Gunungan duka masih belum usai. Meski begitu, Ruis tidak bisa terus mengurung diri di balik kamar. Gadis itu memutuskan untuk menjadikan Januari sebagai distraksi, mendatangi sekretariat Jejak Narasi. Ternyata, Januari memanggil untuk menawarkan sebuah tugas yang lebih seperti titah baginya; menjadi sekretaris di musyawarah besar bersama Sonya sebagai bendahara dan Hendra sebagai ketua.Biasanya, panitia akan dipilih ketika musyawarah wajib. Namun, kali ini, Januari sendirilah yang memilih. Dia berharap, tidak salah memilih Ruis, Sonya, dan Hendra untuk membantu dewan pimpinan mempersiapkan pemilihan dewan pimpinan periode selanjutnya sebagai salah satu rangkaian acara musyawarah besar.
Tanpa pikir panjang, Ruis menerima tawaran Januari dan segala risikonya. Bukan karena ingin menjadi orang penting dalam agenda penting tersebut, melainkan karena butuh alasan pendukung untuk tidak pulang kampung ketika liburan. Dia sama sekali belum siap untuk itu, belum siap menyambut tatapan dan cibiran orang-orang tentang dirinya. Dia tidak sekuat itu untuk merasa bodo amat saat ini.
Ruis sedang berlari dari masalahnya.
Mulai hari itu, Ruis menyibukkan diri dengan segala persiapan musyawarah besar. Gadis itu mempelajari serta menyusun rangkaian kegiatan bersama Hendra dan Sonya. Ini bukan kali pertama dia menjadi pengurus inti sebuah acara. Sebelumnya, dia sudah pernah menjadi pengurus inti juga di acara PJTD (Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar) bersama Roy dan Sonya. Hanya saja, kali ini, terasa lebih gugup karena musyawarah besar adalah pertanda pergantian periode.
Beberapa waktu kemudian, tibalah saat di mana Ruis dan semua kru Persma Jejak Narasi mengadakan rapat persiapan musyawarah besar. Ruis tampak membacakan apa saja yang akan dibahas, lantas menyilakan satu per satu anggota panitia—yang terdiri dari angkatan Ruis dan angkatan di bawah Ruis yang pekan lalu baru dikukuhkan—untuk memberi laporan.
"Musyawarah besar akan dilaksanakan pada tanggal dua puluh hingga dua puluh lima Januari 2017. Untuk bidang acara, tolong membuat rundown mulai pengumuman pendaftaran calon dewan pimpinan, pengumpulan berkas yang dibutuhkan, verifikasi, pengumuman kelulusan berkas, ujian tulis, wawancara, ujian reportase, pengumuman calon dewan pimpinan, masa kampanye, pemaparan visi misi, pemilihan, pembacaan LPJ, dan pengesahan AD/ART periode selanjutnya. Lima desember silakan diajukan ke Hendra ketua panitia agar bisa didiskusikan bersama pimpinan umum. Persyaratan pendaftaran calon dewan pimpinan akan saya tempel di papan pengumuman," terang Ruis, menegaskan beberapa hal penting untuk acara mereka.
Setelah rapat berakhir dan kebanyakan kru undur diri, Ruis yang masih terdiam di tempat akhirnya bisa bernapas lega. Dia mengambil salah satu buku tipis di rak kertas milik Divisi Perusahaan secara acak, lalu berkipas-kipas ria dengan itu.
"Huh, gila. Nervous nggak karuan," keluhnya kepada Sonya.
"Kalo nggak nervous, berarti kau dewa," sahut Sonya sekenanya. Gadis yang juga sedang kipas-kipas itu malas memikirkan perkataan Ruis. Masih ada banyak hal yang harus dia laksanakan, misal mendapatkan uang untuk mengadakan musyawarah besar di Orange City, Berastagi, dan membelanjakan uang itu tanpa kurang sepeser pun.
"Setengah dewa, lah. Soalnya aku mahasiswa," koreksi Ruis, merasa benar.
"Mahasiswi keleus. Dan jangan sok tau kau kalo mahasiswa itu setengah dewa!" bantah Sonya. Menurutnya, Ruis hanya sedang mengasah imajinasi, setelah mengaku dipecat dari blog pengelola fanfiction tempatnya menulis karena tak pernah lagi setor cerita.
"Nggak baca bukunya Martga Della Rahimi yang judulnya Mahasiswa Setengah Dewa, ya?" tebak Ruis.
Sonya tampak malas berdebat. Pusing di kepala belum hilang. "Kau aja, lah, yang setengah dewa. Kau, kan, sakti bisa hilang dari kelas. Permisi ke toilet, padahal ikut rapat," tandasnya pasrah meski di akhir kalimat sempat mengungkit kekonyolan yang dilakukan Ruis dan mengelabui Bu Hamida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Meja Redaksi [SUDAH TERBIT]
Fiction généraleSuara bising yang berasal dari dapur di lantai bawah, belum juga membuat Ruis yang sudah membuka mata tersadar penuh. Ia sedang punya keringanan sehingga bisa meninggalkan salat Subuh dan tertidur sampai matahari meninggi. Kesadaran kembali seratus...