Happy Reading ❤️
Sore hari adalah waktu yang tepat untuk bersantai. Walaupun hanya sekedar menikmati angin dan suara kicauan burung. Terkadang rasa tenang tercipta ketika mendengar dan merasakan itu semua. Layaknya beban di pundak terhempas oleh sapuan angin yang kencang. Bahkan udara yang segar pun bisa menenangkan pikiran. Sebesar apapun beban pikiran akan hilang ketika sedang bersantai dan menikmati itu semua.
Vero, laki-laki bertubuh ideal itu membuka matanya perlahan. Saat matanya sepenuhnya terbuka ia tersenyum ketika mendapati sebuah hal yang indah yang pernah ia lihat. Lebih indah dari langit dan juga awan. Hal itu adalah wajah cantik Celina. Bukankah hal yang indah ketika membuka mata mendapati seseorang yang di cintai ada di hadapannya. Layaknya bayi yang baru pertama kali melihat dunia, begitulah Vero saat melihat Celina.
Sejak tadi Vero berbaring di pangkuan Celina. Ia tidur atas rumput-rumput hijau yang terbentang luas di halaman rumahnya. "Cantik." Kata Vero sambil terus menatap Celina dari bawah.
Celina menoleh ke arah Vero. "Ha? Lo bilang apa tadi?" Tanya Celina. Pasalnya ia mendengar samar-samar ucapan Vero.
"Kamu cantik." Jawab Vero mempertegas ucapannya.
Mendengar ucapan Vero, Celina berusaha sebisa mungkin untuk tidak salah tingkah. Celina bingung, Vero sudah sering memujinya tetapi kenapa baru sekarang Celina merasa malu dan salah tingkah. "Stop kasih gue semua pujian lo!" Tegas Celina, ia tidak mau terbawa suasana lebih jauh lagi.
"Kenapa wajahmu memerah? Apa kamu sakit?" Tanya Vero.
Celina membulatkan matanya mendengar perkataan Vero. Ia langsung memegang kedua pipinya dan benar saja pipinya terasa panas ketika ia sentuh. "Hah? Enggak. Gue nggak sakit, mungkin karena kepanasan makanya jadi merah." Elak Celina supaya Vero tidak mengetahui bahwa dirinya sedang tersipu malu.
"Ohh begitu." Ujar Vero lalu kembali memejamkan matanya.
Celina bernafas lega ketika Vero tidak lagi mencurigainya. "Masa ia muka gue merah gara-gara di puji Vero." Ujar Celina dalam hati.
"Biarkan saya di posisi ini beberapa menit lagi. Saya ingin tidur sebentar." Kata Vero dan mendapat anggukan dari Celina.
Hembusan angin yang kencang membuat Vero terlelap dan masuk ke dalam alam mimpi. Hembusan angin itu terasa sama seperti 17 tahun yang lalu. Dimana dirinya terdiam di depan rumah sambil menatap pintu yang tertutup rapat. Jeritan dan isakan tangis terdengar jelas dari luar. Terlebih lagi teriakan Dero kecil yang terus memanggil sebuah gelar yakni 'Mama'.
Perlahan pintu itu terbuka dan mendapati seorang wanita tergelatak bersimbah darah di lantai serta Dero yang ada di dekatnya. Vero kecil menoleh ke arah tangannya yang memegang sebuah pistol. Ia terkejut hingga membuat pistol itu terjatuh ke bawah. Ketika pistol itu jatuh, Vero langsung menendangnya sekuat mungkin agar menjauh darinya.
Vero berjalan mendekati Dero yang sudah menangis sejak tadi. "Mah tolong buka matanya. Kenapa ada di lantai? Kenapa tidur di lantai? Lalu kenapa banyak pewarna merah di baju mama dan di lantai?" Ucap Dero kecil.
Vero berlutut di samping Dero lalu meraih tangan ibunya. Ia mengelus pelan tangan itu dan menggenggamnya erat. Secara misterius air mata Vero seolah hilang. Sekeras apapun ia mencoba mengeluarkannya tetap tidak ada. Vero menatap ke lantai dua rumahnya. Ia melihat Herry yang tersenyum sambil menerima telepon. Vero melihat mimik bibir Harry yang seolah berbicara kepadanya.
"Pem Bu Nuh." Huruf demi huruf terangkai jelas dari mulut Harry yang mengatakan bahwa Vero pembunuh.
Terkejut akan ucapan Harry, Vero melepaskan tangan sang ibu dan menjatuhkannya ke lantai. Vero kecil berdiri dan hendak berbalik. Namun tiba-tiba segerombolan orang kini melingkari dirinya. Dimana semua orang itu terus berkata. "Kau pembunuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?!
FantasíaKisah seorang gadis yang bertemu 2 pemuda yang sangat misterius. Gadis itu bernama Celina, Celina mempunyai mimpi seperti gadis lainnya. lulus kuliah, bekerja, mempunyai sahabat, bahkan bisa di cintai oleh orang yang ia cintai. Sesederhana itu bukan...