part 18

182 11 1
                                    


Setelah mandi dan berpakaian,Alya memilih meninggalkan kamar philopas menuju dapur.wanita itu cukup tau diri dengan tidak berlaku seenaknya mengingat tidak ada seorangpun dirumah itu yang bahagia atas kehadirannya.

"Nyonya muda tidak perlu melakukan ini semua,"pelayan yang baru berusia 28 tahun itu merasa tidak enak saat melihat nyonya mudanya ikut membantu didapur.

"Nggak papa bi,biar Alya bantu,"Tidak ingin berdebat pelayan yang sudah bekerja 8 tahun dirumah itu akhirnya membiarkan nyonya mudanya membantu.

Seorang ibu pasti bahagia saat membuka mata melihat istri putranya sudah lebih dulu bangun dan berada di dapur,sayangnya rasa hangat yang sempat menyusut kehati Miranda kini digantikan dengan tatapan remeh.wanita itu mendekat, mendudukkan dirinya di kursi dan mengamati gerak-gerik menantunya.Alya tidak pernah membuatnya malu seperti ia yang sering mempermalukan wanita itu.Miranda sadar betul ketidaksukaannya pada Alya saat Alya masih dibangku SMA.pertengkaran Bianca dan Alya yang membuat Miranda marah pada gadis itu karena Bianca yang pinsang Setelah berkelahi dengan Alya.pernah kehilangan seorang anak sebelumnya membuat Miranda membenci apapun yang berpotensi melukai putrinya.rasa benci dihatinya kian menjadi saat Alya satu lantai Apartemen dengan putranya dan tidak satu dua kali Miranda mendapatkan Alya pulang dengan keadaan yang tidak sepenuhnya sadar karena pengaruh alkohol.julukan liar,bodoh,dan nakal tersemat bagi Alya.melihat Alya didapur dan bisa bangun pagi tentu membuat Miranda terkejut.

"Mama sudah bangun?"

Miranda tidak menjawab, wanita itu malas berdebat dipagi hari.

"Alya buatkan teh ya mah,"Miranda tidak menjawab.wanita itu kembali teringat dengan putrinya yang meninggal belasan tahun lalu.

Tidak lama Darius ikut bergabung dengan istrinya.pria itu melihat raut kerinduan terpancar jelas dari wajah istrinya.digenggamnya tangan sang istri.

"Sabrina sudah tenang,"Miranda tersenyum tipis sebelum memilih menatap kearah dapur lagi.

Alya tersenyum menghidangkan makanan dibantu pelayan yang lain juga teh hangat yang sudah dibuatnya khusus untuk mertuanya.

"Ini khusus untuk mama,"tatapan Alya kini terarah pada mertua laki-lakinya.wanita itu menyedorkan segelas kopi buatannya.

"Alya khusus bikin ini untuk papa,"Alya jelas takut pada mertua laki-lakinya.berani pada anaknya belum tentu Alya akan berani dengan orang tuanya.

"Tidak perlu terlalu keras berusaha untuk diterima dikeluarga ini,itu akan percuma,"Alya memang terluka mendengar ucapan mertuanya tapi melihat mereka yang tidak melempar teh dan kopi buatannya dan malah di minum  membuat Alya bahagia.

Alya jadi merindukan keluarganya sekarang.

"Selamat pagi ma,pa,"Miranda dan Darius membalas dengan mengucapkan hal yang sama.Alya melihatnya sangat harmonis.keluarga Philopas memang terlihat harmonis tapi sayangnya masing-masing dari mereka juga memiliki luka.

"Kok susu sih ma?"philopas bergidik ngeri melihat susu putih didepannya.

"Susu bagus buat kesehatan,"tau jika itu perbuatan istrinya philopas menatap Alya tajam.

"Papa bicara sama mama semalam soal perjalanan bisnis kamu sayang,mama harap kamu tidak keberatan jika harus keluar kota lagi?"

Philopas tidak keberatan sama sekali,pria itu tau jika papanya melakukan itu untuk menjauhkannya dengan Alya.

