Teh Lila
Halo, Ru. Kamu sehat kan?
Aku mau kasih kabar, kalau Insya Allah November ini aku ke Medan.Semenjak kepergian Ezra, Ruis sering bertukar pesan dengan Lila Aresya; gadis yang mengakuisisi Ezra sebagai seseorangnya dan divalidasi oleh Ezra sendiri. Gadis itu bercerita banyak, terutama tentang pertemuan mereka pada kali terakhir; hari di mana Ezra singgah ke Bandung dan berkunjung ke rumahnya, serta mengobrol banyak dengan sang ayah.
Dari sini, Ruis tahu, bukan dialah orang yang paling sedih atas kepergian Ezra. Ada seseorang yang lain, yang sampai menyangka kalau Ezra benar-benar akan berdampingan dengannya sampai menua, tetapi sangkaan itu tiba-tiba musnah ditelan Bumi. Entah berapa besar rasa sakit yang Lila tanggung ketika mendengar kabar Ezra telah pergi, bahkan setelah menyatakan keseriusan dalam hubungan mereka.
Ruis menarik kedua ujung bibir setelah membaca pesan tersebut. Dia pikir, Lila hanya akan berwacana mengenai kedatangannya ke Medan. Namun, gadis itu benar-benar seperti yang pernah Ezra ceritakan; berwacana dan beraksi. Tidak salah kalau Ezra memilih Lila untuk menemani langkahnya.
Ruis
Serius, Teh?Ruis tahu kalau Lila sempat tertarik untuk mengikuti Pekan Jurnalistik Nasional yang diadakan Jejak Narasi tiap tahun. Hanya saja, masih merasa tidak percaya kalau gadis itu akan merealisasikannya secepat ini. Mungkin karena tahun depan Lila juga akan beranjak dari persma tempatnya berorganisasi, sedangkan salah satu syarat mengikuti acara tersebut adalah, merupakan anggota pers mahasiswa.
Teh Lila
Serius. Insya Allah.
Aku udah kirim berkas untuk pendaftaran Pekan Jurnalistik Jejak Narasi 2018.Ruis
Alhamdulillah.
Semoga lulus. Pasti lulus.
Nanti aku tanya ke anak humas buat mastiin berkasnya udah diterima atau belum.
Aku tunggu pokoknya, Teh.Huwaa nggak nyangka. Ternyata Bang Ezra bener, sewaktu bilang teteh bakal ikut Pekan Jurnalistik tahun ini.
Ezra memang sudah pernah bilang tentang itu. Memang Ruis tahu tentang Lila yang ingin ikut Pekan Jurnalistik dari siapa kalau bukan Ezra? Ruis saja masih ingat, betapa binar di mata Ezra tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan kala itu.
***
Kalau hari ini Ezra masih di sini, pemuda itu pasti juga merasakan euforia menyambut kedatangan Lila di Medan. Sayangnya, Ruis harus merasakan ini sendirian, sembari berpikir apa yang harus dia lakukan ketika bertemu seseorang itu pertama kali. Jujur saja, Ruis grogi. Dia duduk di pojok sekretariat sambil memeriksa desain yang akan diterbitkan di Instagram sebagai pertanda acara mereka telah dimulai.
"Assalamualaikum."
Bersama kru Jejak Narasi yang bertugas menjemput para peserta Pekan Jurnalistik, Lila datang dan menyapa di depan pintu sekretariat. Dia adalah peserta pertama yang datang; sengaja agar bisa berkunjung ke rumah Ezra sebelum pelatihan berlangsung.
"Teh Lila!" Ruis kontan bangkit, diikuti keterkejutan beberapa kru Jejak Narasi yang tidak terlalu tahu mengenai siapa yang datang. Namun, mereka tetap ikut menyapa salah satu peserta tersebut.
"Waalaikumsalam. Halo, Teh," sapa salah satu kru.
Lila tersenyum ramah, kemudian memandang Ruis yang mendekatinya dengan kedua mata mulai berkaca-kaca. "Ruis. Ya ampun, akhirnya ketemu."
"Akhirnya Teteh sampai sini." Ruis menjabat tangan Lila, lalu memeluknya dengan lembut. Pertemuan mereka bak adegan drama romantis dengan orang-orang di dalam sekretariat sebagai penonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Meja Redaksi [SUDAH TERBIT]
General FictionSuara bising yang berasal dari dapur di lantai bawah, belum juga membuat Ruis yang sudah membuka mata tersadar penuh. Ia sedang punya keringanan sehingga bisa meninggalkan salat Subuh dan tertidur sampai matahari meninggi. Kesadaran kembali seratus...