12. BAGIAN DUA BELAS

33 1 0
                                    

Aku melihat ke bagian bawah tubuhku. Benar saja darah mengalir dari atas lutut hingga melumuri sebagian kaki kiriku. Kepalaku mendadak pusing, mataku berkunang-kunang dan aku merasakan dorongan kuat dari dalam perutku, aku muntah. Eliza bergantian memegangi rambutku.

"Apa yang terjadi Anna?"

Aku tidak yakin apa penyebabnya mungkin aku menabrak sesuatu, meja atau benda apapun dan karena mabuk aku tidak bisa merasakan sakit. Itu kemungkinan paling logis saat ini.

"Sejujurnya aku benar-benar tidak tahu"

Aku menutup kloset dan duduk di atasnya kemudian meraih tisu untuk mengelap darah disekitar betisku. Ini sangat memalukan. Bagaimana mungkin aku terluka di pesta ulang tahun dan tidak bisa mengingat penyebabnya. Eliza berbicara di ponselnya.

"....ya kami di rest room. Kau ingin tahu bagaimana caranya masuk ke toilet wanita? Buka pintunya dan masuk bodoh!? Katakan saja ini emergency"

Aku merasa sangat kelelahan, mabuk serta tertekan secara emosional dan luka terbuka di lututku ini mulai terasa menyakitkan. Well alcohol doesn't really wash my pain away like people always said.

"Liz...??"

Suara seorang pria memanggil dari luar. Eliza melongokkan kepalanya

"Sttt... sttt... In here"

David dan Gabriel bersamaan menghambur ke dalam bilik toilet yang sempit

"Shit!? That's a lot of blood. Apa yang terjadi Anna?"

David melihat dengan tatapan kebingungan dan sedikit jijik ke arah lukaku yang terbuka

"Jangan banyak bicara Dave. Cepat antarkan dia ke rumah sakit"

Eliza berbicara sambil menyandarkan kepalanya di pintu bilik. Gabriel menatapku dengan penuh kekhawatiran. David bergerak sangat cepat dia menarik lenganku dan meletakkannya disekitar lehernya kemudian merangkul pinggangku dan menuntunku berjalan keluar. Gabriel dan Eliza mengikuti kami dari belakang. Sesampainya di parkiran aku dan David segera masuk ke dalam mobil. Dia duduk dibelakang kemudi dan aku di kursi penumpang sebelahnya. Gabriel dan Eliza berdiri di sisi luar mobil David. Sebelum menutup pintu mobil aku meraih tangan Gabriel dan berkata

"Aku akan baik-baik saja, Gabe. By the way wanita di sebelahmu itu sangat mabuk tadi dia hampir tidur di toilet. Kumohon antarkan dia pulang"

Aku berbalik ke arah Eliza

"Maaf karena sudah mengacaukan pestamu Liz. Happy birthday sayang"

Mobil mulai melaju pelan meninggalkan parkiran dari kaca spion aku melihat Gabriel merangkul Eliza dan membantunya berjalan masuk ke tempat pesta.


***

Aku terbangun di kamarku, jam di nakas menunjukkan angka 09.27 am kepalaku terasa sangat sakit. Rasanya seperti seorang memukulnya layaknya genderang perang. Alice masuk membawakan samangkuk outmeal dan sebutir aspirin. Dia benar-benar memahamiku.

"Apa yang sebenarnya terjadi Anna?"

Alice duduk di sudut tempat tidurku

"Bisakah kita memulai dengan pertanyaan yang tidak terlalu sulit Alice. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku"

Aku menyuapkan sesendok penuh outmeal ke dalam mulutku

"Baiklah, sekarang jawab pertanyaan ini apakah tadi malam kau mabuk? Apakah sekarang kau baik-baik saja? Dan apakah kau bertengkar dengan Gabriel karena yang kutahu kau pergi bersamanya dan pulang dengan David Grace?"

"Jawabannya Yes, no and maybe..

Alice terlihat kesal. Kurasa dia kesal setelah tahu bahwa semalam aku mabuk.