Mendengar itu Alya tersenyum getir,wanita juga tau maksud ucapan mertuanya.memilih melanjutkan makan itu yang Alya lakukan.

Jika menyangkut pekerjaan Alya tidak bisa melarang.

"Kamu masih punya waktu dengan istri kamu sebelum pergi,Papa tau kamu pasti masih lelah akibat perjalanan bisnis kemarin,"philopas hanya mengangguk.semenjak memilih menjadi anak penurut kehidupan philopas memang seperti Boneka papanya.

Setelah sarapan,Alya memilih menghabiskan waktunya di dekat kolam renang.mertua dan suaminya sudah pergi bekerja.

Mereka memang tidak melukai fisiknya tapi kenapa itu lebih menyakitkan.sudah tau jika akan begini Alya kenapa memaksakan diri menjadi bagian keluarga Anoasoedibjo.

*****
Merasa bosan Alya keluar untuk sekedar jalan-jalan.

Menjelang malam Alya baru pulang,mobil mertuanya sudah terparkir ditempatnya hanya mobil milik philopas belum terlihat.

Memasuki rumah Alya merasa lagi-lagi tidak dianggap.ternyata ini lebih menyakitkan daripada dimarahi.

Padahal Alya sudah menyiapkan diri karena sudah sangat yakin jika mertuanya akan marah karena keluar sangat lama tapi rupanya Miranda memilih tidak mempermasalahkan.menganggap Alya tidak ada lebih baik daripada harus marah-marah yang bisa merusak kesehatannya.wanita itu keluar dan mau melakukan apapun itu bukan urusan Miranda mengingat tidak ada yang tau soal pernikahan Philopas dan Alya kecuali dua keluarga inti.

Saat makan malam Alya memilih berdiam diri dikamar, philopas tidak ada dan juga bertingkah bodo amat bukan waktu yang tepat.

Cukup lama menunggu akhirnya philopas pulang dalam keadaan mabuk.Alya ingin sekali marah dan menangis tapi untuk apa.philopas sepertinya benar-benar tidak berniat membuka sedikit hatinya,pria itu bahkan dengan jelas melakukan perbuatan-perbuatan yang menyindir Alya.

"Ini masih awal Al,dimana Alya yang ingin membuat philopas cuma jadi miliknya,"Alya terus menyemangati dirinya.wanita itu membantu philopas kekamar,Miranda dan Darius melihat itu tapi masih tetap diam.

Philopas meracau tidak jelas,pria itu kini berbaring di tempat tidur.Alya yang membantu melepaskan sepatu dan kemeja philopas.

"Lo bikin gue merasa bersalah,"Philopas yang tidak sepenuhnya tertidur bisa dengan jelas mendengar suara istrinya.

Alya ikut berbaring, wanita itu  menghadap ke arah philopas.mendekatkan bibirnya di dahi suaminya itu sebelum memilih menutup matanya.

Lagi-lagi kejadian seperti itu terulang sampai satu Minggu.Alya yang tidak diberikan kesempatan untuk mengambil hati mereka benar-benar bingung.philopas jauh berbeda dengan saat mereka belum menikah.pria itu bahkan tidak pernah lagi menyentuh Alya meski wanita itu sudah menggoda suaminya.

"Gue udah mau berangkat,"Alya hanya mengangguk tanpa berbalik.philopas pergi dalam waktu yang tidak sebentar.mereka bahkan baru 5 hari jadi suami istri.

"Setelah lo pulang kita akan bercerai kan?"

Philopas hanya berdehem.philopas juga merasa hidupnya tidak diberikan pilihan, papanya sudah mengatur sedemikian rupa.

"Anak-anak bahkan belum pernah merasakan kita tinggal serumah,menjadi keluarga dan melakukan weekend bersama,"Philopas tidak menjawab membuat Alya lagi-lagi tertawa getir.

Sesulit yang Alya bayangkan.

Punggung philopas menjauh,pria itu pergi dan Alya tidak tau kapan pria itu akan kembali.

Jangan lupa vote dan komen yah 😇

Jodoh Sebenarnya?[ENDING]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang