Khan (Nanon Korapat Kirdpan)
Chiang Mai 2016 :Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun tengah menatap pintu rumah seberang dengan sendu, ia baru kembali dari bandara setelah mengantar sang sahabat bersama keluarganya untuk kembali ke Bangkok.
Sang ibu yang paham, mendudukan dirinya di samping putranya, membuat sang anak yang sadar akan itu segera memeluknya.
Hiks...hiks...hiks! Sang ibu tersenyum lembut, melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata yang mengaliri kedua belah pipi putranya. "Ikhlasin, ya? Sayang, kan dari awal Om Phupa ke sini buat kerja sambil nunggu Phi Jay (Kak Jay) lulus kuliah dan siap kerja juga, makanya Khan belajar yang bener, biar bisa sukses juga, nanti kalo sukses bisa ketemu Tha lagi, emang kamu nggak malu kalo ketemu Tha masih dalam keadaan kayak sekarang?"
Khan menggeleng membuat sang ibu tersenyum, tak lama bel rumah berbunyi dengan segera Kiki bangun dari duduknya dan membuka pintu.
Khan menunggu hingga ibunya datang dengan dua orang yang sudah sangat di kenalnya. "Kakek, Nenek!" Khan berlari ke pelukan kakek dan neneknya yang juga di sambut dengan senang hati oleh keduanya.
"Apa kabar, cucu Nenek? Maafin kita, ya? Nggak pernah nengokkin kalian lagi semenjak kematian Ayah."
Dalam pelukan hangat itu Khan menggeleng. "Nggak papa kok Nek, Khan tetep sayang Nenek," ucapnya yang membuat ketiga orang tua disitu tersenyum.
"Duduk dulu, Pa, Ma." Kiki mempersilahkan kedua mertuanya itu untuk duduk terlebih dahulu, setelahnya meninggalkan mereka untuk membuatkan minum.
"Jadi, Ki, kami kesini karna ada hal penting yang ingin kami sampaikan." Kiki diam, menunggu kelanjutan dari ayah mertuanya. "Suami mu sudah meninggalkan warisan pada putra kalian yaitu cabang perusahaan di Bangkok, tidak terlalu besar memang, tetapi jika kamu pandai mengurusnya kamu bisa membuatnya menjadi perusahaan yang lebih maju nantinya."
"Tapi, Pa-" belum sempat melayangkan protes sang ayah mertua lebih dulu menyela, "Karna Khan masih kecil perusahaan itu menjadi tanggung jawabmu, nanti ketika Khan sudah siap baru kamu bisa biarkan ia yang mengurus, kami sudah siapkan tiket pesawat untuk kalian berangkat besok, di sana kami juga sudah menyediakan rumah dan mobil juga fasilitas lainnya."
Penjelasan panjang lebar sang ayah mertua membuat Kiki memijit pelan pelipisnya. "Apa ini nggak terlalu buru-buru, Pa?" Kiki pusing ini terlalu mendadak, dulu ia pikir semua yang ia miliki hingga saat ini sudah cukup sebagai peninggalan dari suaminya.
Mengerti kegelisahan sang menantu, ibu mertua Kiki pun ikut mencoba memberi pengertian, "Mama kan aslinya dari China, jadi niatnya Mama mau ngabisin sisa umur Mama disana sama Papa, biar soal warisan anak kami, kamu aja yang ngurus."
Kiki sedang berpikir keras dalam diamnya membuat sang ayah mertua menganggap hal itu sebagai persetujuan. "Malam ini kami nginep disini, besok kita sama-sama berangkat ke Bangkok," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASCULINE GIRL (HIATUS)
Teen Fiction(Proses Revisi) Hidup di lingkungan keluarga penuh laki-laki membuat Thanyana atau biasa di panggil Tha mempunyai jiwa maskulin, sifat bar-bar, ceplas-ceplos dan badas meskipun ia adalah perempuan, berbeda dengan Khan, hidup berdua dengan ibunya mem...