...maksudku mungkin Gabriel memang marah padaku karena dia melihat David menciumku tapi itu bukan salahku kan? Dan Gabriel tidak seharusnya marah karena ini tidak seperti seolah aku dan dia adalah pasangan karena yah kami belum pernah menyatakan perasaan masing-masing. Kemudian karena gugup aku meminum segelas champagne dan um mungkin dua atau tiga gelas martini lalu menari bersama dokter Eliza karena dia juga mabuk dan selanjutnya yang kutahu aku terluka dan pergi ke rumah sakit dengan David"

Samar-samar aku teringat kejadian di rumah sakit saat aku tergeletak di ruangan UGD yang dingin sedangkan David duduk disisi tempat tidur.

....sambil menjahit lukaku dokter bertanya tentang apa yang terjadi padaku. Aku bercerita kepada dokter tentang semua yang terjadi malam itu, bahwa aku terlihat sangat panas dan bertanya apakah dokter itu setuju kalau aku terlihat sangat panas? Aku juga mengatakan tentang Gabriel yang membuatku menangis sebelum berangkat ke pesta tapi aku lupa alasan kenapa aku menangis kemudian Gabriel menciumku dan tangisku sembuh. Aku mencintainya sangat mencintainya dan seharusnya David tidak menciumku karena itu membuat Gabriel menatapku dengan cara yang tidak biasa. Aku tidak tahu maksud tatapannya itu...

Yaah semua itu terjadi. Aku benar-benar mengatakan semuanya kepada dokter saat David berada disana di sisi ranjangku.

Tiba-tiba saja ponselku berbunyi nama Senior David tertera sebagai pemanggil. Alice melangkah keluar dari kamarku.

Aku: hello...

David: good morning Anna

Aku: hai Dave good morning, terimakasih telah mengantarkanku pulang tadi malam

David: it's okay Anna. Aku menelpon hanya ingin tahu bagaimana kabarmu. Apakah aku perlu menjengukmu kerumah? Aku bisa pergi bersama Gabriel nanti sore?

Aku: tidak perlu repot-repot dave, aku baik-baik saja

David: benarkah?? Well beritahu aku jika kau membutuhkan sesuatu okay?

Aku: Dave maafkan aku, aku sudah ingat semuanya. Kejadian tadi malam di UGD. Aku tidak bermaksud menyinggungmu atau apapun.

David: ha ha ha jangan khawatir Anna, aku sepenuhnya mengerti itu. By the way, saat ini aku sedang menyetir, aku akan menelponmu lagi nanti. Beristirahatlah okay bye?!

Aku berbaring menatap langit-langit kamarku. Aspirin meringankan rasa sakit di kepalaku. Aku merasa lebih nyaman sampai aku tertidur lagi dan hanya bangun saat waktunya makan siang.

Suster Rita dan suster Anita datang menjengukku. Aku merasa sangat malu karena kupikir ini hanya luka kecil, juga karena Alice mengatakan kepada suster Rita bahwa aku mabuk-mabukan di pesta.
She's a snitch bitch.

"Alice mengapa kau tidak pergi ke kampus? Sudah waktunya kan?"

Aku berkata pada Alice saat dia sedang ngobrol dengan suster Anita tentang resep cupcake buatannya.

"Alice, pergilah nak jika kau mau aku bisa menjaga Anna"

Suster Rita menawarkan diri. Aku mengatakan bahwa mereka tidak perlu menjagaku seolah aku ini boneka porselen karena aku baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja, sungguh?! Kumohon berhentilah menghawatirkanku dan kembalilah ke rutinitas kalian. Aku sungguh merasa tidak enak karena jadi merepotkan seperti ini"

Setengah jam kemudian suster Rita dan suster Anita pamit pulang dan setelahnya Alice juga pergi kerja meninggalkan aku di rumah sendirian. Tubuhku terasa lengket aku bangkit dari tempat tidur dan mengambil handuk saat pintu depan diketuk.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang