BAGIAN 4

157 17 3
                                    

"Bun, ayah harap ini yang terbaik untuk putri kita. Ayah tidak ingin hal yang terjadi pada Andin, juga terjadi pada Zefa,"jelas ayah pada bunda.

"Tapi bunda masih ragu, Yah. Kasihan Zefa, dia masih seorang gadis remaja yang akan tumbuh dewasa. Bunda khawatir dia tidak sanggup menjalaninya,"jawab bunda.

"Ayah tau ini berat untuk ayah, bunda, Zefa,dan semuanya. Tapi apa bunda yakin akan sanggup menanggung rasa bersalah dan penyesalan jika suatu saat nanti putri kita satu-satunya melakukan hal yang dilarang agama? Bukannya ayah tidak percaya pada Zefa, tapi ayah hanya tidak mau ia bisa berubah haluan seperti keponakan ayah sendiri, Andin. Dulu, ayah sangat berharap bahwa Zefa akan seperti Andin, menjadi seorang anak sholehah yang taat pada orang tuanya, namun siapa sangka ia bisa melakukan hal seperti itu, Andin akhirnya menceritakan semua yang dialaminya pada ayah saat di rumah sakit tadi. Ayah langsung teringat dengan Zefa putri kita. Bagaimana jika hal itu juga menimpanya nanti, ayah tidak akan bisa memaafkan diri ayah sendiri,"jelas ayah.

Sambil menyeka air mata, bunda berusaha untuk bisa berbicara tegar di depan ayah.

"Baiklah, Yah. Bunda mengerti dengan perasaan ayah. Sebagai orang tua, tentu kita tidak ingin hal buruk menimpa anak-anak kita. Jadi, jika ayah ingin menikahkan Zefa saat usianya yang masih muda ini, bunda izinkan. Insya allah bunda yakin, anak teman ayah yang akan dijodohkan dengan Zefa adalah pilihan yang terbaik untuk Zefa,"jawab bunda.

"Hari jum'at ayah akan undang mereka untuk makan malam di rumah kita, sekaligus membicarakan hal ini,"tambah ayah.

"Tapi bagaimana cara kita memberitahu Zefa, Yah? Pasti ini akan sulit untuk dia terima,"ucap bunda.

"Nanti ayah akan coba bicara perlahan-lahan dengan Zefa. Sudahlah, ayo tidur Bun, nanti anak-anak malah terbangun karena mendengar kita berbicara malam-malam,"ajak ayah.

Perlahan, tetesan air mata mulai berjatuhan membasahi kedua pipi Zefa yang sudah memerah karena menahan tangis. Ternyata, sudah daritadi ia tidak sengaja mendengar pembicaraan ayah dan bundanya. Padahal, Zefa hanya ingin mengambil bukunya dari kamar Keenan yang tidak sengaja ia tinggalkan ketika baru pulang sekolah tadi, namun ia tidak pernah menyangka akan mendengar hal ini.
Zefa juga sangat sedih, sepupunya yang selama ini sangat dekat dengannya sebentar lagi akan mempunyai seorang bayi dari laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya. Zefa dan Andin memang akrab dari kecil, mereka baru pisah sekolah saat menginjak bangku SMA. Zefa tidak sanggup membayangkan bagaimana perasaan Andin yang hancur saat ini, ditambah lagi masalah bahwa dirinya akan segera dinikahkan oleh ayah dan bunda.
Zefa langsung mengambil ponselnya, ia berharap Andin akan mengangkat telpon darinya walaupun sudah larut malam begini.

"Nuuutttt....nuuuttttt, ayolah Ndin. Angkat telponnya,"sudah yang kedua kalinya Zefa mencoba menghubungi Andin.

"Semoga yang ketiga kalinya, Andin angkat,"harap Zefa.

"Hallo, assalammualaikum Zef,"terdengar suara Andin yang parau seperti telah seharian menangis.

"Waalaikumussalam, Ndin. Bagaimana kabarmu Ndin?"tanya Zefa.

"Uhuk,,, aku baik-baik aja kok Zef. Ada apa? Tumben kamu nelpon aku selarut ini?"tanya Andin.

"Tolong kamu jujur Ndin, aku tau kamu sedang menghadapi masalah. Aku sudah tau semuanya Ndin karena nggak sengaja dengar ayah sama bunda ngobrol. Cerita aja sama aku, supaya beban kamu terasa berkurang. Aku kan satu-satunya sepupu yang deket banget sama kamu Ndin, ayo ceritalah,"pinta Zefa.

Seketika itu juga, Andin terdiam sebentar. Tangisnya langsung pecah, ia lupa kalau dia punya sepupu sebaik Zefa. Akhirnya ia memberanikan diri membuka suara untuk menceritakan semua yang dialaminya.

Dialah Imamku Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang