KhanTha (NanonPuimek)
Sepeninggal Tha dan Pha ke halaman belakang tidak ada lagi pembicaraan antara dua pria yang tersisa karna sibuk dengan urusan masakan masing-masing.
Merasa canggung karna hanya diam saja Khan menoleh pada Deen yang sedang fokus mencincang daging berlanjut dengan meracik bumbu.
Gerakannya terlihat elegan rapi dan teliti tanpa sadar Khan tersenyum melihat itu, Deen dengan pembawaan yang tenang berkali-kali lipat lebih mempesona saat serius seperti sekarang.
"Kamu suka sama Tha?" Refleks tersenyum lalu menggeleng mendengar pertanyaan yang di layangkan padanya, Deen menatap Khan dengan serius.
"Suka" Khan mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab.
"O-oh" Deen terkekeh pelan.
"Suka bukan berarti cinta tolong bedain itu, pertama kali gue kenal Tha, dia udah nunjukkin sifat aslinya, orangnya blak-blakan, nggak menye-menye, mungkin keliatan bar-bar tapi aslinya baik dan peduli.
Agak ceroboh juga, kita seumuran tapi entah kenapa gue mandang dia sebagai adek yang pengen gue rawat dan jaga, entah karna gue anak tunggal atau apa gue juga nggak tau".
Deen berpaling dan kembali fokus pada masakannya setelah penjelasan yang ia berikan.
Sebenarnya pertanyaan semacam itu sudah sering ia dapati dari anggota basecamp jadi ia tidak heran jika ada lagi yang bertanya tentang siapa Tha baginya.
Meski tangannya sibuk mencincang bawang tetapi fokus Khan tidak pada hal itu melainkan penjelasan pria di sebelahnya.
Ia merasa gelisah tanpa tau penyebabnya, ia terus melamun hingga terkejut ketika jarinya terasa sakit dan perih, ya ia melukai jarinya sendiri.
"Aw!".
Deen sontak menoleh lalu berniat membantu Khan, tapi sebelum itu suara dan kemunculan Tha mencegahnya.
"Ai Khan".
Khan menatap intens pada gadis yang langsung mencuci jarinya yang berdarah lalu meniupnya pelan.
Pha melirik pada Deen yang kini tersenyum saat melihat bagaimana Tha sangat peduli pada Khan.
"Kok gini sih?" Tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga suara Tha menyadarkannya.
"Pha, di laci depan ada kotak P3K tolong ambilin".
"Ah i-iya".
.
.
.
Melemparkan tas sekolahnya begitu saja lalu berbaring di sofa panjang untuk melepas penat adalah kebiasaan Sun dan San setiap pulang sekolah.
Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan jarang di rumah membuat mereka merasa sunyi meski punya asisten rumah tangga yang membantu mengurus keperluan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASCULINE GIRL (HIATUS)
Teen Fiction(Proses Revisi) Hidup di lingkungan keluarga penuh laki-laki membuat Thanyana atau biasa di panggil Tha mempunyai jiwa maskulin, sifat bar-bar, ceplas-ceplos dan badas meskipun ia adalah perempuan, berbeda dengan Khan, hidup berdua dengan ibunya mem...