Ezra baru saja keluar dari toilet bandara. Pemuda itu melangkah, lantas berhenti ketika sepasang sorot memindai dua insan yang duduk berdekatan dengan setelan berwarna sama; atasan abu-abu dan celana hitam. Yang satu memakai kemeja abu dengan kotak-kotak hitam dan celana kargo hitam, sedangkan yang lain memadukan crew neck abu polos dengan jins hitam.
"Kalian sengaja couple-an buat ngelepas kepergian Abang?" tanya Ezra dengan gamblang sambil kembali melangkah mendekati dua orang yang sama-sama bermain ponsel itu. Keduanya kontan mendongak bersamaan. Tampilan ponsel pun terabaikan.
"Nggak janjian, sumpah!"
"Iya, Bang. Kak Ruis pasti yang ngikut-ngikut aku."
"Eh, sembarangan. Kau kira kontrakan Kakak sebelahan sama kos kau? Dan Kakak ngintip kau ganti baju, gitu?"
"Ya, udah. Gitu doang sampe berantem," ucap Ezra, melerai pertengkaran kecil antara Ruis dan Arkan. Pemuda yang selalu ber-outfit vest rajut dan kemeja polos itu―terutama setelah mendapat kiriman vest dari Lila—duduk di sebelah Ruis. "Abang juga pake abu-abu, kok. He-he," lanjutnya sambil nyengir.
Mendengar pengakuan itu, Ruis refleks memindai pakaian yang dikenakan Ezra; abu-abu dan hitam juga. Dia pun memukul lengan pemuda itu.
Plak!
"Aduh! Anarkis kali anak ini!" Ezra mengaduh, pura-pura kesakitan.
"Ya, lagian. Masalah warna baju doang, diperpanjang. Anak desain emang gitu. Ngedesain colorful tapi outfit-nya dark."
"Kak, besok kita bikin jaket samaan, yok. Khusus anak Media dan Grafis. Ntar belakangnya dibordir pake tulisan Visual is Everything. Gimana?" usul Arkan yang masih melanjutkan perkara pakaian.
"Abang mau juga," sahut Ezra.
"Nggak. Abang, kan, nggak di Media dan Grafis sampe alumni." Ruis tak terima.
"Pokoknya Abang ikutan. Nanti Abang nyogok Arkan, karena kalau jadi pasti dia yang bakal ngurusin jaketnya," kata Ezra dengan percaya diri.
Perdebatan masalah pakaian berakhir setelah Arkan mengatakan ingin bermain game. Ketiganya pun fokus dengan ponsel masing-masing sembari menunggu waktu keberangakatan Ezra ke suatu tempat diumumkan oleh announcer.
"Ru, kalo Abang pre-wedding di sini gimana?"
Secara tiba-tiba, Ezra menunjukkan foto tanaman rimbun berupa red kochia yang didapatkan dari internet. Ruis pun melirik ke arah Ezra. Pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dengan ucapannya, membuat Ruis terdiam beberapa detik sebelum mau menjawab.
"Emangnya di sini ada? Atau, di Bandung ada? Jangan bilang Abang punya ide gila ke luar negeri buat pre-wedding doang?" seloroh Ruis dengan perasaan yang sedikit terusik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Meja Redaksi [SUDAH TERBIT]
General FictionSuara bising yang berasal dari dapur di lantai bawah, belum juga membuat Ruis yang sudah membuka mata tersadar penuh. Ia sedang punya keringanan sehingga bisa meninggalkan salat Subuh dan tertidur sampai matahari meninggi. Kesadaran kembali seratus...