2019
"Interupsi, Pemimpin Sidang!"
Di tengah hening yang menjadi jembatan antara ditolak atau diterimanya Laporan Pertanggungjawaban Divisi Media dan Grafis, seseorang meninggikan acungan tangan dengan suara berat yang menarik atensi semua peserta sidang.
"Interupsi diterima."
"Mengenai kover majalah periode ini tepatnya 2018-2019. Berhubung belum naik cetak meski sudah masuk ke dalam LPJ, apakah tidak sebaiknya huruf di kata Jejak Narasi dibuat jelas tanpa ditutup oleh elemen lain? Pada kover yang tertera di LPJ, huruf A dan K di kata jejak dan huruf N dan A di kata narasi, tertutup. Estetikanya memang dapat, tapi minim informasi. Majalah kita jelas tidak sekelas dengan majalah Tempo, yang meski tiga huruf ditutup grafis, orang-orang akan tetap mengerti kalau itu majalah Tempo. Mohon, kepada pemimpin umum untuk mempertimbangkan kembali mengenai diterima atau tidaknya LPJ Divisi Media dan Grafis, mengingat kover masih bisa diperbaiki. Terima kasih."
Dirga mengalihkan pandangan kepada Ruis, Arkan, dan Lia yang duduk bersebelahan di seberang kiri tempatnya duduk. Sebagai pemimpin umum, dia yang berhak menerima atau menolak LPJ melalui diskusi dengan bendahara dan sekretaris umum.
"Berhubung majalah kali ini juga akan diikutsertakan dalam penganugrahan Indonesian Students Prints Media Award tahun 2020 mendatang, saya akan bertanya lebih dulu kepada saudara Arkan, selaku perancang kover sekaligus redaktur grafis. Apa bersedia mengubah desain tersebut entah banyak atau sedikit agar lebih informatif?" tanya Dirga.
Arkan menoleh ke arah Ruis untuk meminta persetujuan. Ruis yang merasa tidak masalah dengan desain kover tersebut, menggeleng. Baginya, desain itu tetap informatif meski ada empat huruf yang tertutup ilustrasi. Lagi pula, jika mereka setuju untuk merevisi desain, sudah pasti LPJ akan ditolak. Dan, tentu akan sayang kalau harus merevisi LPJ maupun desain yang tidak punya masalah besar tersebut.
Setelah mendapat sinyal dari Ruis, Arkan kembali melihat Dirga. "Akan saya revisi."
Ruis seketika membelalak. "Ar, pikirin lagi. LPJ kita bisa ditolak," bisiknya, berharap Arkan tidak gegabah mengambil keputusan.
"Kakak tenang aja. Kalo ditolak, kita cuma bakal revisi sedikit."
"Tapi bakal ngaruh ke susunan laporan yang lain, Ar," sahut Lia, pelan.
"Bagaimana?" tanya Dirga sekali lagi.
Arkan mengangguk.
"Yakin? Keputusan penerimaan LPJ tergantung Arkan."
"Iya, Bang, akan saya revisi. Agar ke depannya, tidak ada yang mengikuti kesalahan kami."
Mendengar itu, Ruis terbungkam. Takjub, seolah baru sadar bahwa adik kecil yang lucu itu telah tumbuh. Lia pun refleks memegang tangan Ruis, ingin menyalurkan kelapangan hati kalau-kalau keputusan Arkan masih membuatnya tidak terima.
"Bismillahhirrahmanirrahim. Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, LPJ Divisi Media dan Grafis ditolak!"
Satu pukulan palu sidang menjadi pertanda keputusan telah sah. Ruis memejamkan mata sebentar, berusaha menerima keputusan tersebut. Di dalam kepala, sedang tergambar bagaimana Divisi Media dan Grafis dua tahun ke depan setelah ia pergi. Benar kata Arkan. Kesalahan hari ini tidak boleh diikuti oleh orang-orang setelah mereka.
Tak terasa, susunan acara dalam musyawarah besar tahun ini mulai terlewati satu per satu. Mulai dari pembacaan LPJ, sidang-sidang, pemilihan pemimpin umum baru, hingga agenda penuh haru yang tak pernah berubah setiap tahun, agenda perpisahan.
"Selamat, Ar. Kakak titip Media dan Grafis."
Ruis memberi selamat kepada Arkan yang menjadi Pemimpin Divisi Media dan Grafis. Tak lupa, mengoceh ini itu kepada semua anak didiknya agar menjaga divisi tersebut dengan baik. Sebelumnya, dia mengucapkan selamat untuk setiap senior yang pergi. Namun, kali ini, dirinyalah senior itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Meja Redaksi [SUDAH TERBIT]
General FictionSuara bising yang berasal dari dapur di lantai bawah, belum juga membuat Ruis yang sudah membuka mata tersadar penuh. Ia sedang punya keringanan sehingga bisa meninggalkan salat Subuh dan tertidur sampai matahari meninggi. Kesadaran kembali seratus...