mendengar pertanyaan dari Haechan cukup membuatnya tersadar dari lamunanya. Lelaki itu tersenyum menunggu si wanita yang kini sedang berjalan dengan hati-hati menghampirinya.

"Masih sakit? "

Haechan menautkan alisnya mendengar pertanyaan yang di lontarkan Mark, "maksud mu? "

Pemuda itu menggeleng pelan, tangan besarnya dengan cepat mengangkat tubuh Haechan mendudukkan tubuh mungil wanita itu di atas meja makan Haechan yang terkejut'pun reflek memukul pundak lebar milik Mark.

Lelaki itu tersenyum, melingkari tangannya pada pinggang ramping milik Haechan. "Berusaha menggoda saya hm? "

"Apa maksud mu? Berbicaralah dengan jelas. "

"Pakaian mu, tidak ada lagi selain kemeja saya? "

Haechan gelagapan, ia malu bukan main dan mungkin juga sekarang pipinya sudah memerah, "bukan seperti itu, hanya kemeja mu yang aku temukan di dalam kamar mandi. Lagi pula aku berfikir jika kau sudah berangkat ke kantor, biasanya juga kan begitu. "

Mark terkekeh pelan, mengacak gemas rambut basah milik Haechan. "Saya ke kantor jam sepuluh nanti, akan ada Jeno yang menggantikan saya dua jam kedepan. Lagi pula saya tidak setega itu meninggalkan kamu sendiri dengan kondisi kamu yang seperti ini. "

"Mark! Jangan membahasnya lagi! '

"Kenapa? Kamu malu? "

"Tidak! "

Cᴏғғᴇᴇ • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang