Happy Reading ❤️
Celina keluar dari kamar dengan masih mengenakan baju tidurnya. Ketika dirinya menutup pintu kamar, ia terkejut mendapati Vero yang berpakaian formal dan sangat rapih, pasalnya Vero belum sepenuhnya sembuh. Jika ia pergi bekerja itu akan memburuk kondisinya. Lagi pula yang Celina tahu, Vero tengah mengambil cuti selama beberapa Minggu.
Vero mendekati Celina sambil mengancing jasnya. "Ayo," ajak Vero.
Celina yang masih berdiri di depan pintu bingung dengan maksud Vero. "Where?" Tanya Celina.
"Your home," balas Vero yang membuat Celina membulatkan matanya. Apakah dirinya tidak salah dengar? Vero mengajaknya untuk ke rumahnya.
"SUMPAH? LO BEBASIN GUE?" Ucap Celina masih terkejut.
"Tunggu! apa maksud ucapan mu? Kenapa ucapan mu terdengar seperti saya telah mengurung mu," kata Vero tidak terima.
Celina memutarkan bola matanya malas. "Emang faktanya gitu Ver," ujar Celina.
"Cepat bersiap, Ayo bertemu orang tua mu," kata Vero. Mendengar ucapan Vero menahan langkah Celina yang hendak berbalik masuk ke dalam kamar.
"Mau ngapain?" Tanya Celina bingung. Pagi-pagi sudah di buat bingung oleh tingkah dan ucapan Vero.
"Melamar mu." Ucap Vero. And Voila! Itu berhasil membuat Celina semakin terkejut setengah mati. Jantung Celina berpacu sangat kencang, bahkan dirinya dapat merasakan hal itu.
Rasanya waktu seperti berhenti saat Vero mengucapkan kalimat tersebut. Banyak kata yang seolah tertahan dan sulit untuk di ucapkan. Celina masih saja mematung. Ini kali pertamanya ada seseorang yang benar-benar serius terhadapnya. Rasanya seperti saat pacar pertamamu menyatakan cinta kepadamu.
Celina memerjapkan matanya mencoba menyadarkan dirinya. "Lo gila ya Ver?" Tanya Celina.
"Saya waras." Tukas Vero.
"Kamu yang bilang kemarin, jika ingin melamar seseorang harus mendatangi kedua orang tuanya. Dan saya akan melakukan hal tersebut." Ujar Vero.Celina baru menyadari akan satu hal. Vero ingin mengajaknya bertemu dengan orang tuanya, bukankah itu akan lebih memudahkannya untuk bertanya kepada sang ayah, tentang foto yang ia temukan di ruang kerja Vero. Dengan begitu ia bisa memecahkan teka teki yang masih belum tersusun.
"Ini kesempatan bagus untuk kembali mencari informasi. Lagi pula Daddy gak akan dengan mudah menerima lamaran Vero." Batin Celina.
Celina tersenyum kecil ke arah Vero. "Baiklah, gue bakal ganti baju. Dan satu hal yang harus lo tahu, sekeras apapun usaha lo nanti jawaban orang tua gue pasti NO." Ujar Celina.
Vero menaikkan sebelah alisnya, ia merasa di tantang oleh Celina. "Can take back what you say? Kamu akan kecewa nantinya jika jawabannya adalah Yes." Jelas Vero memperingati Celina.
"Never!" Balas Celina lalu masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya.
Vero masuk ke dalam kamar Celina dan mendapati gadisnya tengah merias diri. Vero tersenyum tipis saat melihat Celina begitu bersemangat ketika dirinya ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Tetapi di hati Vero, ia merasa sedih. Ia juga menginginkan hal yang sama dengan Celina. Ia ingin kembali merasakan rasanya sebuah keluarga, tetapi itu tidak akan pernah terjadi.
Celina melirik Vero dari cermin rias yang mengarah langsung menghadap pintu kamar. Sejujurnya sejak tadi Celina sudah melihat senyuman manis dari wajah Vero. Bahkan senyuman itu berhasil membuatnya ikut tersenyum.
"Apa sudah siap?" Tanya Vero lalu mendekati Celina.
"Sebentar lagi."
Vero mengelus rambut Celina yang halus dan lembut. "Bisakah kamu memakai ini di rambut mu?" Tanya Vero sambil menyerahkan sebuah pita berwarna di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?!
FantasiKisah seorang gadis yang bertemu 2 pemuda yang sangat misterius. Gadis itu bernama Celina, Celina mempunyai mimpi seperti gadis lainnya. lulus kuliah, bekerja, mempunyai sahabat, bahkan bisa di cintai oleh orang yang ia cintai. Sesederhana itu bukan...