Azzura 8

44 0 0
                                    

Happy Reading!

Pagi hari di hari Senin, Azzura pergi kesekolah, sebelum ia pergi menuju sekolah, ia harus pergi kerumah Gilang untuk pergi bersama dengan Gilang. Kalau Azzura naik angkot itu akan mengurangi uang sakunya, lebih baik ia pergi dengan Gilang tak keluar uang sakunya dan ia bisa menghirup udara segar di pagi hari. Sesampainya dirumah Gilang ia memanggil tanpa ada malunya.

"Gilang!"

"Gilang main yukkk!" Teriak Azzura. Tiba-tiba Dita Bunda-nya Gilang keluar.

"Azzura, kamu kalo mau cari GIlang masuk aja, nggak usah teriak-teriak, biasanya kamu juga masuk, sekarang malah teriak-teriak." Ucap Dita Bunda-nya Gilang.

"Eh, sorry Bun, Zura lagi gabut aja." Jawab Azzura, ia memanggil Dita dengan sebutan Bunda karena  Dita sudah menganggap Azzura seperti anak perempuannya sendiri.

"Kalo kamu mau ketemu Gilang pergi aja ke kamarnya dia lagi pake baju, dia baru bangun, kemaren dia nonton bola, jadi ketiduran deh." Jelas Dita.

"Kalau gitu, Azzura masuk dulu ya Bun." Pamit Azzura masuk ke kamar Gilang. Azzura masuk ke kamar Gilang tanpa mengetok pintunya terlebih dahulu. Azzura membuka pintunya lebar-lebar tanpa ada celah sedikitpun.

"Woii lo ngapain disini bego!" Teriak Gilang histeris karena Azzura membuka pintunya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Astagfirullah al'azim, ya Allah, Subahanallah," Ucap Azzura tanpa sadar.

"Tutup pintunya bego, gue belum pakai baju," Azzura menutup pintunya, tanpa sadar Azzura masuk dikamar Gilang bukan keluar, bego banget sih. Azzura menatap Gilang tanpa mengedipkan matanya. Gilang yang dilihat pun hanya bodo amat. Azzura pergi kearah Gilang dan memeluk Gilang tanpa sadar. 

"Lo ngapain sih meluk gue kayak gini." 

"Biarin aja kayak gini dulu Lang, gue udah lama nggak kayak gini sama lo." Peluk Azzura tanpa mau melepaskan Gilang, tanpa Azzura sadari air matanya jatuh begitu saja, ia rindu dipeluk oleh Gilang seperti ini.

"Raa, jangan nangis, selagi ada gue yang ada disini nggak boleh ada yang nyakitin lo." Peringat Gilang, ia tau seberapa Azzura perlu disayang layaknya kedua kakaknya.

"Udah nangisnya, gue mau pakai baju dulu, nanti kita telat lagi." Lanjut Gilang, ia memakai pakaiannya dan Azzura tetap dikamar menunggu Gilang untuk pergi bersama. Setelah selesai Gilang turun bersama Azzura untuk sarapan pagi bersama.

"Mata kamu kenapa merah Raa? habis diapain sama Gilang?" Tanya Bunda-nya Gilang.

"Nggak ada kok Bun, Zura kangen aja dipeluk sama orang yang Zura sayang." Jawab Azzura tersenyum secara paksa.

***

Disekolah, Azzura dan Gilang banyak yang melihat mereka, banyak yang kagum kepada mereka karena mampu berteman tanpa melibatkan perasaan. Azzura masuk kedalam kelas diiringi Gilang dari belakang. " Raa, lo sekarang ga ada perasaan sama Gilang apa?" Tanya Syifa, karena Syifa terus bertanya seperti itu, dari SMP Syifa menjalin pertemanan dengan Azzura dan Gilang, tak ada satu pun yang menyatakan perasaannya.

" Lo tau kan, gue sama Gilang itu udah kayak kucing sama tikus, mau gue makan mulu si Gilang, bikin gue kesel setiap hari, gue nggak mau melibatkan perasaan, nanti hubungan gue hancur sama dia, dan gue nggak mau itu terjadi Syifa." Jelas Azzura kepada Syifa.

"Kalo lo nggak ada perasaan, pasti Gilang ada perasaan sama lo, lo bego atau nggak peka sih."

