Bagian 14 - Pemukulan

188 21 0
                                    

Happy Reading ❤️❤️

Pagi ini Celina bangun lebih awal. Ia pun menatap sekeliling dan mencoba berdiri karena kakinya sudah baik-baik saja. Sudah dua hari Vero menjaga Celina tanpa henti. Bahkan untuk pergi ke kamar mandi saja, Vero sampai menyediakan kursi roda untuk Celina. Awalnya Celina merasa itu terlalu berlebihan, tetapi Vero terus memaksa dan mengancam, jika Celina tidak menggunakan kursi roda maka Vero yang kan menggendongnya menuju kamar mandi. Celina juga masih bingung, kenapa di rumah seperti ini tidak ada satupun pelayan. Bahkan chef di rumah ini juga adalah seorang laki-laki.

Celina memakai sendal yang ada di samping tempat tidur lalu hendak berdiri, tetapi belum selangkah Celina mendengar suara pintu yang terbuka. Celina menatap ke arah pintu kamar, dan mendapati Vero yang masuk ke dalam. Melihat Celina sedang berdiri, Vero langsung lari, karena takut Celina akan jatuh.

"Apa yang kau lakukan? Bagaimana jika kau jatuh? Kau belum pulih sepenuhnya." Kata Vero lalu memegangi kedua lengan Celina.

"Gue udah sembuh Ver. Liat lukanya juga udh kering." Kata Celina sambil menunjuk luka pada kakinya.

Vero menggeleng. "Gak, kau tidak boleh berjalan dulu. Ini semua demi keselamatan mu. Ayo duduk lagi." Ujar Vero lalu menuntun Celina untuk kembali duduk dia tas ranjang.

"Gue bosen Ver diem di kamar terus." Kata Celina sambil menatap Vero.

"Kau boleh jalan-jalan asal menggunakan kursi roda. Dan juga harus saya yang menemani."

Celina membulatkan matanya. "Bukankah itu terlalu berlebihan?" Ujar Celina sedikit protes.

"Baiklah kalau kau tidak mau. Kau akan tetap disini." Balas Vero tidak mau bertele-tele dan hendak pergi meninggalkan Celina.

"Iya iya gue mau." Cegah Celina agar Vero tidak pergi.

Mendengar perkataan Celina, Vero pun berbalik arah dan berjalan menuju kursi roda yang ada di sudut ruangan. Vero mendorong kursi roda itu dan mendekatkannya kepada Celina. Vero langsung membantu Celina untuk duduk di atas kursi roda. Melihat semua perlakuan Vero uang berlebihan membuat Celina tertawa.

"Sekarang gue malah ngerasa kayak nenek-nenek Ver." Kata Celina sambil membenarkan posisi duduknya di atas kursi roda.

"Maksudnya?" Tanya Vero bingung.

"Ya sekarang gini, gue mau ke kamar mandi aja harus pake kursi roda dan harus di jagain sama lo 24 jam tanpa henti. Apa itu gak kayak nenek-nenek?" Ujar Celina sambil tersenyum ke arah Vero.

Vero berfikir sejenak dan menggeleng. "Tidak. Jika ada nenek-nenek secantik dirimu. Saya tidak masalah untuk menjadikannya istri saya." Ujar Vero malah membuat pipi Celina menjadi panas.

"Ohh jadi lebih suka sama nenek-nenek dari pada gue?" Tanya Celina sambil memasang wajah jutek.

Vero terkejut mendengar ucapan Celina. "Jadi kau sudah siap menjadi istri saya?" Tanya Vero meledek Celina.

Bagaiman senjata makan tuan. Celina kini malah tersipu malu. "Gak gitu." Balas Celina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menoleh ke arah Vero.

"Gak masalah kalau itu memang benar. Kamu tunggu ya, sebentar lagi saya akan lamar kamu." Kata Vero.

Celina membulatkan matanya dan menoleh ke arah Vero. "Gue bercanda lho Ver." ucap Celina mencoba meluruskan semua kesalahpahaman.

Vero mendorong kursi roda Celina. "Tapi saya menganggapnya serius." Balas Vero singkat.

"Mmm by the way beberapa hari ini lo gak ngampus?" Tanya Celina. Karena yang Celina tahu, Vero statusnya masih mahasiswa semester akhir.

"Enggak, saya sengaja menghabiskan waktu saya hanya untuk mu. Sampai kau sembuh total baru saya bisa tenang meninggalkanmu sendirian." Balas Vero sambil terus mendorong kursi roda Celina keluar kamar.

Who Are You?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang