Sekretariat kru Persma Jejak Narasi sedang cukup ramai. Ada sejumlah kru serta anak magang yang berkumpul untuk mengikuti rapat persiapan Pekan Jurnalistik 2016. Mereka duduk melingkar dan bergantian memberikan laporan tentang perkembangan tim masing-masing. Ezra tampak duduk di sebelah moderator karena dia adalah ketua panitia dalam acara ini. Beberapa detik lalu, Ruis baru saja menyampaikan bagaimana kondisi sponsor saat ini. Laporan tersebut juga ditanggapi baik oleh Ezra, Januari, dan kakak tingkat yang lain.
"Oh, iya. Ruis dipindah ke tim publikasi."
"Eh?"
Ruis termenung, perlahan melempar sorot ke berbagai sudut tempat orang-orang duduk, memastikan bahwa yang baru dia dengar adalah benar, menginginkan validasi tentang sebentuk pernyataan yang beberapa detik lalu mengudara dari bibir Liliana si kakak tingkat yang duduk di sebelahnya.
Liliana mengangguk. "Iya, Ruis dipindah ke tim publikasi bareng Kakak," tandas gadis itu di tengah-tengah riuh yang terdengar lantaran orang-orang juga terkejut atas pemindahan tugas untuk pekan jurnalistik kali ini.
"Beneran, Kak?"
Ruis bisa merasakan, air di sudut mata akan meleleh meski berhasil ditahan. Dia kelewat terharu karena akhirnya beban berkurang. Jika dia masih ada di tim sponsor, sudah pasti akan tetap mengerjakan sisa tugas yang ditinggalkan Indira. Namun, kalau begini, dia hanya akan mengerjakan sisa tugas itu tanpa pusing memikirkan sponsor.
Liliana mengangguk lagi, ikut senang mendapat rekan baru yang baginya mampu dipercaya, setelah sekian lama menjomlo.
Hening kembali menyapa setelah interupsi moderator terdengar. Mereka bersiap melanjutkan rapat. Di tengah suasana hening tersebut, Ruis tiba-tiba gundah, teringat kalau dirinya sudah lima belas menit berada di tempat ini, meninggalkan kelas Ilmu Komunikasi Bu Hamida.
Rapat Pekan Jurnalistik 2016 kali ini dilaksanakan pukul sebelas. Henda si teman satu tim tidak bisa hadir karena sedang praktikum. Ziva si koordinator tim juga tidak bisa datang karena sedang presentasi proposal sponsor di OJK. Karena hal-hal itulah Ruis terpaksa izin keluar kelas dan mengikuti rapat sebagai perwakilan tim. Namun, gadis itu hanya berkata kepada Bu Hamida kalau dirinya akan ke kamar kecil. Dan, lima belas menit adalah waktu yang mencurigakan untuk ukuran ke tempat basah itu.
Kegelisahan tersebut bisa ditangkap jelas oleh lensa Ezra. "Ruis kalau mau balik ke kelas, udah boleh. Laporan udah selesai. Tapi jangan lupa baca buku rapat setelah kelar kelas, ya?"
Ruis langsung tersenyum, lantas mengacungkan kedua jempol dengan semangat, bersyukur karena masih ada yang bisa paham. Dia pun segera pamit dari sana, berlari menuju gedung fakultas yang hanya berjarak seratus meter. Meski demikian, ternyata tubuh yang mulai jarang olahraga tersebut berlari tidak stabil dengan napas terengah. Dia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di depan gedung, tak mau Bu Hamida bertanya-tanya kenapa datang seperti habis lari maraton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Meja Redaksi [SUDAH TERBIT]
General FictionSuara bising yang berasal dari dapur di lantai bawah, belum juga membuat Ruis yang sudah membuka mata tersadar penuh. Ia sedang punya keringanan sehingga bisa meninggalkan salat Subuh dan tertidur sampai matahari meninggi. Kesadaran kembali seratus...