Bab 9: Serpihan

4K 587 21
                                    

Adimas mondar-mandir di dalam apartemennya, merasa gelisah karena ada hal yang belum bisa ia pastikan kebenarannya, tetapi amat mengganggunya. Bukan hanya mengganggu, dia ketakutan setengah mati. Ini semua karena peristiwa dini hari tadi. Peristiwa yang membuat Adimas tak mampu bergerak dari posisinya sejak mengakhiri obrolannya dengan Pradnya.

Pradnya sudah duduk di balkonnya seperti biasa saat Adimas memutuskan bergabung karena habis lembur. Kali ini, dia tak memutuskan untuk bersembunyi lagi.

Rasa penasaran membuat Adimas bertanya begitu saja. "Kamu insomnia?"

Dan, Pradnya menjawab, "Saya nggak tahu ini lebih tepat disebut insomnia atau trauma. Tapi, ini ada kaitannya dengan kecelakaan yang menimpa keluarga saya. Sebenarnya, kecelakaan itu terjadi pada pukul 3.45 dini hari. Dan, saat kecelakaan, mata saya terus terarah pada jam digital di dasbor mobil. Sepertinya karena itu, saya jadi terus terbangun di waktu tersebut setiap hari. Selama lima tahun ini."

Dan, jika memang bisa terjadi, Adimas merasa kalau jantungnya sempat berhenti berdetak saat mendengar pengakuan Pradnya itu.

Merasa tak bisa lebih gelisah lagi, Adimas meraih ponsel dan menghubungi sebuah nomor yang sudah lama tidak ia kontak. Ia menunggu hingga deringan keempat sebelum akhirnya panggilan itu diterima.

"Halo? Om Dharma ada di Indonesia? ... Iya, kasus itu. Saya butuh penjelasan lebih lanjut. Update-nya. Iya. Yang dulu. Iya, masih sama. Oke, segera kabari saya lagi."

Adimas menaruh ponselnya dan merenung. Berpikir dan semakin merasa gelisah seiring berjalannya waktu.

Kejadiannya lima tahun lalu.

Itu kecelakaan lalu lintas.

Dan, sebuah keluarga menjadi korban.

Semua persis seperti yang Pradnya katakan.

Ingatan Adimas terbawa kembali pada peristiwa mengerikan dalam hidupnya itu. Saat itu, Adimas masih sangat muda. Adimas tidak seperti sekarang. Lelaki itu adalah anak manja yang senang menghamburkan uang ayahnya. Saat itu juga, ibunya masih ada. Seharusnya, masih ada.

Hari itu Adimas membeli sebuah mobil sport baru, hadiah ulang tahun dari ayahnya. Di malam yang sama, Adimas menerima kabar kalau ibunya masuk rumah sakit dan kondisinya parah. Adimas yang sedang bersenang-senang dengan teman-temannya pun langsung pergi untuk melihat kondisi sang ibu. Karena cemas, ia membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Lalu, semuanya terjadi secepat kejapan mata, Adimas sedang melaju dengan luar biasa cepat di jalan tol, dan sebuah kecelakaan terjadi. Dia menabrak sebuah mobil. Mobil itu terlempar jauh sementara mobilnya sendiri hancur terbelah menabrak pohon.

Ingatan Adimas tentang kecelakaan itu selalu berhenti di sana. Bukan karena dia tidak ingin melanjutkan, tapi karena dia memang tidak bisa. Adimas tak pernah bisa mengingat kelanjutan dari kejadian menyedihkan itu.

Lalu, Pradnya muncul. Dengan segala yang ada dalam dirinya dan dengan cerita menyedihkannya.

Apakah mungkin Adimas yang menyebabkan kematian ayah Pradnya dan membuat ibu perempuan itu kini terjebak di rumah sakit?

Adimas tersentak ketika merasakan sakit yang tak biasa di dalam dadanya. Rasa sakit yang sudah lama tidak muncul itu datang kembali. Dadanya selalu terasa sakit ketika dia mengingat sang ibu, tapi belakangan ini rasa sakit itu tidak lagi datang. Dan, malam ini, rasa yang sangat akrab itu kembali.

Jika benar Pradnya adalah korban kecelakaan lima tahun lalu, ... jika benar begitu, ... Adimas harus bagaimana?


03.45Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang