.
.
Ann merasa tubuhnya terus melemah, ia sudah menjalani dua kali kemoterapi, radioterapi dan satu kali operasi. Ia juga rajin minum obat tapi belum ada perubahan yang baik dari semuanya.
Pagi ini, Ann masih manatap halaman rumah lamanya, dengan sebuah tasbih di tangannya. Ia tidak pernah berhenti berdoa, entah doa untuk kesembuhannya atau doa agar ketika ia meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Sepertinya ia memang harus menyerah dan pasrah dengan penyakitnya. Ia hanya bisa duduk di kursi roda, menghitung hari kematiannya menunggu malaikat Izrail menjemputnya.
Ann kembali kembali memikirkan rencananya, dan kali ini, ia yakin, tidak akan menundanya lagi. Ann takut, tidak akan mempunyai waktu untuk mempersiapkan semuanya.
Dan ia memang sudah menyiapkan seseorang yang sangat ia percaya untuk menggantikan dirinya. Ia yakin, perempuan itu adalah pilihan terakhirnya. Mengenalnya setelah beberapa tahun, membuatnya merasakan dan melihat seberapa baik wanita itu. Ia tidak pernah mendengar sesuatu yang buruk darinya.
Suara pintu di belakangnya membuatnya tersadar dari lamunannya. Rosa menghampirinya, di tangannya ada beberapa obat untuk diminum Ann.
"Tuan putri harus minum obat dulu ya."
Ann tersenyum diperlakukan seperti ini oleh tantenya, padahal ia bisa sendiri minum obat dan melakukan pekerjaan ringan lainnya. Meskipun menggunakan kursi roda tapi kakinya masih kuat berjalan, walaupun tidak boleh terlalu lama. Dan Ann masih bisa memasak kok.
Rosa mengambil tempat duduk di sebelah keponakannya itu setelah Ann selesai meminum obatnya. Halaman rumah ini terlalu luas untuk mereka yang hanya duduk santai melihatnya. Tapi ia tidak bisa mengajak Ann berjalan-jalan bersamanya mengelilingi taman yang masih hijau dengan tanaman dan bunga yang masih tumbuh subur itu. Meskipun ditinggal pemiliknya, tukang kebun dan beberapa penjaga rumah, berhasil menjaga amanah sang pemilik rumah untuk terus merawat rumah besar ini.
"Tante kapan kembali ke London?"
"Lusa aku harus sudah berada di kantor, ada beberapa hal yang harus aku lakukan. Maaf ya, tante nggak bisa nemenin kamu terus."
"Nggak apa-apa kok, masih ada oma sama kak Ali. Keyla juga kadang main kemari, jadi aku nggak ngerasa kesepian."
Rosa menghela napas, sebenarnya ia berat meninggalkan Ann. Tapi ia juga tidak kuat melihat keadaannya yang semakin memburuk. Tubuh kurus dan wajah pucat itu selalu membuatnya ingin menangis.
"Bila setelah kemoterapi selanjutnya tidak ada perubahan, tante akan memaksa kamu berobat di London."
Ann tersenyum."Iya tante, doakan saja nanti ada hasil yang baik, Jadi aku nggak harus pergi ke London."
Rosa menyentuh tangan kurus itu, ia mengerti Ann tidak akan pernah mau berobat bersamanya. Ann takut bahwa ia hanya akan menyia-nyiakan waktu di sana.
Ann menunduk. "Aku ingin tetap disini tante, aku ingin meninggal disini, di rumahku sendiri."
Dada Rosa sakit, sungguh ia tidak akan kuat berada di dekat Ann terus. Rosa menahan sekuatnya, untuk tidak lemah di hadapan Ann.
"Ya udah kalau begitu, mau makan siang apa nanti? mau masak atau pesan saja?"
"Kak Ali kan sedang mengantar oma untuk cek kesehatan, nanti pulangnya sekalian beli makan kok."
Rosa mengangguk.
Ponsel Ann berbunyi, panggilan dari Astrid.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."

KAMU SEDANG MEMBACA
ANA UHIBBUKA FILLAH BAGIAN 2
De TodoSetelah menikah hampir sepuluh tahun lamanya, mungkin saat inilah rumah tangga mereka benar-benar diuji. Ketika Ann merasa tidak ada jalan lain untuk membuat Ali bahagia, selain merelakan untuk melepasnya. Start 20/08/21 #lizkookreligi