"Nggak mungkin Gilang punya perasaan sama gue, pokoknya gue nggak mau melibatkan perasaan di pertemanan gue sama Gilang."

"Terserah lo, suatu saat lo akan ngerti apa yang gue jelasin sekarang, nggak mudah bagi perempuan dan laki-laki menjalin pertemanan, pasti salah satunya melibatkan perasaan." 

Setelah berbicara itu kepada Azzura, Guru yang mengajar pun masuk kelas, Gilang yang mendengar percakapan Syifa dan Azzura pun menjadi kecewa. Setelah bu Ani masuk, guru favorit Azzura tentunya, ia duduk paling depan untuk mendengar pelajaran yang diterangkan oleh Bu Ani tersebut.

"Azzura, nanti istirahat keruangan ibu ya, ada event yang harus kamu ikuti, dan ibu sarankan, pergi sama temen yaa." jelas ibu Ani kepada Azzura.

"Siaapppp bu." jawab Azzura semangat, tiba-tiba Gilang duduk dikursi sebelah Azzura, dan membuat Azzura kaget.

"Ada urusan apa lo sama bu Ani?, kayaknya serius amat, atau jangan-jangan lo mau dijual ya."

"Bego, gue nggak dijual, gue mau ikut event yang harus gue ikuti, dan harus cari partner buat event ini." 

"Gue jadi partner lo, boleh nggak?" Ucap Gilang dengan memohon.

"enggak, lo nggak boleh ikut, emang lo anak organisasi sastra? enggak kan, jadi ngggak usah ikut."

"Kalau gitu, gue mau masuk organisasi sastra sekarang, biar gue bisa pergi event sama lo." jelas Gilang, tak mau kalah.

"Silahkan, tapi daftar sama ketua nya dulu, emang lo tau ketua nya?"

"emm, gue cari tau lah, gue tanya sama bu Ani ketuanya, kan bu Ani pemimpin organisasinya."

"silahkan tuan Gilang Lazuardi Ramadhan." Ucap Azzura tersenyum senang. Gilang beranjak daari tempat duduk dan pergi keruangan bu Ani untuk bertanya siapa yang menjadi ketua di organisasi sastra.

"Permisi bu, saya mau nanya ketua ekstrakulikuler sastra siapa ya bu, soalnya saya mau masuk ekskul sastra bu."

"Kamu ga tau Gilang, orang terdekat kamu loh ketuanya." jawab bu Ani.

"siapa bu? saya ga tau, Syifa atau nggak Fani?"

"enggak Gilang, Azzura jadi ketuanya, kalau kamu mau daftar silahkan ke Azzura langsung. Kenapa tiba-tiba kamu ingin masuk ekskul sastra?"

"Mohon maaf sebelumnya bu, jadi tadi ibu kan menyuruh Azzura untuk pergi event, nah kan harus ada partnernya, jadi apa boleh selain anak ekskul sastra ikut bu?"

"enggak boleh, harus ekskul sastra."

"Ok bu, saya harus daftar sastra sekaarang, terimakasih bu, saya pergi dulu." Gilang pergi dari ruangan bu Ani dan pergi menemui Azzura untuk mendaftar ekskul sastra. Setibanya di kelas, Gilang duduk di sebelah Azzura, dan meminta untuk bisa ikut ekskul sastra tersebut.

"Raa, gue boleh ikut yaa, gue mau kok jadi babu lo atau apalah asalkan gue bisa masuk ekskul ini, dan bisa jadi partner lo di event itu." pinta Gilang dengan memelas.

"Ngapain sih Lang, lo ngebet banget untuk ikut event ini."

"Lo harus sama gue pergi gak boleh sama orang lain, gue inget pesen Papa lo terus, dan gak boleh lo pergi sama orang lain kecuali gue." jelas Gilang dengan menatap tajam ke arah Azzura. Kalau tentang Papanya, Azzura tidak bisa berkata apapun lagi, dan keputusannya harus menerima Gilang untuk masuk ekskul sastra.

Hallo guys, gimana kabarnya, maap baru update karena ada banyak yang harus di selesaikan, semoga kalian bisa senang yaa, baca cerita aku.

semoga kalian sehat selalu.

see u.

AzzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang